Kapan Natal Sebenarnya Dirayakan?

Pertanyaan diskusi:

Sampai saat ini, umat Kristen dan gereja menyetujui kesepakatan bahwa Natal dirayakan tgl. 25 Desember setiap tahun. Tapi pada kenyataannya kita tahu bahwa Tuhan Yesus tidak dilahirkan tepat pada tanggal 25 Desember. Bagaimana sikap kita menanggapi hal ini? Apakah kita masih harus merayakan Natal pada 25 Desember?

---------

Oleh: Djunaidi

Menurut saya Natal adalah setiap hari, karena setiap hari kita harus "lahir" dimana kita harus mengalami pengalaman-pengalaman yang baru bersama Tuhan. Baik dalam roh jiwa dan tubuh, firman-Nya kita diprbaharui setiap hari. Menurut saya tanggal 25 Des, sah-sah saja dirayakan sebagai Natal. Yang penting bukan tanggalnya tapi makna Natalnya sendiri bagi iman kita.
Tidak harus tanggal 25 Desember untuk merayakan Natal, tetapi agar terjadi keseragaman antar orang percaya saja kita merayakan bersama- sama pada tgl. tsb.
---------

Oleh: Lukas R.

Sebagai perayaan tidak menjadi persoalan dirayakan kapan pun. Oleh karena kesepakatan gereja-gereja sebaiknya kita tetap merayakan pada tgl 25 Des. Yang penting sebagai umat Kristen kita mengerti bahwa natal meerupakan perayaan. Tentu kita mengambil makna yang tepat dalam natal tersebut.
----------

Oleh: Roditus

Dari beberapa artikel yang saya baca, tidak pernah ada data secara otentik menyebutkan bahwa Tuhan Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Desember, bahkan tidak ada satupun data yang dapat menunjukkan tanggal yang tepat kapan Tuhan Yesus lahir. Kalaupun tanggal 25 Desember dijadikan dasar hari Natal adalah dilandasi atas perayaan kafir untuk menyembah matahari.

Bagi saya, esensi peringatan hari lahir Tuhan Yesus (hari Natal) tidaklah berdasarkan tanggal berapa, tetapi pada makna kelahiran itu sendiri. Sebab, dengan mengerti akan makna kelahiran Tuhan Yesus ke dunia ini, kita dapat meresapi KASIH ALLAH BAPA kepada manusia yang dipastikan binasa tanpa kehadiran Anak-Nya yang tunggal ke dunia ini. Karena kelahiran-NYA adalah bagian dari penggenapan janji Allah Bapa kepada manusia terhadap satu proses karya keselamatan yaitu : KELAHIRAN-NYA - KEMATIAN-NYA - KEBANGKITAN-NYA - KENAIKKAN- NYA DAN KEDATANGAN-NYA untuk kedua kalinya.
----------

Oleh: Naomi

Setuju dengan pendapat Pak Djun & Pak Roditus, hanya menambahkan pendapat pribadi...

Kapan Natal?

Jujur, saya tidak tahu. Yang jelas jika membaca riwayatnya bukan 25 Des.

Bagaimana sikap kita menanggapi hal ini?

No problem, karena Yesus tetap Kebenaran dan tidak ada hubungannya dengan perayaan natal.

Seperti kata Yesus: Sebab Kerajaan Allah "bukanlah soal makanan dan minuman", tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. (Roma 14:17)

Pemahaman saya pribadi, kalimat "bukanlah soal makanan dan minuman" berlaku juga demikian:

Sebab Kerajaan Allah "bukanlah soal:
-kawin atau tidak kawin
-natal atau paskah
-puasa atau tidak puasa
-persepuluhan
-hutang atau piutang
-dll

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)

Apakah kita masih harus merayakan Natal pada 25 Desember?

Tidak ada yang mengharuskan dan tidak ada keharusan.

Roma 14:15; Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia.

Demikian juga pemahaman saya pribadi pada kalimat (bold) di atas: Apapun yang kita pegang (merayakan/tidak merayakan natal), hendaknya tidak kita ukurkan kepada orang lain. Karena hanya akan menimbulkan pertentangan.

supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya. (2 Kor 2:11)
----------

Oleh: Edo Manik

Setuju dengan pendapat Pak Djun, Pak Roditus dan Mba Naomi

Melakukan ibadah Natal 25 Desember tidak semata mata untuk mengingat tgl kelahiran Yesus, lebih dari itu adalah makna kedatangan Kristus sendiri untuk menggenapi janjiNya dalam Kej 3:16 "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." Kedatangan/kelahiran Kristus adalah untuk membebaskan/memerdekakan manusia dari penjajahan dosa.

