Sukacita untuk Dunia (yang Berduka)
Jika Anda berduka karena kehilangan orang yang dicintai, rentang liburan dari Thanksgiving hingga Tahun Baru bisa terasa seperti menghadapi tantangan emosional. Anda selamat dari kursi kosong pada satu hari libur, hanya untuk menanggung gempuran kegembiraan dan pesta pada hari berikutnya. Saat Anda melihat dunia berniat membuat perayaan tetap meriah dan riang, tidak menyadari kehilangan, Anda mungkin mengira bahwa liburan bukan untuk Anda tahun ini. Di mana di dunia ini Natal-Natal putih dan peri-peri menghibur yang bisa menampung kesedihan Anda?
Jika Anda menemukan diri Anda mempertanyakan partisipasi dalam hari raya lain, pertimbangkan bahwa lagu-lagu Natal mungkin menawarkan Anda masuk ke perayaan yang berbeda tahun ini. Jendela toko mungkin menceritakan kisah kegembiraan sederhana yang tidak akan mendukung Anda saat Anda berduka, tetapi lagu-lagu Natal dapat mengarahkan kesedihan Anda dengan pengharapan yang pasti. Tahun ini, biarkan lagu-lagu Natal menjadi doa Anda dalam kesedihan.
Sebuah Lagu di Udara
Kisah Natal penuh dengan penderitaan. Di bawah bintang di langit itu, umat Allah hidup dengan kesedihan selama berabad-abad karena harapan dan ekspektasi yang tidak terpenuhi. Mereka menderita di bawah kemiskinan dan penindasan. Dari gembala yang hidup pas-pasan hingga orang Majus yang bergumul dengan kerinduan rohani, kisah Natal dipenuhi dengan tokoh-tokoh yang akrab dengan kesedihan. Dan, di tempat kecil itu, seorang ibu melahirkan seorang anak dalam campuran kesedihan dan kegembiraan. Bayinya lahir untuk mati.
Jika Anda berduka pada musim liburan ini, lagu-lagu Natal mengingat kesedihan ini dan mengundang Anda ke dalam pengalaman duka yang universal. Dalam pengiring lirik mereka, kita menemukan pengakuan atas kehancuran dunia, rasa sakit yang kita kenal secara dekat. Dalam O Come, O Come, Emmanuel, ("O Datanglah Imanuel") kita "berkabung di pengasingan yang sepi," menunggu penebusan atas segala sesuatu. Dalam It Came Upon a Midnight Clear, ("Pada Tengah Malam Terdengar Pujian) kita menangisi "beban hidup yang menghancurkan." Kita berseru dalam paduan suara, Dona nobis pacem -- beri kami kedamaian, beri kami kedamaian. Saat kita mengangkat suara kita dalam lagu yang penuh air mata, kita menemukan bahwa lagu-lagu Natal menggemakan semua kesedihan yang memenuhi hati kita. Mereka menawarkan ruang bagi kesedihan kita untuk menjadi bagian dari Natal.
Harmoni Duka dan Pengharapan
Pada tahun 1535, Martin Luther menggubah lagu Natal untuk waktu kebaktian keluarganya. "Selamat datang di bumi, hai Tamu yang mulia, yang melaluinya dunia yang penuh dosa ini diberkati!" tulisnya. "Engkau datang untuk turut mengalami kesengsaraanku, agar Engkau dapat berbagi kegembiraan-Mu denganku." Saat lagu-lagu Natal terbaik mengakui kesedihan kita yang mendalam, mereka mengundang kita untuk melihat kesedihan kita dalam terang salib. Lagu-lagu Natal menyambut kita untuk berkabung dengan pengharapan.
Ada garis tipis antara optimisme opini yang cenderung baik dengan pengharapan yang tulus, tetapi lagu-lagu Natal yang terbukti bagus selalu tepat sasaran. Hark! The Herald Angels Sing ("Gita Surga Bergema" -- Red.) mengulangi kebenaran dari Filipi 2. Dia yang dengan lembut memberikan kemuliaan-Nya telah lahir untuk memberi kita kehidupan kebangkitan. Lo, How a Rose E'er Blooming ("Lihat, Bagaimana Bunga Mawar Bermekaran" -- Red.) mengingatkan kita bahwa kuasa Kristus menghalau kegelapan bumi dan meringankan beban yang kita pikul. Charles Wesley meyakinkan kita dalam Come, Thou Long Expected Jesus ("Datanglah, Engkau Yang Telah Lama Mengharapkan Yesus" -- Red.) bahwa ketakutan dan kesedihan yang mengganggu kita sekarang suatu hari akan menemukan penghiburan penuh di hadirat Yesus.
