"Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." (Ibrani 13:2)

Karena penginapan sudah penuh dan tidak ada tempat lain yang tersedia di Betlehem, pemilik penginapan menawari Maria dan Yusuf sebuah kandang miliknya. Tempat itu mungkin berupa sebuah gua tempat berteduh bagi kuda, sapi, dan binatang ternak lainnya. Jika saja ia tahu siapa tamu-tamunya pada malam yang berbintang itu, sang pemilik penginapan pasti akan dengan senang hati menawarkan tempat tidurnya sendiri, yang terbaik dari semua yang ia miliki.

Alangkah menakjubkan. Raja alam semesta rela dilahirkan oleh seorang gadis Yahudi yang sederhana, di sebuah kandang yang hina, dengan sebuah palungan sebagai tempat tidurnya. Imajinasiku membayangkan pemandangan ini begitu romantis, tetapi aku seharusnya tidak melupakan betapa kandang itu begitu dingin, berbau tidak enak, dan jerami yang mengalasi kandang itu pun menggesek kulit. Maria harus menjalani proses melahirkan di suatu tempat yang jauh dari kondisi yang bersih.

Selama berkelana melewati bukit dan lembah, Yesus tidak pernah mempunyai tempat tinggal tetap. Walaupun demikian, Dia selalu menyambut mereka yang datang kepada-Nya untuk meminta kesembuhan, pelepasan, makanan, pedoman hidup, dan firman kehidupan. Semua yang papa, yang mengidap penyakit parah, diterima Yesus dengan penuh kasih. Demikianlah Allah memerintah di bumi.

Bapa, ajarlah aku murah hati seperti-Mu, supaya aku juga dapat menyambut baik orang-orang yang berbeda denganku. Hanya dengan kasih-Mu yang mengalir dalamku aku bisa melakukannya. Yesus, ajarlah aku murah hati hingga selalu dapat menyambut orang lain dengan sukacita.

Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut. (1 Petrus 4:8-9)

Diambil dari: