Keagungan di Tengah Keseharian

Tugas Renungan Natal 2009 ( Eddy)

Suara-suara bising dan kesibukan dimulai lebih awal dari biasanya di kota itu. Begitu malam merayap berganti fajar, orang- orang sudah turun ke jalanan. Para penjual mengambil tempat mereka di sudut-sudut jalan yang paling ramai didatangi orang. Para pemilik toko sibuk membuka toko mereka. Anak-anak terbangun oleh gonggongan riuh anjing jalanan dan ringkikan keledai-keledai penarik kereta.

Pemilik penginapan telah bangun lebih awal dari pada kebanyakan penduduk kota lainnya. Apalagi, penginapan penuh, semua tempat tidur terisi. Setiap karpet atau selimut yang tersedia telah terpakai. Tak lama lagi, para tamu penginapannya akan bangun dan akan banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Satu imajinasi pun muncul, membayangkan apa isi percakapan antara pemilik penginapan dengan keluarganya di meja makan saat sarapan. Adakah yang menyebut-nyebut tentang pasangan muda yang datang semalam? Adakah yang menanyakan kebutuhan mereka? Adakah yang berkomentar tentang kehamilan wanita diatas keledai itu? Mungkin. Mungkin saja ada orang yang membuka bahan obrolan itu. Tetapi, kemungkinan besar, obrolan itu muncul begitu saja, bukan untuk divas. Tidak ada yang istimewa dalam diri mereka. Mungkin saja mereka hanyalah salah satu dari beberapa keluarga yang ditolak di penginapan malam itu.

Selain itu, siapa yang punya waktu untuk membicarakan mereka, sementara begitu banyak kesibukan menanti? Kaisar Augustus menuntut pajak dari perekonomian Bethlehem ketika dia mengeluarkan perintah sensus. Siapa lagi yang akan sempat mengingat kalau ada sesuatu terjadi malam sebelumnya di desa itu?

Tidak, sepertinya kecil sekali kemungkinan ada orang yang akan membicarakan kedatangan pasangan muda itu, atau mempertanyakan kondisi wanita yang hamil tua itu. Mereka terlalu sibuk. Hari menanti kerja keras mereka. Roti untuk hari itu harus dibuat. Rutinitas pagi hari harus diselesaikan segera. Begitu banyak yang harus dikerjakan, sehingga tidak ada yang sempat memikirkan bahwa mukjizat telah terjadi.

Allah telah masuk ke dalam dunia sebagai bayi.

Semoga dapat memberi renungan yang mengingatkan kita semua: mukjizat telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi setiap hari. Allah telah menjadi manusia. Telah menyelamatkan kita. Saat Natal, mungkin yang terbaik kita lakukan adalah berdiam dan sujud di hadirat Allah dan mengucap syukur. Amin. Tuhan memberkati.

Referensi

Artikel di atas diambil dari buku God Come Near - Max Lucado rasanya sangat tepat direnungkan dalam suasana Natal. Seringkali, kita memang terlena oleh kesibukan kita, terjebak oleh segala macam rutinitas yang kita miliki ditambah dengan kesibukan persiapan natal dan tahun baru. Jika kita baca karya CS Lewis, screwtape letters, ini memang salah satu alat si Jahat untuk menjauhkan umat-Nya.