Renungan Natal 2010 (Juliana)

Setiap natal, kita selalu mendengar kisah natal, lagu-lagu natal, yang di dalamnya terdapat kata "Imanuel". Apakah itu? Allah menyertai kita. Lalu apa maksud di dalamnya? Coba kita renungkan sejenak. Mengapa Yesus disebut Imanuel? Apakah kita benar-benar hidup dengan menyadari bahwa Allah menyertai kita? Mengaplikasikan makna natal dalam kehidupan kita?

Imanuel dalam bahasa Ibrani artinya Allah beserta kita. Dalam Yesaya 7:14, Allah menjanjikan Yesus yang akan lahir, yang akan dinamakan Imanuel. Allah sudah merencanakan bahwa Tuhan akan turun ke dalam dunia yang penuh dosa ini untuk menebus dosa manusia dan menyertai kita. Dalam Yesaya 8:10, Imanuel menjadi semboyan bagi bangsa Israel, bahwa mereka percaya Allah menyertai mereka, bagi mereka yang mengandalkan Tuhan. Meskipun musuh mereka berusaha untuk menghancurkan Yehuda, mereka tetap percaya dengan satu kalimat, "Imanuel". Jadi mereka tidak takut karena Allah yang memiliki kehidupan dan Allah yang berotoritas atas sejarah manusia.

Dalam Matius 1:23, janji Allah itu digenapi. Manusia yang telah berdosa, telah menjadi musuh Allah. Ketika Tuhan Yesus dilahirkan, Allah sudah menentukan nama bagi-Nya. Nama yang bukan hanya sekedar nama, tetapi nama yang memiliki makna, yang akan disebut-sebut orang, dan yang terus mengingatkan kita akan janji Allah, yaitu "Imanuel" yang berarti Allah menyertai kita. Itulah Nama yang akan diingat terus dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia, sehingga manusia tidak akan lupa akan janji-Nya.

Tujuan kelahiran Tuhan Yesus adalah mendamaikan manusia dengan Allah, sehingga manusia bukan lagi menjadi musuh Allah. Kehadiran Yesus di dalam dunia, sama dengan kehadiran-Nya di dalam sorga. Dia datang mau mendamaikan kita dengan-Nya dan hidup bersama-sama dengan kita. Inilah bukti dari janji Allah yang paling nyata, bahwa Yesus mau bersama-sama dengan kita, menyertai kita. Luar biasa bukan, Allah yang berjanji pada manusia akan penyertaan-Nya, bukan hanya sekedar janji yang terlihat dalam kehidupan manusia itu, tetapi Allah juga mewujudkan janji penyertaan tersebut dengan kedatangan-Nya ke dalam dunia.

Lalu sampai kapan Allah menyertai kita? Kita melihat, Allah dalam Perjanjian Lama menyertai bangsa Israel dan menjanjikan akan kelahiran Imanuel. Dalam Perjanjian Baru, kelahiran Tuhan Yesus merupakan perwujudan janji penyertaan-Nya yang langsung turun ke dalam dunia. Dan ketika Yesus terangkat ke sorga, bukan berarti janji penyertaan Allah sudah berakhir sampai di situ. Dalam Matius 28:20, sebelum Yesus terangkat ke sorga, Dia mengatakan satu janji bahwa dia akan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman. Itu artinya Allah menyertai kita sampai selama-lamanya.

Tetapi apakah kita yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat, percaya akan janji-Nya? Apakah kata Imanuel yang sering keluar dari mulut kita, ketika kita menyanyikan lagu Natal, benar-benar mengaminkan akan maknanya? Dan apakah hidup kita sendiri menyadari dan merasakan akan penyertaan Tuhan serta mempercayakan hidup kita kepada-Nya?

Seringkali kita sebagai manusia, menyadari, mengingat bahwa Tuhan menyertai kita, ketika kehidupan kita baik-baik saja, lancar, sukses, dan sebagainya. Dan biasanya ketika kita disuruh untuk membawa kesaksian, kita dengan semangat menceritakan kesaksian kita akan penyertaan Tuhan. Hanya pada bagian kehidupan kita yang terlihat menyenangkan di mata kita. Tetapi bagaimana jika kita berada dalam kehidupan yang tidak baik, menurut pandangan manusia, berantakan, tidak lancar, tidak sukses? Apakah kita masih bisa melihat penyertaan Tuhan? Apakah kita masih bisa percaya akan janji-Nya?

Allah telah berjanji bahwa Dia menyertai kita. Dan jika kita membaca Alkitab, kita dapat melihat perjalanan sejarah manusia yang nyata akan janji-Nya. Kita melihat bahwa Allah tidak melupakan janji-Nya. Bahkan ketika Yesus lahir dan ketika Yesus akan terangkat ke sorga, Dia mengulang kembali akan satu janji, bahwa Dia menyertai kita. Kita melihat janji-Nya begitu penting sampai Tuhan terus mengingatkan kepada manusia.

Jadi yang perlu kita lakukan, hanya satu, "percaya". Percaya saja akan janji-Nya. Meskipun kita seringkali mengalami hal-hal yang tidak baik, percaya saja janji-Nya. Dia adalah Tuhan yang bukan mengijinkan hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan manusia tanpa tujuan. Ada maksud dan tujuan yang tidak kita ketahui, tetapi kita akan melihatnya di depan. Ketika kita sudah melewati semua yang telah terjadi, coba kita lihat dengan kacamata Tuhan, kita akan melihat penyertaan-Nya yang luar biasa dalam kehidupan kita. Hanya saja percayalah. Hiduplah dengan iman yang telah diberikan untuk kita, ketika kita percaya pada-Nya, yaitu ketika Tuhan datang ke dalam hati kita dan lahir di sana.

Ketika kita sudah menerima Yesus untuk lahir di hati kita sebagai Juru Selamat, kita sudah diperdamaikan dengan Tuhan dan Roh Kudus tinggal di dalam hati kita. Dia ada bersama-sama dengan kita, Dia menyertai kita. Oleh karena itu, kita harus hidup dalam Tuhan. Kita perlu memiliki waktu saat teduh dan berdoa sebagai sarana komunikasi kita dengan Tuhan. Tuhan bukanlah Tuhan yang jauh, Ia sudah ada bersama-sama dengan kita. Kita perlu mendengarkan firman Tuhan setiap hari karena firman Tuhan mengajar, menegur, mengingatkan kembali akan kebenaran. Kita perlu waktu untuk merenungkan firman Tuhan. Dan kita diingatkan kembali akan nama yang diberikan kepada bayi yang lahir pada malam Natal dalam sebuah kandang di hati kita. Allah menyertai kita. Percayalah janji-Nya.