Waktunya Sudah Genap
Dr. W. A. Criswell
Kami mengucapkan selamat datang kepada anda sekalian yang menghadiri kebaktian yang patut mendapatkan pujian ini bersama kami di the First Baptist Church of Dallas. Dan saya, gembala sidang, yang akan menyampaikan sebuah khotbah mengenai penjelasan dari ayat di dalam Galatia 4:4, yang saya beri tema Waktunya Sudah Genap.
Ayat di dalam Galatia 4:4 berbunyi :
“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada Hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (LAI)---dengan demikian kita termasuk menjadi bagian dari keluarga Allah yang indah, berharga dan menyembah-Nya..
“Setelah Genap Waktunya”---pleroma, diterjemahkan dengan “genap”. Kata tersebut mempunyai arti, persiapan yang sudah rampung. Tujuan kasih karunia Allah berjalan sepanjang tahun, abad, dan selama beribu-ribu tahun. Pleroma (kegenapan) Allah. Persiapan menyeluruh yang dikerjakan Tuhan Allah untuk kedatangan Anak-Nya ke bumi.
Waktu adalah penciptaan. Kita hidup di dalam waktu. Tetapi bagi Allah tidak ada yang namanya waktu. Allah merencanakan seluruh rencana sejarah umat manusia, Dia adalah Alpha dan Omega, dan semuanya itu ada oleh pertimbangan-Nya. Dia sudah merencanakannya sejak semula. Bagi Allah tidak ada yang namanya waktu. Saya membayangkan waktu selama beribu-ribu tahun dimana Allah menciptakan dunia yang sangat menakjubkan di sekitar kita ini, dengan pekerjaan tangan-Nya yang kreatif.
Apabila anda pernah ke Grand Canyon, anda dapat melihat sejauh satu mil ke bawah. Dan ketika pandangan mata anda sampai ke dasar bumi, anda akan melihat Sungai Colorado mengalir berkelok-kelok di kedalaman tiga ratus kaki di bawah batu yang padat, keras dan kokoh. Para ahli geologi berpendapat bahwa batu keras yang terdapat di bawah jurang tersebut, dulunya merupakan pegunungan yang tingginya dua-puluh-enam kaki, dan waktu yang bejalan selama beribu-ribu tahun itu membuat batu-batu tersebut menjadi aus sampai akhirnya terkubur di bawah jurang.
Allah tidak terburu-buru. Allah tidak tergesa-gesa dan tidak berubah. Dan di dalam pleroma (kegenapan) Tuhan Allah, Dia merancangkan maksud-maksud kasih karunia-Nya selama berabad-abad. Kadang-kadang, bagi sejarah manusia rasanya berjalan sangat lama sekali baru kita bisa melihat maksud dari karya Allah, tetapi Dia bekerja, Dia menuntun, Dia mengarahkan---itulah kepenuhan Allah.
“Tetapi setelah genap waktunya”---chronos. Kita menggunakan kata tersebut dengan banyak kombinasi dalam bahasa Inggris—chronology atau chronicles. Chronos, waktu. Allah telah mengatur waktu untuk segala sesuatunya, sebagaimana yang ditulis di dalam kitab Pengkhotbah, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” (NKJV). Ada waktu untuk lahir---anda tidak berkuasa apa-apa atas hal ini. Ada waktu untuk meninggal, di dalam maksud dan kasih karunia Allah. Ada waktu dimana Allah akan membangkitkan kita dari kematian. Ada waktu kita berhadap-hadapan dengan-Nya di sorga, dan Tuhan akan memberikan kita penghargaan atas hasil kerja kita---suatu waktu, suatu waktu yang telah direncanakan, setelah genap waktunya.
Oleh sebab itu, ada waktu Tuhan harus dilahirkan dan seluruh sejarah serta zaman berpusat kepada kejadian tersebut. Ada waktu, suatu waktu yang sudah direncanakan bagi Dia untuk disalibkan. Ada waktu, suatu waktu bagi Dia untuk dibangkitkan dari kematian. Ada waktu, suatu waktu yang sudah direncanakan bagi Dia untuk naik ke sorga. Dan ada waktu, suatu waktu yang sudah direncanakan dimana Tuhan akan datang kembali.
