Sukacita Natal

Oleh: Maya

Menutup tahun 2018 yang lalu, saya sangat bersyukur kepada Tuhan atas berkat yang Ia limpahkan dalam hidup saya. Berkat yang saya terima bukan dalam bentuk materi (misal: baju Natal atau yang lainnya), melainkan berupa waktu sehingga saya bisa berkumpul bersama keluarga. Sebagai orang Kristen, sering kali kita memaknai Natal dengan sebuah tradisi kumpul bersama keluarga, makan bersama, dan berdoa bersama. Semua itu baru saya rasakan pada malam Natal 2018 kemarin.

Gambar: Sukacita Natal

Sedikit cerita, saya adalah anak bungsu dari dua bersaudara, orang tua saya adalah orang yang sangat sibuk dan workaholic. Bahkan, pada hari Minggu pun, mereka tetap sibuk dan tidak ada waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Setiap Natal, saya selalu terpisah dari kakak dan orang tua saya. Hal ini karena saya diasuh oleh keluarga dari papa saya. Memang benar, mereka juga bagian dari keluarga saya. Namun, yang saya inginkan adalah menghabiskan waktu selama libur Natal bersama kakak, papa, dan mama saya. Bagi saya, hal itu adalah hadiah yang jauh lebih berharga dibandingkan dengan sekadar membeli baju baru dan sebagainya.

Ada kesedihan tersendiri yang saya rasakan ketika saya melewati setiap Natal tanpa mereka. Hal itulah yang sering kali membuat saya merasa iri kepada teman-teman saya yang jauh memiliki waktu bersama kedua orang tua mereka.

Namun, saya belajar untuk tidak berkecil hati dan menerima bahwa ketika saya berdoa dan percaya, apa yang Tuhan rencanakan bagi saya adalah hal yang indah dan Ia pasti akan menepati janji-Nya.

Tepat saat ulang tahun saya pada 2017, saya berharap agar Natal pada tahun itu bisa saya habiskan bersama keluarga. Namun, Tuhan belum menjawab doa saya pada Natal 2017 waktu itu. Saya sempat berhenti berharap dan kecewa, bahkan hampir lupa bahwa hal itulah yang saya gumulkan selama satu tahun yang lalu. Seperti dalam firman Tuhan (2 Korintus 1:20) "Sebab Kristus adalah 'Ya' bagi semua janji Allah, itulah sebabnya melalui Dia, kami mengatakan 'Amin' untuk memuliakan Allah".

Ketika kita mau dan berproses dalam rencana-Nya, Tuhan pasti menggenapi janji-janji-Nya.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Tentu saja janji itu dibayar pada Natal 25 Desember 2018 kemarin. Natal saat itu benar-benar berbeda. Saya begitu bahagia dan bersyukur atas apa yang Tuhan berikan, kesempatan yang saya harapkan untuk bisa merayakan Natal bersama orang tua dan kakak saya, Tuhan mengabulkannya. Hal itu merupakan salah satu sukacita Natal yang tidak akan saya lupakan karena untuk pertama kalinya, saya dapat merayakan kelahiran Tuhan Yesus dengan keluarga saya. Kami berkumpul, makan bersama, dan berdoa bersama. Saat itu, saya mengerti bahwa rencana Tuhan mungkin tidak akan sesuai dengan apa yang kita harapkan, tetapi ketika kita mau dan berproses dalam rencana-Nya, Tuhan pasti menggenapi janji-janji-Nya.

Melalui pengalaman sukacita Natal yang saya alami ini, saya belajar bahwa sebagai orang Kristen, saya terkadang tidak bisa bersabar dan mau segala sesuatunya cepat terjadi/terkabul. Bahkan, sering kali, saya seperti memaksa Tuhan untuk mengikuti kemauan saya, tanpa saya berpikir bahwa apa yang Tuhan sediakan itulah yang saya butuhkan. Karena itu, kita sebagai umat Kristen harus peka terhadap apa yang Tuhan mau dalam kehidupan kita. Sebab, segala yang direncanakan-Nya pasti tidak sia-sia.

Selamat menyambut kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat.

Semoga memberkati.