Pengalaman Natal
Submitted by admin on Tue, 12/22/2020 - 13:17Oleh: Theresia
Oleh: Theresia
Oleh: Maya
Menutup tahun 2018 yang lalu, saya sangat bersyukur kepada Tuhan atas berkat yang Ia limpahkan dalam hidup saya. Berkat yang saya terima bukan dalam bentuk materi (misal: baju Natal atau yang lainnya), melainkan berupa waktu sehingga saya bisa berkumpul bersama keluarga. Sebagai orang Kristen, sering kali kita memaknai Natal dengan sebuah tradisi kumpul bersama keluarga, makan bersama, dan berdoa bersama. Semua itu baru saya rasakan pada malam Natal 2018 kemarin.
Ditulis oleh: Santi
Sering kudengar, Natal membawa sukacita.
Sering kulihat, Natal dirayakan dengan meriah.
Sering kubaca, Natal membawa damai.
Sering kuharapkan, Natal mewujudkan semuanya itu dalam hidupku ....
Oleh: Mei Margowati
Kita tidak perlu bertanya-tanya seperti apakah Allah itu. Kita juga tak perlu bertingkah seperti anak kecil yang menatap ke langit dan bertanya kepada ibunya, "Apakah Allah ada di atas sana?" Ketika ibunya meyakinkan anak itu bahwa Allah ada di atas sana, si anak menanggapi, "Bukankah lebih baik bila Ia memperlihatkan wajah-Nya supaya kita dapat melihat-Nya?"
Jika Anda harus kembali bekerja setelah Natal, apakah yang akan Anda bawa bersama Anda dari masa Natal tersebut? Beberapa hadiah dan beberapa kenangan liburan yang indah, atau sesuatu yang lain?
Saya sangat menyukai cara J.B. Phillips menerjemahkan Lukas 2:20: "Para gembala tersebut kembali bekerja, memuji dan memuliakan Allah untuk segala sesuatu yang telah mereka dengar dan lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka."
HADIAH NATALKU
(oleh: Nathanael)
Bukan, bukan mainan yang indah
Tapi aku ingin keluarga yang ramah
Bukan, bukan baju yang bagus
Tapi aku ingin bisa sekolah terus
Bukan, bukan pohon natal yang tinggi
Tapi aku ingin bisa makan setiap hari
Yesus, aku ingin seperti-Mu
Lahir ke dunia dan tidak mengeluh
Tidur di kandang domba
Namun tetap bersahaja
Yesus, aku ingin penuh kasih
Mencintai dengan tulus hati
Selamat datang Yesusku....
Waktu kecil... saat Natal
saya dapat hadiah sambil nyanyi "Jingle bells, jingle bells"
Waktu remaja... saat Natal
saya dapat hukuman karena kalah permainan, dan bernyanyi "Gita Surga bergema, lahir Raja mulia..."
Waktu dewasa (setelah 17 tahun)... saat Natal
saya dapat keraguan "Apa sebenarnya Natal itu?" dan bernyanyi "Malam kudus, sunyi senyap..." dengan masih banyak pertanyaan?
Saya berharap Natal tahun ini tidak hanya telur, pohon Natal, hadiah, sinterklas, dan hiasan rumah yang terlihat begitu indah.
Oh, itu terlalu membosankan dan tidak berkesan!
Setiap tahun akan selalu diulang-ulang seperti itu. Mengapa juga warna dominan yang menghiasi selalu merah, hijau, dan kuning emas?
Mengapa Natal yang satu lebih berkesan dari Natal yang lain? Biasanya tidak ada hubungannya dengan pemberian yang bersifat jasmaniah. Bahkan, kemiskinan biasanya justru membangkitkan kreativitas dalam sebuah keluarga.