Cara Memedulikan Mereka yang Patah Hati saat Natal

Semakin banyak suka dan duka yang saya jalani secara pribadi dan saksikan pada orang-orang di sekitar saya, semakin yakin saya bahwa Natal -- di atas masa raya lainnya -- cenderung membuat hal-hal manis dalam hidup menjadi lebih manis dan hal-hal sulit menjadi lebih sulit.

Bagi sebagian orang, Natal kali ini akan membawa ledakan kegembiraan saat kita memenuhi rumah kita dengan lampu, nyanyian pujian, dan berbagai generasi dari orang-orang yang kita kasihi. Bagi yang lain, setiap hari akan menjadi prestasi ketahanan saat kita berjalan dengan susah payah melalui pengingat akan kekurangan, atau ingatan akan kehilangan. Mengingat jaminan Yesus bahwa dalam hidup ini kita akan mengalami kesukaran (Yohanes 16:33), kemungkinan besar kita akan mengalami kedua jenis pengalaman Natal (jika kita belum mengalaminya).

Mereka yang menghadapi masa kelam kekecewaan dan rasa sakit dapat menemukan penghiburan dalam janji Allah untuk mendekat kepada mereka yang patah hati dan menyelamatkan mereka yang hancur dalam roh (Mazmur 34:18). Sementara itu, orang-orang yang menantikan masa cerah dari rasa syukur dan keceriaan dapat mencerminkan belas kasih Allah kita dengan mendekatkan diri kepada orang-orang yang patah hati di sekitar kita.

Gambar: bersyukur

Juru Selamat yang kita rayakan pada Natal ini melihat air mata kita (Mazmur 56:8), mendekat (Mazmur 145:18), dan selalu bersama kita (Matius 28:20). Demikian pula, kita mencerminkan cinta kasih-Nya saat kita mengingat mereka yang menderita di sekitar kita, mengundang mereka masuk, melangkah ke dalam kebutuhan mereka, dan tetap hadir dengan tabah melalui itu semua.

1. Mengingat Mereka yang Menderita

Bagi kita yang berada dalam kegembiraan Natal yang semarak, mungkin mudah untuk melupakan masa-masa yang lebih sulit yang pernah kita alami pada masa lalu. Mereka yang kini menikmati kedekatan terus-menerus sebagai pasangan mungkin lupa dengan betapa sepinya menjadi seorang lajang pada hari Natal, yang merindukan pernikahan. Mereka yang sekarang menetap di rumah idealnya mungkin melupakan kegelisahan Natal dari para gelandangan yang dihabiskan di tempat-tempat penampungan sementara. Mereka yang sekarang tengah mengalami stabilitas keuangan mungkin melupakan tekanan Natal yang dihabiskan dengan cemas mencoba membayar tagihan, memberi makan keluarga, dan berkorban untuk mendapatkan hadiah.

Saat kita mempertimbangkan pencobaan masa lalu kita dan dorongan serta janji yang paling kita pegang, kita lebih cepat mengenali dan menghibur orang lain dalam penderitaan mereka dengan penghiburan yang pertama kali kita terima dari Kristus (2 Korintus 1:4). Kenangan akan penderitaan kita sering kali melembutkan hati kita terhadap yang lain di dalam penderitaan mereka.

Beberapa perhatian paling berarti yang pernah saya terima berasal dari perhatian dan niat dari mereka yang secara konsisten peduli kepada saya selama melalui masa-masa sulit -- terutama yang berkepanjangan. Kita juga dapat menindaklanjuti permintaan doa yang dibagikan dalam kelompok kecil beberapa minggu sebelumnya, mengirim pesan teks kepada teman kita ketika kesedihan mereka terlintas di benak kita, membuat kue untuk tetangga yang merayakan Natal sendirian, atau menuliskan catatan penyemangat untuk rekan kerja yang sedang berjuang. Kita bahkan mungkin dapat menelepon seorang anggota keluarga pada hari yang sangat sulit pada masa Natal. Dengan melakukan itu, kita meyakinkan mereka yang tengah berjuang bahwa kesedihan mereka tidak diabaikan.

Yesus datang pada hari Natal untuk menjadi Imam Besar yang penuh belas kasihan dan setia (Ibrani 2:17). Kita juga bisa menjadi orang yang penuh belas kasih dan setia, yang menyimpan rasa sakit di hati kita dan mengungkapkannya, dan dengan demikian mencerminkan bagaimana Dia mempedulikan mereka.

2. Undang Mereka Masuk

Duka dapat menjadi rasa kesepian -- terutama pada masa yang begitu berpusat pada kebersamaan. Namun, masa ini dibangun di sekitar penyambutan Imanuel (Matius 1:23) —- Allah senantiasa beserta kita, yang hidup dan mati-Nya mengundang kita ke dalam persekutuan yang tak terputus dengan-Nya dan kasih yang tidak dapat dipisahkan oleh apa pun (Roma 8:38–39 ). Sebagaimana Kristus telah menyambut kita, demikianlah Ia memerintahkan kita untuk saling menyambut, agar Allah dimuliakan dalam refleksi ini akan Dia (Roma 15:7).

Baik secara naluriah maupun cara yang tidak nyaman, kita dapat menyambut mereka yang kesepian dalam kesenangan kita pada masa ini. Kita dapat meminta mereka untuk bergabung dengan kita saat memilih dan membeli pohon Natal/cemara untuk dipajang di rumah, mengundang mereka untuk menonton film Natal, memberi mereka tempat duduk bersama keluarga kita selama kebaktian Malam Natal, atau menyambut mereka dalam acara makan siang Natal kita. Allah kita menempatkan orang yang sebatang kara ke dalam rumah (Mazmur 68:6). Kita dapat menjadi salah satu dari rumah itu pada masa ini, yang dengan terbuka menerima orang lain sebagaimana Allah Bapa kita mengutus Kristus menjadi saudara bagi kita.

3. Melangkah pada Kebutuhan

Seringkali, masalah orang lain begitu besar dan kesengsaraan mereka begitu menghancurkan sehingga kita (dengan benar) memahami cara-cara yang harus diintervensi Allah untuk menasihati dan memulihkan sebagaimana yang hanya Dia bisa. Akan tetapi, bahkan saat kita berdoa agar Dia melakukannya untuk yang terluka pada Natal ini, kita dapat mencari peluang kecil dan segera untuk melangkah pada kebutuhan yang nyata, seperti gema samar dari Firman yang menjelma pada saat Natal untuk memberi makan, menyembuhkan, dan memenuhi kebutuhan mereka dengan tinggal antara kita (Yohanes 1:14).

Natal -- di atas masa raya lainnya -- cenderung membuat hal-hal manis dalam hidup menjadi lebih manis dan hal-hal sulit menjadi lebih sulit.

Mungkin, Dia akan memimpin kita untuk membeli hadiah Natal bagi anak-anak dari orang tua yang baru saja di-PHK, membersihkan salju untuk tetangga yang sakit parah, atau mengantar seorang anggota gereja yang berusia lanjut untuk mengunjungi cucu-cucunya. Dan, ketika kita tidak tahu apa yang paling bermanfaat bagi mereka yang bergumul di sekitar kita, kita dapat merendahkan diri untuk bertanya kepada mereka — mencari apa yang terbaik daripada mencoba melayani dengan cara yang mungkin secara tidak sengaja membebani mereka. Allah mengetahui apa yang kita butuhkan, bahkan sebelum kita memintanya (Matius 6:8), tetapi kita bukanlah Dia.

Kita mungkin tidak dapat memecahkan masalah terbesar orang lain, tetapi kita dapat memenuhi kebutuhan mereka lainnya untuk mencerminkan Gembala yang melihat dan menawarkan untuk memenuhi kebutuhan terdalam mereka.

4. Tetap Hadir

Kita menghabiskan banyak waktu pada hari Natal membicarakan tentang hadiah, dengan seringkali melupakan akar dari kata kehadiran -- sebuah hadiah dan pelayanan berharga, yang dapat kita berikan kepada orang-orang yang berduka di sekitar kita. Saat kita berdoa dengan kesedihan dalam keheningan karena kebenaran telah diucapkan dan kita tidak dapat memikirkan apa pun yang tersisa untuk dikatakan, saat kita duduk dengan ketakutan di kamar rumah sakit menunggu kabar terbaru, saat kita memegang tangan mereka yang menangis di ruang keluarga kita, kita dapat memercayai Roh Kudus untuk bersyafaat bagi kita dengan keluhan yang terlalu dalam untuk diucapkan (Roma 8:26).

Allah kita selalu bersama kita (Mazmur 73:23). Kita tidak bisa (dan tidak perlu) hadir di berbagai tempat sekaligus untuk bersama mereka yang kesepian. Namun, kita bisa menawarkan kenyamanan (bahkan dalam sikap diam kita) melalui kehadiran kita sebagai demonstrasi kecil dari kasih setia-Nya.

Memantulkan Cahaya Dunia

Mengingat suka dan duka di sekitar kita pada masa ini, kita akan melakukannya dengan baik, dengan memulainya di dalam doa, untuk meminta hati yang lembut, yang digerakkan oleh penderitaan orang-orang di sekitar kita agar Allah memperbaiki apa yang hanya bisa Dia lakukan, untuk memahami bagaimana Dia bisa membuat kita bejana belas kasih penyembuhan-Nya, dan untuk roh yang rela digunakan semacam itu.

Natal, pertama-tama, adalah sinar Matahari yang menyinari kita dari tempat tinggi (Lukas 1:78–79) -- Allah kita yang penuh belas kasihan datang untuk memberi terang kepada kita dalam kegelapan dan membimbing kaki kita ke jalan kedamaian saat kita berjalan melewati hal-hal manis yang dibuat Natal menjadi lebih manis dan indah serta hal-hal sulit yang dibuat Natal menjadi lebih sulit. Bayi yang kita rayakan pada masa ini diutus untuk membalut mereka yang patah hati (Yesaya 61:1) -- baik patah hati kita maupun orang-orang di sekitar kita -- dan kita memantulkan Terang Dunia pada masa raya ini dengan menjalankan pelayanan-Nya dengan belas kasih, hikmat, dan kesetiaan yang kita jumpai di dalam diri-Nya.

(t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Desiring God
Alamat situs : https://www.desiringgod.org/articles/how-to-care-for-the-brokenhearted-at-christmas
Judul asli artikel : How to Care for the Brokenhearted at Christmas
Penulis artikel : Kaitlin Miller