Saudara-saudara, firman di dalam kitab Roma 11, ayat 25, adalah ayat yang digunakan Paulus untuk menerangkan kejadian itu secara jelas. Begini bunyinya : “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini : Sebagian dari Israel telah menjadi tegar..” (NKJV). Ada suatu kumpulan orang (musterion), sebuah rahasia yang Allah simpan di dalam hati-Nya “sampai jumlah yang penuh (pleroma) dari bangsa-bangsa lain telah masuk”---sampai bangsa-bangsa lain yang harus ditebus masuk ke altar.
Lalu, di ayat selanjutnya, ayat 26, kemudian akan datang sang Penebus Agung, Tuhan Yesus kita, sang Raja, turun dari sorga untuk menjadi Tuhan atas seluruh bumi ini. Ada suatu waktu yang sudah dirancang untuk kedatangan sang Penyelamat kita. Sesuai dengan tujuan Allah, semua sejarah bergerak ke arah pencapaian akhir tersebut. Kegenapan (pleroma) sejarah.
Kemudian Paulus menyatakan, “setelah genap waktunya”---waktunya sudah genap--“ untuk waktu yang sudah datang, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan.”
Persiapan yang Tuhan Allah lakukan untuk kedatangan Anak-Nya ke bumi. Pertama-tama saya akan membicarakan mengenai hal yang berhubungan dengan pengkhotbahan, agama, persiapan yang dilakukan oleh Allah. Ketika mereka dibuang ke Babel untuk dijadikan budak, dan Bait di Yerusalem dihancurkan, dan tidak ada lagi pengorbanan dan tidak seorang imampun yang menghadap kepada Tuhan, bagi bangsa Yahudi, bangsa yang berada dalam pembuangan sebagai budak, itu merupakan suatu penderitaan yang tidak terlukiskan.
Mazmur 137 mencerminkan luka hati dan kepedihan yang dirasakan oleh bangsa yang hancur:
“Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita, meminta kepada kita, memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita : “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion !” Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing ? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku ! Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku !”
Melalui penderitaan dan tragedi serta kepedihan dari bangsa yang hancur dan berada dalam pembuangan di Babel tersebut, dari sanalah asalnya maksud-maksud Allah akan kedatangan Anak-Nya ke dunia.
Ada 3 hal yang timbul dari pembuangan ke Babel ini. Hal yang pertama, setelah itu dan untuk selamanya, bangsa Yahudi menjadi bangsa yang menyembah kepada satu Tuhan. Sepanjang sejarah, bangsa tersebut jatuh ke dalam perzinahan dan penyembahan berhala, tetapi setelah pembuangan, di dunia yang memuja dewa-dewa dan memuja berhala, bangsa Yahudi sendiri tetap menyembah kepada satu Tuhan, yang menunjuk pada satu Allah yang benar di bumi.
Hal yang kedua, dari kepedihan dan luka hati selama dalam pembuangan ke Babel, keluarlah peraturan dasar Kitab Suci. Ezra dan para pengurus sinagog mengumpulkan seluruh tulisan-tulisan suci dari Tuhan, dan kemudian dijadikan sebagai Kitab Allah.
Hal yang ketiga, dari pembuangan ke Babel terbentuklah perhimpunan umat Allah. Tidak ada lagi tempat pemujaan atau ritual atau korban, selain dari perhimpunan umat---sinagog---perhimpunan umat Allah. Sinagog dibentuk saat pembuangan ke Babel.
Dan itulah penggenapan dari Allah untuk kita. Dengan berdiri menentang dunia ini, pengkhotbah dan misionaris Kristen menyembah kepada satu-satunya Tuhan Allah, sang Penyelamat dunia, tidak ada yang lainnya. Karena Dia sendiri adalah Raja dan Tuhan atas langit dan bumi.
Selain itu, pengkhotbah Kristen teguh berdiri dengan sebuah Kitab Suci di tangannya, yaitu Firman yang diilhami, yang suci, dan sempurna dari Allah yang hidup.
Dan hal yang ketiga, perhimpunan umat Allah di Bait Allah, jemaat yang merupakan keluarga Allah yang telah ditebus. Penggenapan, maksud Allah, menggerakkan sejarah umat manusia.
Saudara-saudara yang terkasih, saya akan menyimpang sedikit dari sini---hanya satu firman dari khotbah ini. Selalu saja ada tujuan akhir Allah dari penderitaan yang dialami oleh umat manusia, selalu. Mungkin saya tidak mengetahuinya. Mungkin tidak melihatnya. Mungkin saya tidak mengalaminya, tetapi pasti ada penggenapan---ada suatu maksud akan kasih karunia melalui penderitaan yang dialami oleh umat manusia.
