Seperti Yesus, Bukan Herodes
Baca: Matius 2:1-12
Di antara Maria dan Yusuf serta orang-orang Majus yang bersukacita menyambut kelahiran Yesus, ada satu orang yang malah marah. Dialah Raja Herodes.
Herodes menjadi gubernur Galilea pada usia yang cukup muda. Dengan menempatkan dia di Galilea, pemerintah Roma berharap dia bisa mengendalikan orang Yahudi yang hidup di situ. Ini menyebabkan ia disebut raja orang Yahudi. Herodes adalah orang yang gila kuasa. Ia akan mempertahankan kekuasaannya dengan cara apapun, bahkan membunuh! Ia bertakhta lebih dari empat puluh tahun, sampai mendengar kabar tentang seorang raja lain yang baru lahir (ayat 1-3).
Tentu ia terkejut. Ia memang raja, tetapi tidak terlahir sebagai raja. Ia harus berjuang untuk mendapatkan kedudukan itu. Lalu siapa yang dimaksud oleh tamu-tamu asing itu? Mengapa dia sampai tidak tahu? Maka dia memerintahkan imam kepala dan ahli Taurat untuk menyelidiki hal ini (ayat 4). Dan kepada orang-orang Majus, ia meminta mereka untuk memberitahu dia bila mereka sudah menemukan bayi itu (ayat 7-8). Namun orang Majus tidak kembali menemui dia (ayat 12). Marahlah dia. Jalan satu-satunya agar bayi itu tak punya kesempatan untuk merebut takhtanya adalah dibunuh (ayat 16)! Ironis, raja yang punya kuasa, prajurit, dan senjata mau membunuh Raja cilik yang tidur nyaman dalam pelukan bundanya. Raja dan raja itu sama-sama memiliki kuasa, tetapi cara mereka menggunakan kuasa menunjukkan perbedaan mereka. Herodes adalah tiran, yang menggunakan kuasa untuk memenuhi ego pribadi. Yesus adalah hamba yang menggunakan kuasa untuk melayani, dengan fokus menyenangkan Allah.
Di hari Natal ini, mari kita lihat hati kita dan temukan sifat-sifat Herodes yang tersembunyi. Adakah sifat lebih suka memerintah dibanding melayani, lebih suka memiliki dibanding memberi, lebih suka dihormati dibanding menghormati, lebih melihat orang lain sebagai ancaman dibanding sebagai pribadi berharga di mata Allah? Kiranya Tuhan menolong kita untuk jadi seperti Yesus, melayani bukan dilayani.