Anugerah dan Pengampunan

Seorang rekan kerja yang masih muda bertanya kepada saya, "Apa perbedaan antara anugerah (grace) dan pengampunan (mercy)?". Sebuah jawaban tidak segera muncul di benak saya, sehingga saya terpaksa menjawab dengan berkelakar sambil berkata, "Grace bekerja pada shift pertama dan Mercy pada shift kedua." Tawa dan cekikikan yang datang dari mereka yang mendengarnya karena ada dua wanita dengan nama tersebut yang bekerja bersama kami.

Kemudian, pertanyaan itu muncul kembali dalam benak saya, yang memberi saya waktu untuk mempertimbangkan jawaban yang sesungguhnya. Saya berpikir mengenai angugerah Allah, kebaikan hati-Nya yang diberikan secara cuma-cuma dan seharusnya tidak pantas saya dapatkan, yang telah ditunjukkan-Nya kepada kita sebagai hadiah. Dan, saya berpikir tentang pengampunan Tuhan, kesabaran-Nya yang penuh kasih kepada kita menunjukkan bahwa Dia baik dan pemaaf, meskipun kita layak mendapatkan hukuman. Bapa surgawi kita jelas merupakan contoh terbaik dari anugerah dan pengampunan.

Sementara saya merenungkan bagaimana anugerah dan pengampunan bekerja bersama, saya teringat peristiwa terkenal dari medan Perang Dunia I. Saat itu malam Natal 1914, di bagian depan barat, tempat pasukan Inggris dan Jerman saling berhadapan dalam pertempuran sengit. Berikut ini adalah kutipan dari sebuah surat yang ditulis oleh seorang tentara Inggris yang hadir pada malam Natal itu.

Aku tidak pernah berharap melihat seorang asing dan pemandangan yang lebih indah lainnya. Deretan lampu kecil bersinar di sepanjang garis kubu Jerman, di kiri hingga kanan sejauh mata memandang.

"Apa itu?", tanyaku dalam kebingungan, dan John menjawab, "Pohon-pohon natal!"

Dan begitulah. Pasukan Jerman telah menempatkan pohon natal di depan lubang pertahanan mereka, diterangi oleh lilin atau lentera seperti mercu suar maksud baik. Dan kemudian, kami mendengar suara mereka terdengar lebih keras dalam sebuah lagu.

Stille nacht, heilige nacht...

Lagu natal ini mungkin belum terlalu populer bagi kami di Inggris, tetapi John mengenalnya dan menerjemahkannya, "Malam kudus, sunyi senyap." Aku belum pernah mendengar satu lagu pun yang lebih indah atau lebih berarti, dalam keheningan malam yang terang itu, yang kegelapannya tersamarkan oleh bulan sabit.

Ketika lagu itu berakhir, tentara kami yang berada di lubang pertahanan bertepuk tangan. Ya, tentara-tentara Inggris bertepuk tangan bagi tentara Jerman! Kemudian, salah satu dari tentara kami mulai bernyanyi, dan kemudian kami semua bernyanyi bersamanya.

The first Noel, the angel did say ....

Sesungguhnya, suara kami bahkan tidak sebagus suara tentara Jerman, dengan perpaduan harmoni mereka yang indah. Tetapi, mereka merespons dengan tepuk tangan antusias, dan kemudian kembali bernyanyi ...

O Tannenbaum, o Tannenbaum .... (Pohon Terang).

Kemudian, kami membalas, O Come all ye faithful (Hai Mari Berhimpun).

Tetapi kemudian, mereka bergabung dengan kami, menyanyikan lagu yang sama dalam bahasa latin.

Adeste Fideles ....

Tentara Inggris dan Jerman bernyanyi bersama berseberangan di tanah tidak bertuan! Saya berpikir bahwa tidak ada hal lain yang lebih menakjubkan daripada hal ini, namun apa yang terjadi setelah itu jauh lebih menakjubkan.

"Kami sepakat tidak akan ada baku tembak sampai tengah malam besok," ia mengumumkan. Beberapa saat kemudian, di sanalah kami, di tanah tak bertuan itu, lebih dari ratusan prajurit dan perwira dari kedua kubu saling bersalaman dengan orang-orang yang hendak kami bunuh satu jam sebelumnya!

Bahkan, mereka yang tidak bisa berkomunikasi masih bisa bertukar hadiah, yaitu teh kami ditukar dengan kopi mereka, kornet kami ditukar dengan sosis mereka. Aku sendiri bertukar pisau lipat dengan sabuk peralatan yang terbuat dari kulit, sebuah cindera mata yang baik untuk ditunjukkan ketika saya pulang.

Saat malam semakin larut, beberapa lagu masih dinyanyikan bergantian di antara api unggun, dan kemudian semua bergabung dalam lagu "Auld Lang Syne" (lagu yang biasa dinyanyikan pada saat malam tahun baru, sebagai lagu perpisahan terhadap tahun yang baru berlalu, red.). Kemudian, kami berpisah dengan janji untuk bertemu lagi besok, dan bahkan dengan beberapa pembicaraan tentang pertandingan sepak bola.

Berefleksi pada mukjizat natal ini, saya bertanya pada diri sendiri, apa yang bisa menyebabkan dua kubu yang saling berlawanan ini, yang bersedia berjuang sampai mati, dapat meletakkan senjata mereka dan merangkul satu sama lain sebagai teman? Hanya anugerah dan pengampunan. Itu adalah anugerah dan pengampunan yang sama, yang pertama kali masuk ke dalam hati manusia pada malam lainnya dua ribu tahun yang lalu.

Pada malam itu, seorang malaikat mengumumkan kepada dunia melalui sekelompok kecil gembala, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Lukas 2:14)

Para gembala itu kemudian menemukan Maria, Yusuf, dan seorang bayi yang terbaring di palungan. Sementara mata lelah mereka menatap-Nya, mereka menyaksikan perwujudan dari anugerah dan pengampunan Allah dalam daging, dan tinggal di antara mereka, yaitu Yesus Kristus!

Semoga kita mengikuti teladan dari Bapa surgawi kita, dan seperti yang dilakukan tentara Inggris dan Jerman pada saat perang di pedesaan Belgia yang bersalju, mengembangkan anugerah dan pengampunan kepada semua orang yang jalannya mungkin kita sebrangi.

Selamat Natal! (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : CBN
Alamat URL : https://www.cbn.com/spirituallife/Devotions/markland_grace_mercy.aspx
Judul Renungan : Grace and Mercy
Penulis : Gene Markland
Tanggal akses : 19 November 2013