Saya membayangkan kisah Stefanus, yang mati syahid di dalam kitab Kisah Para Rasul. Orang-orang saleh meratap sedih dengan suara keras, saat mereka membawa tubuh pengkhotbah yang penuh Roh Kudus itu, yang mati syahid karena lemparan batu dan dibunuh, ke kuburnya. Tetapi melalui kejadian itu---penganiayaan di seputar kematian Stefanus, para pengkhotbah dan misionaris Kristen menyeberang ke dunia yang sudah maju. Itulah tujuannya.
Dan contoh yang lainnya adalah ketika Saulus dari Tarsus bertemu dengan Yesus di perjalanan, Tuhan berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (NKJV). Apakah yang Dia maksudkan dengan perkataan-Nya itu ? Kitab Kisah Para Rasul dan kesaksian Paulus itu jelas. Paulus tidak pernah melihat seseorang mati seperti cara Stefanus mati. Tetapi dia mencoba untuk menyimpannya dalam pikirannya dan mengingatnya, Stefanus yang sedang berlutut, sementara batu-batu yang dilemparkan akan menghabiskan nyawanya, mendoakan mereka yang membunuhnya. Dan kejadian itu mengubahnya. Memanggilnya. Dia menjadi utusan dan pembawa kabar iman kepada Allah yang berani.
Selalu ada maksud di dalam penderitaan, dan itu terjadi di dalam hidup anda. Terjadi di dalam kehidupan kita. Dan apabila kita bersedia, namun dengan tegar dan iman, suatu hari Allah akan membuatnya jelas. Dia akan menjelaskannya kepada anda. Ada alasan untuk itu. Ada suatu pleroma (penggenapan) yang sedang bekerja di bumi ini, yaitu maksud akan kasih karunia Allah.
“Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan”.
Tidak hanya ada khotbah, agama, persiapan, untuk kedatangan Tuhan kita ke bumi ini, tetapi juga ada sejarah, suatu persiapan budaya.
Alexander Yang Agung, ketika dia mulai menaklukkan dunia yang sudah maju, membawa serta gurunya, Aristoteles. Dan Alexander yang Agung membuat seluruh dunia ini berbahasa Yunani. Badan-badan Yunani, filosofi Yunani, arsitektur Yunani, dan kebudayaan Yunani serta berbahasa Yunani---dari satu satu kerajaan ke kerajaan lainnya, seluruh dunia yang berada ini berbahasa Yunani. Mereka berbicara bahasa Yunani.
Ketika Alexander meninggal pada usia tiga puluh tiga tahun---dia seumur dengan Tuhan kita. Ketika Alexander yang Agung meninggal, kerajaannya dibagi oleh keempat jenderalnya menjadi empat bagian, dan mereka menjalankan Helenisasi Yunani terhadap dunia yang sudah maju tersebut. Cassander menguasai Makedonia, bagian Eropa Kerajaan Yunani. Lysimachus menguasai Asia Kecil. Seleucus, yang anaknya bernama Antiochus, menguasai Syria. Dan Ptolemy menguasai Mesir. Dan mereka terus menjalankan Helenisasi terhadap dunia yang sudah maju tersebut. Dari satu wilayah ke wilayah lainnya menjadi Yunani.
Oleh sebab itu, ketika pengkhotbah Kristen, seorang penginjil, maju terus menyatakan pekerjaan Allah yang menakjubkan di dalam Jesus Kristus, mereka menyampaikannya dengan sebuah bahasa yang universal. Dari satu satu wilayah ke daerah wilayah lainnya, mereka menyampaikan khotbah dalam bahasa Yunani dan seluruh dunia dapat mengerti. Ketika Paulus menulis suratnya ke kota besar Roma, yang dia beri judul Kitab Roma, dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Dan ketika Rasul Yohanes menulis surat-suratnya kepada tujuh jemaat di Asia, dia menulis surat-surat tersebut dalam bahasa Yunani. Dari satu wilayah ke wilayah lainnya dari kerjaan itu, berbahasa Yunani.
Dan para pengkhotbah pertama Kristen itu, para pemenang jiwa-jiwa, para pemberita dari kasih karunia Allah yang menakjubkan, ketika mereka berdiri di mana saja di dunia yang sudah maju itu, mereka dapat mengerti dan dapat mendengar. Bahasa Yunani. Tanpa disadari Alexander yang Agung atau angan-angan para penerusnya dalam membangun kerajaan Yunani, mereka sebenarnya sedang mempersiapkan jalan, penggenapan, untuk kasih karunia Allah akan kedatangan Yesus Kristus.
“Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan”.
Yang dipersiapkan dalam penggenapan Allah, yaitu tujuan-tujuan Allah dalam sejarah umat manusia, tidak hanya dalam bidang agama dan kebudayaan saja. Ada juga persiapan di bidang politik untuk mempersiapkan kedatangan bayi Kristus ke dunia. Kerajaan Roma menggabung seluruh bangsa di dunia menjadi satu seperti jalan-jalan Roma. Anda dapat berjalan di mana saja. Anda dapat pergi ke mana saja. Dari Kerajaan Inggris di sebelah utara ke Sungai Indus di sebelah timur, jalan-jalan Roma ada di mana-mana, dan itu bebas serta dilindungi.
Mereka mempunyai salah satu dari sistim-sistim pengeposan yang terbaik yang pernah dimiliki dunia. Anda dapat mengirim surat-surat dari satu sisi dunia yang sudah maju ke dunia maju lainnya. Dan masyarakat hidup di dalam keamanan yang kuat. Tidak ada perang. Tidak ada pertempuran. Hanya ada Pax Romana, suatu pakta keamanan Roma yang universal.
Di kota Roma, ada kuil Yanus, yaitu dewa pintu, jalan raya, dan gerbang bangsa Romawi. Dia memiliki dua wajah, saling bertolak belakang. Pada bulan Januari, yang menjadi asal dari namanya, merupakan pesta yang diadakan baginya. Wajah yang satu menghadap ke belakang, dan yang satunya menghadap ke depan. Pada masa-masa perang, maka gerbang-gerbang, pintu-pintu kuil Yanus terbuka. Para tentara siap untuk bertempur. Pada masa-masa tenang, maka pintu-pintu kuil Yanus akan menutup. Selama bertahun-tahun, di masa-masa ke-Kristenan mulai, pintu-pintu kuil Yanus tertutup.
Dan para misionaris Kristen dan para murid Tuhan kita, serta para pengkhotbah Kitab Suci Yesus, turun ke jalan-jalan raya dan jalan-jalan umum kota Roma, dengan tenang dan aman, memberitakan kabar kasih karunia keselamatan dari Anak Allah, penggenapan, yaitu penggenapan waktu.
Tanpa pernah disadari oleh setiap Kaisar bahwa apa yang mereka lakukan dengan membangun Kerajaan tersebut, sebetulnya dia sedang mempersiapkan dan membuka jalan untuk datangnya pengkhotbah Tuhan Yesus kita. Sebuah mujizat akan kasih karunia Allah.
Di dalam penggenapan Allah akan tujuan-tujuan kasih karunia, yaitu persiapan yang sutuhnya akan kedatangan Tuhan kita---yang diperlukan tidak hanya agama, yaitu pekerjaan Allah melalui umat-Nya, dan tidak hanya budaya, dengan bangsa Yunani dan badan-badannya, dan tidak hanya bidang politik, dengan Kerajaan Romawi mengenai jalan-jalannya serta keamanannya yang universal, tetapi juga persiapan pribadi di sorga.
Saya seringkali bertanya-tanya---dan anda juga---apa maksudnya ketika Kitab Wahyu, Penyingkapan, menggambarkan Yesus sebagai Domba Jantan yang dibantai, sejak dari sebelum dunia ini diciptakan. Mundur jauh ke belakang, di kegelapan sejarah yang ribuan tahun jaraknya, sebelum penciptaan dunia ini, Yesus, di hapadapan Allah, adalah Domba Jantan yang dibantai untuk menghapus dosa umat-Nya.
Di dalam Kitab Ibrani, di sana digambarkan tempat dan waktu di mana Anak, pribadi kedua dari Tritunggal Allah, menawarkan, menyerahkan dirinya secara sukarela menjadi Penyelamat dunia : “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allahku” (Ibrani 10:7, NKJV). “Engkau telah menyediakan tubuh bagiku” (Ibrani 10:5, NKJV). Kemudian penulis Kitab Ibrani menggambarkan peristiwa inkarnasi itu : "Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya" (Ibrani 2:16-17, NKJV). "Dan dalam hal demikian, sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbua dosa" (Ibrani 4:15, NKJV). Supaya Ia menjadi Imam Besar yang setia dan penuh belas kasihan, yang mengerti akan pencobaan kita, sehingga Ia dapat menjadi perantara dan menjadi pendoa syafaat kita, karena Dia juga mengerti akan pencobaan-pencobaan yang kita hadapi.
