Belanja Natal Deo Gloria

Joanne adalah pemilik toko. Toko kecilnya dipenuhi dengan dekorasi kerajinan tangan dan hadiah yang membangkitkan semangat. Orang-orang suka memasuki tokonya, dan selama delapan minggu terakhir tahun ini, ada gebrakan yang gamblang saat pembeli yang riang gembira menggali harta liburan, dengan lagu-lagu Natal diputar sebagai pengiring.

Ini adalah saat yang penting bagi bisnis dan mata pencaharian Joanne -- hampir 50 persen dari pendapatan tahunannya dihasilkan pada bulan November dan Desember.

Pada hari Minggu pertama Adven, Joanne mendengar pendetanya berkhotbah tentang budaya konsumen yang merusak di Natal:

"Keramaian dan pengeluaran pada masa Natal membunuh kita. Kita mengisi jadwal kita dengan pesta liburan yang tidak ada hubungannya dengan Kristus, dan sementara itu melupakan alasan musim itu. Kita membuang-buang uang untuk hal-hal yang tidak kita (dan orang lain) butuhkan. Allah tidak senang -- ini tidak mirip dengan Natal pertama. Itu tidak membuat kita mengingat Anak-Nya. Saatnya kita semua membuat perubahan besar. Berhenti menyembah barang. Mulailah menyembah Kristus."

Gambar: bersyukur

Joanne mendengarkan dengan saksama. Dia merasa bertentangan, dan sedikit malu. Pada satu sisi, dia setuju dengan pendetanya -- penekanan konsumen pada Natal sering kali mengesampingkan Kristus. Pada sisi lain, waktu sibuk sepanjang tahun ini memungkinkan dia untuk membayar para pekerjanya, bertahan melalui musim yang lambat dari Januari hingga Maret, dan menghidupi keluarganya. Dia tidak akan berhasil sebagai pemilik toko jika bukan karena pejalan kaki yang datang dan pergi dan pembelian yang meningkat selama musim Natal.

Dan, meskipun dia mungkin tidak mengakuinya kepada pendetanya, Joanne sebenarnya senang melihat bagaimana produk yang dia jual membawa sukacita bagi orang lain. Apa yang harus dia lakukan?

Di bangku Anda

Sebagian besar gereja memiliki lusinan Joanne -- pekerja-pekerja yang mata pencahariannya bergantung pada musim belanja liburan yang intens, atau yang mendapat manfaat dari menambah jam kerja pada bulan Desember.

  • Sebuah usaha kecil katering mungkin mengalami kenaikan pendapatan 40 persen karena perayaan liburan.
  • Musisi dipesan untuk pertunjukan tambahan saat orang-orang mengadakan pesta Natal.
  • Orang-orang mengambil shift tambahan dan jam tambahan saat bisnis meningkatkan tenaga kerja mereka. Untuk pekerja berupah minimum, peningkatan peluang mungkin penting untuk mengejar tagihan yang terlambat dibayar.

Bagaimana pendeta yang bijaksana memimpin jemaat melalui realitas yang saling bertentangan ini? Apakah menyembah Kristus Natal selalu bertentangan dengan menjamurnya belanja dan perayaan selama musim liburan?

Empat tema yang dapat membantu kita berpikir tentang menggembalakan jemaat kita selama musim Natal yang sibuk.

1. Perayaan Besar dan Pengeluaran Besar

Pertama, apakah pengeluaran dan perayaan bertentangan dengan iman yang hidup di dalam Allah? Apakah Natal, khususnya, layak untuk dirayakan secara mewah?

Memang, hanya ada sedikit petunjuk alkitabiah tentang bagaimana (atau apakah) kita harus merayakan Natal. Akan tetapi, perayaan secara teratur muncul di halaman-halaman Alkitab, mulai dari sukacita Allah atas ciptaan-Nya (Kejadian 1-2), berbagai perayaan yang Dia perintahkan untuk umat-Nya Israel (Imamat 23), hingga mengutus malaikat untuk mengumumkan kelahiran Yesus (Lukas 2), untuk penyempurnaan segala sesuatu, di mana Allah merencanakan bukan kebaktian gereja tetapi perjamuan pernikahan besar-besaran (Wahyu 19).

Salah satu contoh alkitabiah yang patut diperhatikan.

Dalam Ulangan 14:22-29, orang Israel diperintahkan untuk membawa sepersepuluh dari hasil panen biji-bijian dan buah-buahan mereka ke bait suci setiap tahun, menukarnya dengan uang, dan kemudian menggunakan uang itu untuk perayaan besar yang menggabungkan makanan dan minuman kesukaan mereka: "Kamu bisa membelanjakan uang itu sesuai dengan kehendak hatimu seperti: sapi, domba, anggur, minuman keras, atau apa pun yang diingini hatimu. Dan, kamu harus memakannya dan bersukacita di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat itu, kamu dan seisi rumahmu" (Ulangan 14:26, AYT).

Perayaan ini juga termasuk berbagi dengan orang Lewi dan orang miskin setiap tahun ketiga.

Lalu, tampaknya, Allah tidak menentang umat-Nya mengadakan perayaan besar dengan tujuan untuk bersukacita dan merayakan semua yang Dia berikan. Faktanya, Dia lebih boros daripada kita: bayangkan perayaan yang menghabiskan 10 persen dari penghasilan Anda. Apakah Anda akan mencemooh ketidakpantasan? Umat Allah diperintahkan untuk merayakan dengan cara ini -- pengorbanan syukur yang penuh sukacita, dibagikan kepada yang membutuhkan, mengakui bahwa Dia telah menyediakan semuanya.

Jika kita mengutuk pengeluaran selama musim kelahiran Kristus, kita belum tentu alkitabiah. Anggota jemaat yang memiliki toko atau bisnis yang melayani tujuan ini tidak boleh malu. Jika makan dan minum bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah, maka belanja dan perayaan juga bisa.

2. Menunjukkan Kebaikan dan Kasih Karunia

Musim belanja Natal sering kali dipenuhi dengan hiruk pikuk. Muak dengan antrean belanja yang panjang, lalu lintas yang buruk, dan tekanan dalam membeli hadiah dapat membuat orang bertindak buruk. Para pekerja di toko dan restoran sering menanggung beban perilaku buruk kita.

Bagaimana gereja dapat menggerakkan semangat jemaat untuk menunjukkan kasih karunia, kebaikan, dan kemurahan hati kepada para pekerja? Senyum hangat, kata-kata yang baik, dan tip yang banyak adalah ekspresi nyata dari kasih seperti Kristus.

3. Pengeluaran yang Bijaksana dan Direncanakan

Meskipun pengeluaran mungkin tidak berarti keterlibatan dengan budaya konsumeristik, pendeta dapat mendorong jemaat menuju pilihan pembelian yang bijaksana. Setiap pembelian yang kita lakukan adalah pilihan. Kita tidak hanya membeli produk dengan harga tertentu; kita juga mendukung bisnis.

Dalam Ulangan 14:22-29, orang Israel diperintahkan untuk membawa sepersepuluh dari hasil panen biji-bijian dan buah-buahan mereka ke bait suci setiap tahun


Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Bagaimana orang dapat mempertimbangkan siapa yang ingin mereka dukung dalam pembelian mereka? Sebuah usaha kecil katering? Pemilik toko lokal? Sekelompok musisi Kristen yang berbakat? Perusahaan terhormat yang menawarkan produk berkualitas dengan harga yang wajar, yang mendorong nilai bagi pelanggan, karyawan, komunitas, dan rantai pasokan mereka? Pendeta dapat mengingatkan jemaatnya untuk berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Dan, semua ini dapat dilakukan dalam konteks anggaran yang telah direncanakan sebelumnya, menghindari utang.

4. Istirahat dan Refleksi

Di tengah kesibukan yang terkadang terasa membebani kita, kita juga terpanggil untuk mengatur waktu dan kasih kita. Untuk itu, pendeta dapat mendorong jemaat untuk melakukan percakapan yang disengaja dengan keluarga dan orang yang mereka kasihi. Seperti apa jadwal liburannya? Sudahkah kita merencanakan waktu yang cukup untuk beristirahat dan merenungkan Kristus Natal? Pengalaman atau praktik apa yang menghangatkan hati kita terhadap kasih Kristus dan terhadap kekaguman dan keajaiban inkarnasi? Untungnya, ada alat yang fantastis untuk refleksi yang tenang selama musim Adven.

Musim ini diisi dengan kesempatan untuk menyembah Raja Yesus. Tidak perlu mengorbankan mereka yang mengalami gejolak ekonomi karena pembeli memperingati tahun ini dengan perayaan, pemberian hadiah, dan pesta. Tugas kita, sebagai umat Allah, adalah melaksanakan ritual-ritual ini dengan makna spiritual, menumbuhkan kasih kita kepada Allah dan sesama. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://www.thegospelcoalition.org/article/christmas-shopping-deo-gloria/
Judul asli artikel : Christmas Shopping Deo Gloria
Penulis artikel : Matt Rusten