Saat kita bernyanyi dalam gelapnya kesedihan kita, musik menjadi sesuai untuk kita, seperti yang pernah dikatakan Maria von Trapp, "instrumen yang kuat, senjata yang hebat" dari pengharapan.
All Ye Citizens of Heav'n Above (Hai Kalian Semua Warga Surga di Atas)
Jika Anda berduka karena kehilangan orang yang dicintai pada hari perayaan, Anda pasti merindukan kehadirannya. Anda merindukan matanya yang berbinar pada pagi Natal saat Anda membuka kado. Anda merindukan pelukan hangatnya ketika Anda memasuki rumah untuk makan malam Natal. Ketidakhadiran orang yang kita cintai bisa menjadi hal yang besar. Kenangan pahit dapat mencekik kegembiraan bahkan dari perayaan yang sangat menyenangkan.
Saya ingat berdiri di gereja untuk menyanyikan O Come, All Ye Faithful ("Hai Mari Berhimpun" -- Red.) setelah suami saya meninggal. Saya tidak merasa terlalu meriah, dan saya menggumamkan kata-kata itu dengan pelan saat jemaat bernyanyi dengan penuh semangat. Musik menggelegar saat kami mulai menyanyikan bait kedua, dan tiba-tiba mata saya berlinang air mata. "Bernyanyilah, paduan suara para malaikat, bernyanyilah dalam kegirangan; O bernyanyilah, kalian semua warga surga di atas!" Kata-kata itu terasa segar di hati saya ketika saya menyadari kejelasan yang mengejutkan: saya tidak bernyanyi sendirian. Ya, bangku di samping saya kosong. Ruang di mana suami saya duduk tidak akan terisi lagi. Akan tetapi, saat kami berkumpul untuk merayakan kedatangan Yesus dan penahbisan kerajaan Allah yang terpuji, sebagai warga surga sekarang, dia juga bernyanyi.
Lagu-lagu Natal menyambut kesedihan kita. Mereka dengan luar biasa menyatukannya dan mengontekstualisasikannya dalam kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus. Dan, bagi kita yang berduka, lagu-lagu Natal mengingatkan kita bahwa kita merayakan tahun ini -- dan setiap tahun sampai Yesus datang kembali -- dengan persekutuan orang-orang kudus. Meskipun tidak hadir secara jasmani, orang yang kita cintai hadir dalam roh. Bersama-sama, kita mengangkat hati kita untuk memuji Tuhan yang telah bangkit yang telah menjanjikan kita "kebahagiaan tanpa akhir" dari Good Christian Friends, Rejoice ("Teman-Teman Kristen yang Baik, Bersukacitalah" -- Red.). Saat kita berduka, kita dan orang-orang yang kita kasihi yang telah pergi sebelumnya bersama-sama adalah orang-orang kudus dari Angels We Have Heard on High ("Dari Pulau dan Benua" -- Red.), menantikan penebusan kita yang sepenuhnya.
Perayaan memang sulit ketika Anda berduka, tetapi lagu-lagu Natal dapat menawarkan penghiburan. Rasa sakit yang kita alami di sini tidak akan selamanya. Kelahiran Kristus meyakinkan kita bahwa Allah masuk ke dalam kesedihan kita dan menang atasnya. Sampai hari penyempurnaan akhir itu, orang yang kita cintai aman dalam pemeliharaannya, sudah menyanyikan pujiannya. Untuk mempersiapkan hari besar ketika kita akan bernyanyi bersama, kiranya lagu-lagu Natal menyelaraskan hati Anda pada Natal ini. Liburan ini, bersama dengan semua teman surga, mari kita berlatih untuk lagu kekal kita.
Kristus, bagi-Mu bersama Allah Bapa,
Dan, ya Roh Kudus, bagi-Mu,
Himne dan nyanyian dengan ucapan syukur yang mulia,
Dan pujian yang tak kenal lelah adalah:
Kehormatan, kemuliaan, dan kekuasaan,
Dan kemenangan kekal,
Selamanya dan selamanya!
(t/Jing-Jing)
Audio: Sukacita untuk Dunia (yang Berduka)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://thegospelcoalition.org/article/joy-grieving-world |
Judul asli artikel | : | Joy to the (Grieving) World |
Penulis artikel | : | Clarissa Moll |