Hotel di Betlehem
Submitted by natal.sabda.org on Tue, 12/11/2007 - 10:00Pasangan yang sangat religius sedang tur di Tanah Suci saat Natal dan berpikir untuk menghabiskan malam Natal di Betlehem, kota kelahiran Yesus.
Pasangan yang sangat religius sedang tur di Tanah Suci saat Natal dan berpikir untuk menghabiskan malam Natal di Betlehem, kota kelahiran Yesus.
Jimmy pulang dari sekolah ke rumah sambil membawa tes geografinya yang mendapat nilai jelek. Ibunya memeriksa pekerjaannya dan menemui bahwa Jimmy menjawab pertanyaan yang mudah dengan jawaban yang salah.
Seorang gadis cilik sangat bangga akan hadiah Natalnya: jam dan parfum yang baru pertama kali itu ia miliki. Ia benar-benar menjadi pengganggu sepanjang hari -- menghampiri seluruh kerabatnya lalu menempelkan jamnya di telinga mereka dan memaksa mereka mencium parfumnya.
Seorang pendeta akan bertamu ke rumahnya untuk makan siang. Tapi sebelum pendetanya datang, ibu gadis itu berkata, "Jika kamu menyebut-nyebut jam dan parfum itu sekali lagi saja, aku akan mengurungmu di kamar seharian."
Makan siangnya berjalan mulus dan gadis cilik itu menahan mulutnya sampai makanan penutup dihidangkan. Ia ingin memastikan bahwa pendeta itu juga tahu akan jam dan parfumnya. Maka ia berkata, "Jika Anda mendengar sesuatu atau mencium sesuatu ..., itu pasti aku!"
"Terima kasih buat harmonika yang Paman berikan Natal kemarin," kata Joni kepada pamannya saat bertemu setelah liburan. "Harmonika itu adalah hadiah Natal terbaik yang pernah aku dapatkan."
"Baguslah," kata pamannya. "Apa kamu tahu cara memainkannya?"
"Oh, aku tidak memainkannya," kata Joni. "Ibu memberiku uang seribu setiap hari supaya aku tidak memainkannya pada siang hari dan Ayah memberiku lima ribu seminggu agar aku tidak memainkannya pada malam hari."
"Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?." (Yeremia 17:9)
Sumber: Buffalosjokes
Seorang sinterklas di sebuah mal sangat terkejut ketika seorang wanita muda berumur sekitar dua puluh tahunan menghampirinya dan duduk di pangkuannya.
Sinterklas biasanya tidak melayani permintaan orang dewasa, namun karena wanita itu tersenyum sangat manis kepadanya, jadi bertanyalah ia kepada wanita itu, "Apa yang kamu inginkan saat Natal?"
"Sesuatu untuk ibuku," kata wanita muda itu.
"Sesuatu ... untuk ... ibumu? Kamu baik sekali," kata sinterklas sambil tersenyum. "Kamu ingin aku memberi ibumu apa?"
Sambil mengedipkan mata, ia menjawab, "Menantu ...!"
Baca: Lukas 1:39-56
Sukacita seharusnya menjadi tanggapan bagi orang yang menerima rencana Allah dan terlibat di dalamnya. Sukacita inilah yang ditekankan Lukas dalam Injilnya, khususnya pada perikop ini.
Ketika seorang gadis kecil naik ke pangkuan Sinterklas, seperti biasa Sinterklas itu bertanya, "Hadiah apa yang kamu inginkan untuk Natal saat ini?"
Dengan mulut ternganga, gadis kecil itu menatap si Sinterklas selama beberapa saat, lalu dia bertanya: "Apakah Anda tidak menerima surat saya?"
/"Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.* (Matius 18:6)
Sumber: LABLaughs.
Seorang pelayan restoran yang frustasi karena tidak mendapatkan libur di malam Natal menyuguhkan secangkir kopi panas kepada seorang tamunya tanpa memberikan sendok untuk mengaduk kopi tersebut.
Untuk menyindir kelalaian si pelayan, tamu tersebut berkata, "Kopi ini sangat panas ... dan jika aku menggunakan jariku untuk mengaduknya pasti jariku melepuh karena kepanasan!!"
Sang pelayan lalu masuk ke dalam dapur. Tidak lama kemudian dia muncul dengan membawa satu cangkir kopi lagi dan berkata, "Mungkin yang satu ini tidak terlalu panas dan aman untuk jari Anda, Tuan!"
Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih! (1 Korintus 16:14)
Sumber: The Big Book of Jokes & Riddles, p.285.
Smith pergi menghadap supervisornya di kantor depan. "Bos," katanya, "Untuk menyambut hari Natal, besok kami sekeluarga akan bersih-bersih rumah secara besar-besaran, dan istri saya membutuhkan saya untuk membersihkan loteng dan garasi, memindahkan dan mengangkat barang- barang."
"Tapi, Smith, saat ini tenaga kerja kita terbatas," jawab bos itu.
"Saya tidak dapat memberimu ijin."
"Terima kasih, bos," kata Smith, "Saya tahu kalau saya dapat mengandalkan Anda!"
dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4)
Sumber: LABLaughs.
Baca: Hosea 13:1-14:1
Allah sendiri mengingatkan Israel, bahwa Dialah yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Tidak ada juruselamat lain (ayat 4). Artinya, hanya Allahlah yang memelihara dan yang memberi mereka makan dan minum. Israel dengan mudah melupakan segala kebaikan yang telah Tuhan limpahkan atas mereka. Karena itu, ketika Israel membelakangi Allah, itu tidak hanya berarti bahwa Israel menolak keselamatan dari Allah, tetapi juga Israel telah memutuskan hubungan kasih dengan Sang Sumber kehidupan. Akibatnya, murka Allah menimpa mereka. Bahkan, akibat dari sikap Israel itu, Allah tidak akan membebaskan Israel dari maut.