25 Desember bukanlah tanggal dan bulan yang benar dari kelahiran Yesus, sebab itu tanggal tersebut janganlah dijadikan patokan untuk merayakan Natal. Lebih baik kita menekankan segi ibadah Natalnya. Natal bisa kita rayakan kapan saja. Bukankah Kristus bisa lahir kapan saja di hati kita?

Kalimat berikut ini saya copas dari http://santamaria.or.id/warta_iman/menghayati_natal_lebih_dari_sekedar_p... :

Maka perayaan Natal sepantasnya tidak hanya sebagai sebuah pesta yang dirayakan secara meriah namun tetap dihayati sebagai sebuah pengharapan akan kehidupan baru bersama Allah yang datang ke dunia dalam diri Kristus sang penebus ada akhirnya membawa kembali manusia pada kesatuan abadi dengan-Nya di surga abadi.(RP)

Pendapat saya, bukan tanggal yang menjadi penting tapi makna ibadah natal itu sendiri.
----------

Oleh: T. Budiman

Saat ini tidak ada tanggal alternatif lain yang dapat dipertanggungjawabkan, walaupun masih ada sebagian gereja yang merayakan Natal pada tanggal 6 Januari. Ini memang karena saat ini sudah tidak mungkin lagi bagi kita untuk mengetahui tanggal kelahiran yang sesungguhnya. Yesus sendiri tidak pernah merayakannya karena orang Yahudi tidak merayakan hari ulang tahunnya.

Namun di sisi lain tanggal 25 Desember tetap dirasakan sebagai hari yang 'bekas', karena tanggal tersebut digunakan sebagai hari perayaan berhala. Bukankah Allah memandang makanan yang bekas dipersembahkan untuk berhala sebagai kejijikan? Jimat-jimat sebagai hal yang harus dimusnahkan? Mengapa kita merayakan sebuah peristiwa yang suci dengan sebuah hari yang kotor?

Kutipan dari artikel: "Ketika Kekristenan 'dijadikan agama negara' di Kerajaan Romawi, kebiasaan perayaan itu ternyata sukar ditinggalkan masyarakat Roma yang sudah menjadi Kristen. Oleh karena itu para pemimpin gereja kemudian mengalihkan perhatian mereka, perayaan yang semula menjadi perayaan Matahari diganti menjadi perayaan peringatan kelahiran Yesus."

Tampaknya hari ketika Kekristenan dijadikan agama negara harus kita peringati sebagai hari yang paling menyedihkan dalam sejarah Kekristenan, karena pada saat itu orang-orang menjadi Kristen bukan untuk mencari Yesus, melainkan untuk melindungi harta bendanya, untuk mencari kedudukan, dll. Kelihatannya perayaan Natal diatur di tanggal yang sama agar 'orang-orang Kristen yang baru' itu dapat tetap menyembah dewa-dewanya pada hari itu namun dengan label Kristen.

Memang hari ini sudah tidak ada lagi orang yang menyembah Dewa Matahari di tanggal 25 Desember. Namun lihatlah bahwa tanggal tersebut 'dirayakan' oleh banyak sekali orang, termasuk yang bukan Kristen. Apa yang mereka rayakan? Lihat saja tema-tema film-film Hollywood yang berbau Natal. Yang menjadi tema adalah nilai-nilai kemanusiaan yang universal, seperti persahabatan, nilai-nilai keluarga, perhatian pada sesama, dll. Bukan lagi memperingati sebuah peristiwa yang unik dan luar biasa di mana Allah menjelma menjadi manusia. Dalam tingkat yang buruk, Natal menjadi simbol konsumerisme, di mana di dalam puncak libur musim dingin, volume penjualan barang-barang konsumen memang mencapai titik tertinggi. Saya membayangkan bahwa perayaan Natal modern memang sama sekali tidak jauh berbeda dengan perayaan 'Dies Natalis Solis Invicti' yang dirayakan oleh orang-orang Romawi.

