Renungan Adven: Lahir untuk Mati
Membaca
Akan tetapi sekarang, kebenaran Allah telah dinyatakan, tanpa Hukum Taurat, yang sudah disaksikan melalui Kitab Taurat dan para nabi, yaitu, kebenaran Allah melalui iman kepada Kristus Yesus bagi semua yang percaya. Sebab, tidak ada perbedaan; sebab semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah, dan dibenarkan dengan cuma-cuma oleh kasih karunia-Nya melalui penebusan yang ada dalam Yesus Kristus; yang ditetapkan Allah sebagai jalan pendamaian oleh darah-Nya melalui iman. Hal ini untuk menunjukkan kebenaran-Nya, karena dalam kesabaran-Nya, Allah telah membiarkan dosa-dosa masa dahulu terjadi. Hal itu untuk menunjukkan kebenaran-Nya pada masa kini supaya Ia terbukti benar dan pembenar dari orang beriman kepada Yesus. (Rm. 3:21-26, AYT)
Merefleksikan
Mengapa Yesus datang untuk tinggal di antara kita? Anda tahu Dia tidak perlu melakukannya. Dia bisa saja meninggalkan kita dalam dosa kita, dan Dia akan menghukum kita dengan adil. Kita semua telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah Pencipta kita. Jika Dia hanya datang untuk mengajari kita beberapa kebenaran moral, Dia tidak perlu pergi ke salib. Hukum telah menyatakan karakter Allah dalam semua kekudusan, kebenaran, dan kebaikan-Nya yang luar biasa.
Jadi, mengapa Dia datang? Dia datang untuk menggenapi hukum dengan hidup dalam ketaatan yang sempurna kepada Bapa-Nya dan kasih yang penuh kepada semua orang yang Dia temui. Dia datang untuk berjalan dalam iman di mana Israel telah gagal. Dia datang untuk mengajari kita arti hidup-Nya -- dan kematian-Nya. Dia dilahirkan untuk mati agar kita yang percaya akan hidup selamanya.
Dengan kelahiran Yesus pada malam suci itu datanglah fajar anugerah penebusan. Jangan lewatkan kata "menebus". Apa artinya ditebus? Itu berarti kita telah dibeli dengan harga tertentu. Kita membawa utang dosa karena kita memberontak terhadap hukum Allah. Dan Yesus membebaskan kita. Dia menebus kita. Tapi bagaimana caranya? Dengan satu-satunya cara yang hanya Dia yang bisa, agar Allah bisa adil dan sekaligus menjadi Pembela pada saat yang sama. Yesus memberikan diri-Nya sebagai kurban pengganti untuk dosa kita. Dia mati dengan kematian yang pantas kita terima agar Allah yang adil dipuaskan.
Lalu, apa yang tersisa untuk kita lakukan? Untuk menerima pemberian terbesar dari semuanya -- pembenaran. Yesus menanggung dosa kita, dan kita mendapatkan kebenaran-Nya. Dan bagaimana kita mengklaim pemberian ini? Dengan iman. Anda tidak akan menemukan penawaran yang lebih baik. Namun, itu hanya tersedia bagi mereka yang rendah hati. Bagi mereka yang putus asa. Bagi semua orang yang menyadari bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain. Pemberian ini bukan milik siapa pun yang merasa pantas mendapatkannya.
Orang yang dibenarkan menyadari bahwa Allah adalah adil jika menghukum mereka. Mereka tahu upaya terbaik mereka untuk menaati hukum akan gagal. Seolah-olah hadiah Natal terbesar adalah milik anak-anak yang tahu bahwa mereka layak mendapatkan batu bara dalam kaus kaki mereka. Yesus adalah anti-Santa. Dia tahu kita termasuk dalam daftar anak nakal. Dan itulah mengapa Dia datang untuk menyelamatkan kita. Itu sebabnya Dia mengesampingkan kemuliaan surga dan memilih rahim ibu-Nya, Maria. Dia dilahirkan untuk mati. Lebih dari itu, setelah Dia diserahkan karena pelanggaran kita, Dia dibangkitkan untuk pembenaran kita (Rm. 4:25).
Pastikan Anda mengklaim hadiah itu pada masa Adven ini. Datang dengan iman dan pergi dalam keadaan dibenarkan.
Merespons
Bagaimana Allah bisa adil dan menjadi Pembela pada saat yang bersamaan? Bagaimana pengetahuan tentang dosa Anda menumbuhkan kasih Anda yang penuh syukur kepada Allah?
Bersuka cita
Malam kudus, sunyi senyap
Kurnia dan berkat tercermin bagi kami terus
di wajah-Mu, ya Anak kudus,
cinta kasih kekal, cinta kasih kekal.
Joseph Mohr (Tr. oleh John Freeman Young), Silent Night
(t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://thegospelcoalition.org/article/born-to-die |
Judul asli artikel | : | Advent Meditation: Born to Die |
Penulis artikel | : | Collin Hansen |