Seandainya Saya Berada di Betlehem
Dr. W. A. Criswell
Kami mengucapkan selamat datang bagi ribuan orang dari anda semua yang sedang bergabung dengan kami pada jam ibadah ini, yang sedang mendengarkannya melalui siaran radio maupun yang sedang menyaksikannya melalui siaran televisi. Ini adalah Gereja First Baptist Dallas. Dan ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Seandainya Saya Telah Berada Di Betlehem.
Kita akan membuka Alkitab kita dari Injil yang Pertama yaitu, Injil Matius pasal dua—Matius pasal 2:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
Seandainya saya berada di Betlehem pada masa itu, maka saya akan sangat takjub, dipenuhi oleh rasa kagum dan rasa heran terhadap hal-hal yang saya lihat dan yang saya dengar. Salah satu hal yang akan membuat saya heran adalah tentang ahli Taurat ini, para pemimpin ini serta para pengajar dari kehidupan rohani di dalam komunitas Israel. Seluruh dunia telah mengharapkan: Seorang anak yang akan lahir, menjadi raja dunia, untuk membawa damai dan pengharapan terhadap bencana perang yang dikhawatirkan oleh umat manusia.
Virgil, yang meninggal sekitar 22 atau 23 tahun sebelum Kristus lahir, di dalam “Fourth Eclogue” yang dia tulis—sebuah eclogue adalah puisi pengembalaan—di dalam “Fourth Eclogue,” Virgil menulis tentang harapan yang universal itu. Inilah “Fourth Eclogue” yang dia tulis itu: