Bagaimana Natal Memisahkan Kita

Kita biasanya mengasosiasikan Natal dengan damai sejahtera, dan itu jelas. Yesaya menubuatkan bahwa anak yang lahir dari Maria akan menjadi "Raja Damai" (Yesaya 9:6), dan ketika para malaikat mengumumkan kelahiran Kristus kepada para gembala, bala tentara surgawi berbicara tentang "damai sejahtera di bumi, di antara orang-orang yang berkenan kepada-Nya (Allah)" (Lukas 2:14, AYT).

Yesus sendiri mengatakan kepada orang-orang untuk "pergilah dalam damai" setelah Dia menolong mereka dengan beberapa mukjizat (Markus 5:34; Lukas 7:50; 8:48). Dan, sebelum Dia naik kepada Bapa, Yesus memberi murid-murid-Nya kata-kata penghiburan ini: "Damai sejahtera Kutinggalkan bersamamu; damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu" (Yohanes 14:27, AYT).

Pada saat yang sama, ada indikasi awal bahwa kedatangan Kristus akan membawa konflik. Ketika Simeon mendekap bayi Kristus yang baru lahir dalam pelukannya, dia memberi Maria ramalan yang meresahkan tentang masa depan anak ini:

"Dengar, Anak ini telah ditetapkan untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang di Israel, serta menjadi tanda yang ditentang banyak orang. (Dan, sebilah pedang akan menusuk jiwamu), supaya isi hati banyak orang akan dinyatakan." (Lukas 2:34-35, AYT)

Yesus menggambarkan dampak yang memecah belah dari kedatangan-Nya dengan cara yang sama:

"Jangan berpikir bahwa Aku datang untuk membawa perdamaian di bumi. Aku datang bukan untuk membawa perdamaian, melainkan pedang." (Matius 10:34, AYT)

Bahkan, di antara anggota keluarga, Yesus memberi tahu mereka, Dia akan menjadi garis pemisah (35-36). Para ayah akan mengikuti Dia, tetapi tidak dengan anak-anak laki-laki mereka. Anak-anak perempuan akan mengakui Dia sebagai Tuhan, sementara ibu mereka sendiri akan tersinggung oleh Dia. Dan, pemisahan ini pada akhirnya akan meluas lebih jauh dari rumah tangga individu.

Gambar: Natal

Yesus adalah garis pemisah antara seluruh sistem kepercayaan, dan inkarnasi-Nya membawa kenyataan ini ke permukaan. Kita dihadapkan pada pertanyaan yang sangat penting, Siapakah Anak ini? Untuk memahami betapa memecah belahnya pertanyaan ini, perhatikan bagaimana sistem kepercayaan di bawah ini menjawab pertanyaan ini.

Pemisahan yang Jelas

Beberapa sistem kepercayaan menolak ajaran Kitab Suci tentang Yesus dengan cara yang lebih jelas dan lugas. Keyakinan dasar mereka adalah dunia yang terpisah dari sejarah Kekristenan. Ini diwakili oleh agama-agama dunia yang tercantum di bawah ini.

Umat Buddha

Umat Buddha menolak keberadaan Allah pencipta yang menjalin relasi dengan manusia secara pribadi. Gagasan bahwa Allah akan datang, dalam pribadi Anak-Nya, untuk tinggal bersama kita akan menjadi hal yang asing bagi mereka. Beberapa umat Buddha mungkin memandang Yesus sebagai Guru yang Bijaksana, tetapi mereka akan menolak bahwa Dia adalah Anak Allah yang kekal.

Umat Hindu

Karena Hinduisme adalah seperangkat agama yang kompleks, kemungkinan ada berbagai macam pandangan tentang Yesus. Bagi sebagian orang Hindu, menerima Yesus sebagai dewa atau sebagai inkarnasi ilahi yang layak disembah tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi, tidak ada orang Hindu yang setuju dengan klaim Rasul Petrus tentang Yesus, yaitu, bahwa "tidak ada nama lain di bawah langit yang diberikan di antara manusia yang oleh nama itu kita dapat diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12, AYT).

Umat Muslim

Kebanyakan orang muslim memiliki beberapa tingkatan rasa hormat dan kagum kepada Yesus. Akan tetapi, mereka percaya bahwa Yesus hanyalah seorang nabi, bukannya Anak Allah yang sepenuhnya ilahi. Bahwa Anak ini dalam arti apa pun dapat disebut "Tuhan", sebagaimana Elisabet mengacu pada anak Maria yang belum lahir (Lukas 1:43), tidak masuk akal karena pengakuan mendasar Islam tentang keesaan allah mereka, Allah. Sementara orang Kristen juga mengakui bahwa ada satu Allah (Ulangan 6:4; 1 Korintus 8:6; 1 Timotius 2:5), Allah yang dinyatakan dalam Kitab Suci ada sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus (tiga pribadi yang berbeda, tetapi sepenuhnya ilahi) (Ulangan 6:4; 1 Korintus 8:6; 1 Timotius 2:5). Oleh karena itu, inkarnasi menjadi garis pemisah utama antara Islam dan Kristen.

Pemisahan yang Lebih Tidak Kentara

Sistem kepercayaan lainnya berbeda dengan kekristenan dalam cara yang lebih tidak kentara, kadang-kadang menggunakan kosakata alkitabiah yang sama tentang Yesus meskipun berarti sesuatu yang sama sekali berbeda. Entah kita sedang berbicara tentang kepercayaan Saksi Yehova atau Mormon, atau sebagian besar pandangan sekuler dari banyak sesama kita yang tidak percaya, Yesus terus menjadi titik utama pemisahan.

Saksi-Saksi Yehova

Saksi-Saksi Yehova percaya bahwa Yesus diciptakan sebagai allah yang lebih rendah yang memiliki "keberadaan pramanusia sebagai makhluk roh yang mahakuasa". Mereka mungkin menyebut Dia sebagai Anak Allah, tetapi tidak dalam pengertian yang unik dan ilahi tentang status anak (sesuai dengan 1 Yohanes 4:9). Bagi Saksi-saksi Yehova, Yesus adalah anak Allah hanya dalam arti bahwa Adam, manusia pertama, disebut anak Allah (Lukas 3:38). Jadi, inkarnasi bukanlah menghargai fakta bahwa Anak Allah yang sepenuhnya ilahi mengambil rupa manusia seperti kita demi keselamatan kita.

Mormon

Yesus adalah garis pemisah antara seluruh sistem kepercayaan, dan inkarnasi-Nya membawa kenyataan ini ke permukaan.


Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Ketika Mormon, yang juga dikenal sebagai Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (LDS), berbicara tentang Yesus, mereka sering terdengar sangat mirip dengan orang Kristen. Akan tetapi, seperti Saksi-saksi Yehova, Mormon menolak bahwa kelahiran Kristus dapat digambarkan sebagai inkarnasi Anak Allah yang kekal. Mereka mengklaim bahwa Yesus adalah anak roh sulung dari Bapa surgawi dan Ibu surgawi. Dia adalah sesuatu seperti allah sekunder (di bawah Allah Bapa) yang tidak memiliki keallahan dalam dirinya sendiri. Yesus hanya menjadi allah di dunia roh.

Berbeda dengan kepercayaan Saksi-saksi Yehova dan Mormon, Kitab Injil Yohanes mengatakan bahwa Firman yang "menjadi daging" (1:14) sepenuhnya ilahi dan tidak diciptakan, karena Dia "bersama Allah" pada mulanya dan Dia "adalah Allah" (1, penekanan ditambahkan).[1] Atau, seperti yang diajarkan Pengakuan Iman Nicea, Yesus "dilahirkan, bukan diciptakan; dari esensi yang sama dengan Bapa." Anak Maria benar-benar dapat disebut, dalam arti yang sepenuhnya, Imanuel, Allah beserta kita (Matius 1:23).

Sesama Anda yang Tidak Percaya

Yang terakhir, Yesus juga memisahkan kita dari orang-orang yang tidak mengidentifikasi dirinya dengan agama atau kultus dunia tertentu, tetapi tetap memiliki rasa hormat kepada-Nya. Ini termasuk "orang Kristen secara budaya," yaitu, mereka yang mengidentifikasi diri dengan Yesus sebagian besar karena keluarga atau latar belakang budaya. Orang-orang seperti itu mungkin berbicara tentang "semangat Natal" dan bahkan memasang pernak-pernik kelahiran (Yesus Kristus), tetapi pendapat mereka tentang kelahiran Kristus lebih merupakan tindakan sentimental daripada tindakan penyembahan. Bagi orang-orang seperti itu, Yesus mungkin adalah guru yang pengasih atau pemimpin yang menginspirasi, tetapi kematian dan kebangkitan-Nya bukanlah satu-satunya pengharapan keselamatan kita.

Pada akhirnya, terlepas dari apakah seseorang itu agnostik, muslim, atau Mormon, Yesus menuntut adanya respons. Dan, Natal berfungsi sebagai kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk memberi tahu teman-teman kita yang tidak percaya tentang siapa Dia dan mengapa Dia datang. Mereka hanya akan menemukan damai sejahtera yang sesungguhnya ketika mereka dengan senang hati mengakui bahwa anak yang lahir di Betlehem adalah Anak Allah yang sepenuhnya manusiawi, sepenuhnya ilahi, "satu perantara antara Allah dan manusia" (1 Timotius 2:5, AYT). (t/Jing-Jing)

Catatan:

Banyak informasi tentang agama dunia, kultus, dan Injil palsu dalam artikel ini diambil dari See Secret Church 16 ("A Global Gospel in a World of Religions" [https://radical.net/secret_church/secret-church-16 -a-global-gospel-in-a-world-of-religions]) dan Secret Church 17 ("Cults and Counterfeit Gospels"[https://radical.net/secret_church/secret-church-18-cults-and-counterfeit-gospels]).

[1] Saksi-Saksi Yehova menggunakan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru, yang menerjemahkan bagian terakhir dari Yohanes 1:1 sebagai "... dan Firman itu adalah suatu allah." Namun, terjemahan ini (1) tidak sesuai dengan konteks teologis Yohanes 1 (atau Kitab Injil Yohanes secara keseluruhan) dan (2) tidak sesuai dengan teks Yunani.

Audio: Bagaimana Natal Memisahkan Kita

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Radical
Alamat situs : https://radical.net/how-christmas-divides-us
Judul asli artikel : How Christmas Divides Us
Penulis artikel : David Burnette