Penggenapan Allah, akan maksud-maksud Allah, sebelum dunia dijadikan.
Kemudian, pada suatu waktu di bumi, keturunan perempuan itu, Protevangelium, kitab suci demi kitab suci. Di dalam kitab Kejadian 3:15 : “Keturunan perempuan itu akan meremukkan kepala iblis”. Para rabi-rabi zaman dulu bertanya-tanya mengenai hal itu : “keturunan perempuan.” Wanita tidak memiliki benih ! Tetapi laki-laki yang memiliki benih. Namun nubuatan tersebut berkata, “keturunan perempuan itu akan meremukkan kepalanya.”
Kemudian janji kemuliaan muncul kembali di zaman Abraham. “Dan melalui keturunanmu, sebagai satu keluarga,” Paulus berkata, “Dan melui keturunanmu, sebagai satu keluarga, semua keluarga di bumi ini akan diberkati,” keturunan perempuan itu.
Dan nubuatan yang indah yang disampaikan oleh Mikha di dalam Mikha 5, ayat 2 : “Tetapi engkau, hai Bethlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” (NKJV). Dia selalu memperhatikan.
Dan hari itupun tiba. Setelah genap waktunya, akan lahir dari seorang perempuan. Dan di jalanan yang berbatu menuju ke Bethlehem, perempuan itu berjalan, dalam keadaan mengandung tua. Dan Yusuf berjalan di sebelahnya.
Dan hari itupun tiba, dan saat itupun tiba, penggenapan Allah, ketika persiapan yang yang lengkap sudah selesai. Dan malaikat pun bernyanyi seraya berkata, “Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (Lukas 2:12, NKJV), suatu tanda abadi yang akan manusia heran selama-lamanya. Dibungkus dengan lampin, karena begitu miskinnya sehingga tidak ada sedikit pun bahan untuk dibuat baju, tidak ada baju untuk dibuat bagi bayi itu, hanya dibungkus dengan kain lampin. Lahir di sebuah kandang, dan terbaring di dalam palungan, suatu tanda yang akan membuat manusia heran selama-lamanya. Di sana, seorang wanita dimuliakan. Di sana, seorang ibu dikuduskan, dan di sana, seorang anak diagungkan, dimuliakan. Ya, ampun, bagaimana hal itu bisa terjadi ?
“Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan”, sehingga Dia dapat menebus kita untuk diangkat menjadi keluarga Allah. Ya Tuhan, Tuhan, betapa Kitab Suci yang indah, betapa pujian dan sukacita dan ucapan syukur yang menakjubkan---saat Natal, saat inkarnasi, saat kelahiran, saatnya Yesus, datang ke dunia untuk menebus kita bagi Allah.
Terdengar sebuah nyanyian di angkasa
Terlihat sebuah bintang di langit
Terdengar doa seorang ibu yang dipanjatkan dengan hikmat
Terdengar pelan tangisan bayi
Dan bintang memancarkan cahayanya
Bersamaan dengan lagu yang dinyanyikan dengan indah
Karena seorang bayi
Terbaring di dalam palungan di Betlehem
Ada sukacita yang bergemuruh
Atas kelahiran bayi yang menakjubkan
Karena bayi anak dara itu
Adalah Tuhan atas bumi ini
Dan bintang memancarkan cahayanya
Bersamaan dengan lagu yang dinyanyikan dengan indah
Karena seorang bayi
Terbaring di dalam palungan di Betlehem
Siapa yang tidak senang menyambut Natal ? Siapa yang tidak akan turut serta di dalam penyembahan bersama orang Majus dan bersujud di kaki-Nya, dan siapa yang hatinya tidak terangkat untuk memuji Allah atas kasih karunia yang sangat luar biasa itu ? Kejadian ini tidak pernah terbayangkan, karena begitu menakjubkan !
Dan sekianlah khotbah kami yang kami sampaikan ke dalam hati anda, untuk menyampaikan kasih karunia dari Tuhan Yesus bagi anda.
http://www.wacriswell-indo.org/natal%202%20-%20waktunya_sudah_genap.htm
Attachment | Size |
---|---|
simeon.gif | 15.5 KB |