Apa yang kira-kira dirasakan oleh Yesus, yang tidak pernah merayakan hari kelahirannya, melihat perayaan Hari Natal? Miripkah dengan yang dirasakanNya ketika Dia melihat para pedagang dengan meja-mejanya di halaman Bait Suci?
---------

Oleh: Lanita

Menurut pandangan saya secara pribadi tidak menjadi masalah Natal diperingati setiap 25 Des, tapi makna Natal (pemberian Kasih Allah terbesar untuk manusia) harus benar-benar kita mengerti dan dalami sepenuhnya, supaya mengingatkan kita kembali akan kasih Allah yang begitu besar bagi umat manusia, bukan hanya bulan Desember saja, lebih tepatnya setiap hari kita bisa merenungkan Natal.
---------

Oleh: Indriatmo

Perayaan Natal diakui negara dan dirayakan sebagai hari libur nasional di negara :
- Eropa
- Amerika
- Afrika
- Australia
- Asia, pasifik

Ini termasuk negara muslim : Pakistan, Siria & Banglades

Sedangkan negara yang tidak mengakui Natal adalah :
- Negara Arab
- Negara komunis : China, Korea Utara. Untuk Rusia sejak tahun 1992 merayakan Natal Ortodoks) pada tanggal 7 Januari.
- Negara Hindu/Budha : India, Jepang, Vietnam, Thailand, Tibet, Bhutan
- Negara Yahudi : Israel

Sedangkan hari libur nasional untuk perayaan Natal di dunia ada 2 macam, yaitu :

1. Tanggal 25 Desember
2. Tanggal 7 Januari. Ini dirayakan di negara :
- Mesir (Natal Kristen Koptik)
- Rusia (Natal Kristen Ortodoks)
- Georgia (Natal Kristen Ortodoks)
- Serbia (Natal Kristen Ortodoks)
- Makedonia (Natal Kristen Ortodoks)

Di gereja saya sendiri Natal sudah dirayakan pada mulai minggu pertama sampai minggu ke empat. Minggu pertama : perayaan Natal Sekolah Minggu. Minggu kedua : perayaan Natal Pemuda & Remaja. Minggu ketiga : Perayaan Natal Persekutuan Wanita & Pelayanan Pria. Minggu keempat : Perayaan Natal Umum.

Sedangkan di persekutuan perumahan tempat saya tinggal, perayaan Natal dilakukan pada Minggu kedua bulan Januari.

Memang kenyataannya merayakan Natal itu berbeda dengan merayakan Hari Kelahiran seseorang. Hari kelahiran hanya dirayakan tepat pada tanggal yang tertera di akte kelahiran. Tetapi perayaan Natal dilakukan di sekitar bulan Desember sampai Januari. Mengapa demikian?

Karena gereja Kristen menyadari bahwa esensi perayaan Natal itu adalah peringatan sukacita kelahiran Kristus di dunia. Kristus telah lahir, sebagai penggenapan nubuat Allah menjelma menjadi manusia. Selanjutnya manusia Kristus menderita di kayu salib, wafat dan bangkit dari mati mengalahkan maut.

Jika sekarang ada aliran yang menolak untuk merayakan Natal bahkan secara ekstrim membenci Natal, itu adalah keputusan dan hak setiap aliran, hak setiap orang. Bahkan di negara tempat kelahiran Kristus pun, Natal tidak diakui sebagai hari libur nasional. Sebagai negara, Israel tidak pernah mengakui bahwa Kristus telah lahir di dunia, di tanggal berapa pun.

Sekarang ini gereja tidak mengagungkan hari keramat mengenai kelahiran Kristus. Tetapi satu tanggal dipilih sebagai konsensus yang diakui di seluruh dunia untuk menyatakan bahwa : Kristus telah lahir di dunia. Dan selama puluhan abad, perayaan Natal ini sudah memberkati umat manusia tentang warta keselamatan bahwa Kristus telah lahir.
---------

Oleh: Indriatmo

Pada waktu perayaan Natal di gereja saya, seorang pendeta bertanya kepada yang hadir, "Siapa yang percaya bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember ?" Hal yang menarik adalah bahwa tidak ada satu pun yang mengangkat tangan, karena sekarang ini semuanya memahami bahwa para gembala tidak membawa kawanan dombanya di padang saat musim dingin.

"Kalau begitu kapan persisnya tanggal Tuhan Yesus lahir?" pendeta melanjutkan pertanyaannya. Tidak ada yang bisa memberikan jawaban.

Pendeta kemudian mengatakan bahwa di Alkitab sebenarnya ada menyebutkan kapan Yesus lahir. Semua yang hadir menjadi bingung karena selama ini tidak pernah membaca ayatnya. Pendeta meminta kita membuka Lukas 2:11, yang berbunyi : "HARI INI telah lahir bagimu Juruselamat .... "

Jadi Tuhan Yesus lahir : HARI INI. Hari ini adalah hari kelahiran Kristus di dalam hidup orang yang percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan juru selamat. Jika sekarang gereja merayakan Natal maka saat itu gereja sedang bersukacita untuk memperingati kelahiran Kristus di hati umatNya pada : HARI INI !
----------

Oleh: Meinardi

Kalo menurut saya hari dan tanggalnya tidaklah penting, yang penting ialah Yesus TELAH lahir ke dalam dunia ini. Sang Juruslamat telah hadir ke dalam dunia dan telah mati menebus dosa-dosa kita.

Kelahiran atau natal hanyalah awal dari suatu karya penebusan yang agung bagi manusia yang berpuncak di kalvari. Karena itu janganlah kita memusingkan kapankah Natal itu. Tapi ingatlah bahwa Tuhan TELAH lahir dan mati bagi kita.
---------

Oleh: Roditus

Mas Indriatmo dan Mas Djunaidi,
Amiiin.

Setuju, setuju & memang Natal/kekristenan seharusnya ada setiap hari dalam hidup kita.
Setuju juga dengan Bung Meinardi Martinez untuk kita tidak memusingkan kapankah Natal itu. (karena hidup sudah memusingkan, kenapa harus dipusingkan lagi..?)

Tapi, ada kalanya manusia harus di ingatkan lagi atas satu peristiwa penting dalam hidupnya yaitu keselamatan melalui kelahiran Sang Penebus. Agar manusia dapat merenungkan kembali nilai-nilai yang telah dianugerahkan dalam hidupnya, mengendapkan nilai-nilai itu dalam dalam hidupnya dan pada akhirnya memberikan kesegaran baru untuk melakukan nilai-nilai itu. Kapankah itu?

Melalui peringatan Hari Natal & baik itu tanggal 25 Desember, tanggal 6 Desember atau tanggal 6 Januari. Atau tanggal berapapun tidaklah terlalu penting.

Selain itu, sebagai naturnya manusia yang memerlukan lingkungan, maka peringatan Natal juga dapat digunakan untuk ber-fellowship, baik dengan keluarga inti, keluarga dekat atau dengan sahabat sebagai wujud mengasihi sesama.
----------

Oleh: Meinardi

Yang penting bukan kapankah Natal itu tapi yang penting adalah Natal SUDAH terjadi. Yesus TELAH lahir ke dalam dunia ini, terlebih lagi Dia telah mati dan menebus dosa manusia. Jadi biarlah hari lepas hari kita memahami betapa besar kasih Tuhan kepada kita.
---------

Oleh: Indriatmo

Di keluarga saya ada dua reuni. Untuk keluarga dari pihak bapak, kita kumpul pada libur hari raya Idul Fitri. Dari pihak ibu kita berkumpul pada libur Natal. Pada kedua hari itu kita meluangkan waktu untuk bisa berkumpul bersama seluruh keluarga besar dan para sahabat dari berbagai kota dan negara; dan sukacitanya benar-benar luar biasa.

Tentu ada perbedaan antara berkumpul saat libur hari raya Idul Fitri dan saat libur Natal. Jika Natal, acara berkumpul lebih diisi dengan kegiatan persekutuan dan ibadah bersama. Libur Natal adalah reuni keluarga selama berada di dunia, dan nanti dilanjutkan pada reuni keluarga bersama Tuhan Yesus di surga ... :-)
---------

Oleh: T. Budiman

Sayangnya setahu saya perintah ini memang tidak ada catatan sejarahnya. Lagi pula kalaupun ada, catatan tersebut tidak akan memberikan tanggal yang pasti mengenai kelahiran Yesus. Herodes tidak mengetahui secara pasti bahwa Yesus dilahirkan, karena dia hanya mendapat informasi berdasarkan 'ramalan' para orang majus. Di zaman itu, perjalanan orang majus dari negara asalnya juga diperkirakan cukup lama, sehingga untuk amannya, Herodes memerintahkan pembunuhan semua bayi yang berumur di bawah 2 tahun. [Berbeda dengan drama Natal yang biasa disajikan, orang majus tidak menemui bayi Yesus di dalam kandang, melainkan sudah di dalam sebuah rumah, menandakan bahwa ada selang waktu yang cukup jauh antara kelahiran Yesus dan kedatangan orang majus]. Kalau saja Herodes tahu pasti tanggal kelahirannya, pasti dia akan memberi perintah yang lebih spesifik, misalnya yang berumur 3-4 bulan.
-----------

Oleh: Dwi W.

Ya, saya setuju dengan bapak Meinardi, yang terpenting adalah Yesus, bukan perayaannya dan bukan kemegahannya. Yang penting maknanya dan sekarang ini sepertinya sudah kehilangan dari makna dari kelahiran yesus itu sendiri. Natal diartikan dengan shopping, kado, pesta.
----------

Oleh: Naomi

Perkiraan lain tentang kapan Yesus lahir.

sumber: http://www.new-life.net/chrtms10.htm (when was Jesus born?)

Tidak mungkin bulan Desember karena beberapa hal, antara lain;

1. gembala di padang,
-para gembala biasanya akan ikut tidur di padang dengan domba-dombanya,
-di musim dingin tidak ada rumput karena tertutup salju
-waktu penggembalaan biasanya selesai sekitar bulan oktober-november

2. sensus penduduk
tidak mungkin melakukan sensus di musim dingin karena mereka akan terganggu dengan cuaca yang tidak bersahabat. Ini akan mengganggu perjalanan mereka. 29 September didapat dengan menelusuri dari kejadian Zakharia.

When was Jesus born?

Nothing is absolutely certain, because we are dealing with implications and assumptions, but a good guess from the Scriptures and history is September 29, 5 B.C. (inipun kira-kira....!!)
-----------

Oleh: Philip

Sikap saya secara pribadi tidak menolak bahkan menyetujui. Awal ditentukannya memang bukan persisi dari tanggal kelahiran Yesus. Tetapi perayaan itu digunakan atau diganti untuk kemuliaan Yesus menjadi pas dan banyak pula orang menerimanya ( tapi tidak sedikit juga yang menolaknya..) Tetapi dengan 25 Des menjadi perayaan Natal membuat nama Tuhan Yesus semakin di kenal bukan hanya bagi orang percaya tetapi bagi yang lain.

Apakah kita masih harus merayakan Natal pada 25 Desember?

Menurut saya Ya.
---------

Oleh: Naomi

Selamat bergabung Pak Philip...

Kalau intinya pada "perayaan" memang tidak alkitabih dalam artian tidak ada dalam alkitab.Tetapi kalau "peringatan" menurut saya tetap layak untuk dilakukan. Dan itupun tidak selalu tanggal 25, karena banyak gereja yang sudah membiasakan jemaatnya untuk tidak terpaku pada tanggal, melainkan lebih pada makna kedatangan Yesus.

Boleh dikata perayaan natal adalah tradisi yang sudah mendarah daging, terlepas dari alkitabiah or tidak, orang-orang tetap akan merayakannya. Selama perayaan tersebut bermanfaat bagi sesama seperti perayaan natal dengan kamu duafa dsb...mengapa tidak?

Memang ada beberapa jemaat yang mengidentikkan natal dengan pesta pora, tetapi hal-hal demikian saya kira akan selalu ada. Seperti halnya perbuatan jahat, selalu saja ada dan dilakukan juga oleh umat kristiani. Di Indonesia perayaan Natal akan mengundang kecemburuan sosial, karena masih banyak saudara kita yang kekurangan. Tetapi tidak demikian di negara maju.

Jadinya kalau mau disalahkan akan salah, kalau mau dibenarkan juga bisa diterima, semuanya tergantung kepada pemikiran orang lain. Hendaknya kita jangan menjadi batu sandungan, itu saja barangkali.

intermezzo:
Di singapore start from 1 nov tiap tahun orang-orang sudah sibuk berhias. Terutama di jalanan dan toko-toko sekitar orchard road. Dan hiasan itu tidak akan dilepas sampai tahun baru. Di Tanglin shopping mall malah selalu ada salju buatan dari sabun, biasanya anak-anak sangat senang bermain salju sabun disana. Bisa dikatakan masyarakat singapura memperingati natal 2 bulan penuh.
---------

Oleh: Indriatmo

Di dalam perjanjian baru, tidak semua hal yang bersifat seremonial maupun organisasi yang diatur secara detail di Alkitab - dibandingkan dengan segala detail perayaan, tata ibadah, organinsasi beserta jabatannya seperti di Perjanjian Lama.

Sekarang ini ada aliran-aliran yang berusaha menerjemahkan secara hurufiah kegiatan keagamaannya seperti yang tertulis di Alkitab. Jika tidak tertulis di Alkitab maka dikatakan tidak Alkitabiah - bahkan ada yang menuding itu sesat. Tetapi selanjutnya mereka terjebak sendiri, karena ternyata mereka hanya memilih hal-hal yang bisa dilakukan di alirannya saja - sedangkan banyak hal yang nyata-nyata tertulis di Alkitab tidak dilakukan.

Di Alkitab, Tuhan Yesus secara hurufiah hanya menentukan satu saja upacara peringatan, yaitu : PERJAMUAN KUDUS, sebagai peringatan akan sengsara dan wafat Kristus di kayu salib. (Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" - 1 Korintus 11:23-25).

Akan tetapi apakah kemudian pada waktu itu Tuhan Yesus tidak ikut merayakan hari raya yang tertulis di dalam kitab Taurat Musa ataupun dalam budaya bangsa Yahudi?

Tuhan Yesus sebagai orang Yahudi mengikuti dengan taat tradisi, peraturan dan hari raya orang Yahudi. Tuhan Yesus disunat umur delapan hari. Diserahkan ke bait suci. Mengikuti pelajaran agama. Tuhan Yesus juga melaksanakan perayaan hari raya orang Yahudi.

Di dalam Imamat 23:2 - hari raya DITETAPKAN OLEH TUHAN sendiri dan harus dilakukan turun temurun sampai selama-lamanya, antara lain :
1. Hari raya menuai (Kel 23:16)
2. Hari raya Paskah (Kel 34:25)
3. Hari raya Pentakosta/buah bungaran/tujuh minggu (Kel 34:22)
4. Hari raya pengumpulan hasil pada pergantian tahun (Kel 34:22)
5. Hari raya roti tidak beragi (Im 23:6)
6. Hari raya pondok daun (tujuh hari lamanya) (Im 23:34)
7. Hari raya pendamaian/Yom Kippur (Im 25:9)

Untuk orang yang mengatakan bahwa merayakan Natal itu tidak alkitabiah karena tidak tertulis di Alkitab, maka supaya hidup keagamaannya Alkitabiah - dia seharusnya merayakan semua hari raya dengan tepat seperti yang ditetapkan oleh TUHAN sendiri dalam Imamat 23:2. Tapi sepanjang pengetahuan saya, di Indonesia bahkan di negara-negara yang lain tidak ada satu aliran pun yang melaksanakan perayaan hari raya tepat seperti yang ditetapkan TUHAN di Alkitab PL. Berbagai alasan dikemukakan untuk membela hal itu.

* * * * *

Bahkan di Israel yang menetapkan hari raya nasional sesuai dengan agama Yahudi, tidak semua perayaan itu dilakukan. Yang dibuat sebagai hari libur nasional antara lain Paskah (antara bulan Maret 26 - April 25), Pendamaian-Yom Kippur (antara bulan Sep 14 - Okt 14), Pondok Daun (antara bulan Sept 19 - Okt 19) dan Pentakosta/buah bungaran (antara bulan Mei 15 - Juni 14).

Juga ada hari raya nasional diantaranya : tahun baru, hari kemerdekaan, hari bencana/holocaust, hari pahlawan dll.

Tetapi rupanya bangsa Yahudi juga menetapkan hari raya keagamaan yang lain dan dimasukkan sebagai hari raya nasional, yaitu hari raya:

- berdirinya bait suci (antara Sept 19 - Okt 19),
- akhir pembacaan taurat (antara Sept 26 - Okt 26),
- hanukkah/hari raya cahaya - dipergunakannya bait allah ke 2 lewat pemberontakan Makabe tahun 200 SM (antara Nov 27 - Des 27),
- Purim (antara Feb 24 - Mar 26).

Hari raya agama bangsa Yahudi itu tidak ditetapkan oleh TUHAN dalam kitab Imamat, tetapi ditetapkan sendiri oleh bangsa Yahudi dan terus diperingati dan dirayakan sampai sekarang. Seperti halnya hari raya PURIM (Ester 9:26-29) adalah perintah yang diberikan oleh Ester kepada bangsa Yahudi untuk diperingati dan dirayakan tiap-tiap tahun di sepanjang keturunannya.

* * * * *

Jika sekarang gereja Kristen merayakan Paskah dan Pentakosta - dan menganggap itu adalah Alkitabiah karena tertulis di Alkitab, maka orang Yahudi bisa mengatakan itu tidak alkitabiah dan sesat. Karena Paskah dan Pentakosta yang dirayakan oleh gereja Kristen sekarang ini berbeda dengan yang ditulis di dalam Alkitab.

Perayaan Paskah di dalam Alkitab menurut Keluaran 34:25 adalah perayaan untuk memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di tanah mesir. Sedangkan Pentakosta menurut Keluaran 34:22, adalah hari raya buah bungaran dimana orang bersyukur membawa hasil panen terbaik ke rumah Tuhan sebagai ucapan syukur penyertaan Tuhan terhadap bangsa Israel sampai bisa masuk ke tanah perjanjian.

Tuhan Yesus sendiri merayakan Paskah dan Pentakosta tepat seperti yang diperintahkan oleh TUHAN dan dilakukan oleh orang Yahudi sampai sekarang. Bahkan para rasul dalam Kisah 2:1, Kisah 20:16, 1 Korintus 16:8 merayakan Pentakosta sama dengan orang Yahudi merayakan hari buah bungaran. Tetapi mengapa sekarang orang Kristen merayakan Paskah dan Pentakosta dengan cara yang berbeda? Orang Kristen merayakan Paskah untuk memperingati kebangkitan Kristus dan Pentakosta untuk memperingati Roh Kudus turun atas para rasul. Jika apa yang dilakukan orang Kristen sekarang merayakan Paskah dan Pentakosta dengan isi yang tidak tertulis secara hurufiah di Alkitab - maka itu bisa dikatakan sebagai TIDAK ALKITABIAH.

* * * * *

Sebenarnya masih ada analogi yang lain yang dilakukan oleh gereja Kristen yang baik dalam tata ibadah, organisasi dan yang lainnya, yang tidak tertulis secara hurufiah di dalam Alkitab, tetapi terus dilakukan sampai sekarang dan menjadi berkat bagi banyak orang serta membawa jiwa-jiwa diselamatkan.

Paulus dalam tulisannya kepada jemaat di Kolose (Kolose2:16-17) dua ribu tahun yang lalu sudah memperingatkan akan hal ini : Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.

* * * * *

Di gereja saya sendiri ada perayaan yang dilakukan seluruh jemaat dengan meriah yaitu :1. Ulang tahun gereja
2. Perayaan masuk gereja (setelah gereja dihancurkan dan diusir selama 5 tahun)
3. Ulang tahun sinode

Dan sajauh ini tidak ada satu gereja pun yang kita undang untuk turut bersukacita merayakannya, berkata : itu tidak ALKITBIAH karena tidak tertulis secara hurufiah di Alkitab sehingga perayaan yang dilakukan itu adalah sesat.

Perayaan di gereja saya itu adalah ucapan syukur atas berkat TUHAN, seperti sekarang saya merayakan ulang tahun diri sendiri, ulang tahun istri, ulang tahun anak-anak maupun ulang tahun pernikahan. Untuk hal-hal yang bersifat DUNIAWI saja kita selalu rayakan dengan penuh sukacita - apalagi terhadap peristiwa SURGAWI yang luar biasa dan dirayakan sendiri oleh PARA MALAIKAT dan BALA TENTARA SORGA (Lukas 2:13-14 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.")

Bayi Natal lahir ke dunia ditolak oleh manusia, bahkan harus lahir di tempat yang hina, di kandang domba - tetapi Alkitab mencatat dengan indah bahwa : SURGA MERAYAKANNYA ! Seluruh malaikat dan bala tentara surga memuji Allah. Bahkan ALLAH juga merasa perlu ada manusia yang turut bersukacita merayakannya dengan memberikan hikmat kepada orang majus, dan mengirimkan undangan kepada para gembala yang disampaikan sendiri oleh malaikat TUHAN.

Kelahiran Kristus DIRAYAKAN oleh para malaikat, balatentara surga dan manusia yang berkenan kepada Allah. Manusia yang berkenan kepada Allah pada waktu itu adalah orang majus dan para gembala - dan saat ini adalah umat Allah di dalam jemaat gereja Kristen di seluruh dunia di sepanjang abad.
-----------

Oleh: Jamasdin Saragih

Kebersamaan adalah suatu hal yang baik, meski kelahiran Tuhan Yesus tidak tepat pada tanggal 25 Desember, tetapi dengan adanya kesepakatan umat Kristen dan gereja maka seluruh gereja mengakui dan merayakan bahwa Yesus Anak Allah telah lahir sebagai penggenapan dari nubuat terdahulu, dan momen-momen perayaan itu juga saatnya kita mengintrospeksi apakah Yesus juga telah lahir di dalam hidup kita ? Perayaan Natal tanggal 25 Desember perlu diteruskan, tapi tidak harus kaku hanya bisa dirayakan mulai tgl. 25.
-----------

Oleh: T. Budiman

Dalam perayaan Natal saya melihat sudah banyak sekali hal-hal yang tidak Kristiani, mulai dari pohon cemaranya, mitos dengan Sinterklas, dll. Dalam budaya Amerika Serikat, perayaan Natal sudah secara sadar dialihkan untuk merayakan nilai-nilai humanis yang universal, bukan lagi merayakan karya Allah. Dari sisi buruknya, tradisi merayakan tanggal 25 Desember adalah tradisi yang telah ada jauh sebelum Yesus dilahirkan, karena tanggal tersebut adalah tanggal favorit dewa-dewa zaman dahulu (secara astronomi, 25 Des adalah titik terjauh jarak bumi dengan matahari).

Silakan baca:

http://sabbath.org//index.cfm/fuseaction/Library.sr/CT/HWA/k/464/Plain-T...

Jangan percaya semua isinya (artikelnya tidak akan 100% benar, namun tidak juga 100% salah), silakan cek dan nilai sendiri kebenarannya.
-------------

Oleh: Meinadri

Ya itu adalah perayaan Natal yang dikenal di dalam dunia, namun kita sebagai anak2 Tuhan harus memandang esensi dari perayaan Natal itu. Yaitu lahirnya Yesus ke dalam dunia, makanya kita harus kembali ke dasar firman Tuhan dan jangan ikutan hanyut oleh arus penyesatan dunia ini.
-------------

Oleh: Rudi G.

Atas peertanyaan ini saya ingat dengan Firman Tuhan minggu lalu di GKPS, yakni Yohanes 4 : 21-24. Pada ayat 21 dijelaskan pertanyaan dimana, yakni tempat ibadah (Gerizim dan Yerusalem); Tetapi pada ayat 23 dan 24 Yesus menitik beratkan pada jawaban siapa, bahwa penyembah penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran.

Jadi menurut saya perayaan natal, bukanlah untuk menjawab waktu atau tanggal kelahiran, tetapi merupakan jawaban atas siapa yang dilahirkan pada natal tersebut.

Kalau kita menyadari siapa yang dilahirkan pada natal tersebut, kalau kita menghormatinya, dan mungkin mengasihinya, atau menyermbahnya, maka saya harus merayakan natal tersebut, yang menurut catatan pertama peringatan natal adalah tahun 336 sesudah masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu tanggal 25 Desember. saya kutip dari http://jakarta.usembassy.gov/bhs/Hari%20Libur%20AS/hari_natal.html
-------------

Oleh: Sugi

Tapi saya sangat setuju dengan rekan-rekan yang menyatakan bahwa makna dari kelahiran Kristus lah yang terpenting bukan perayaannya. walaupun merayakan pun tidak lah salah walaupun beberapa rekan mengatakan tidak alkitabiah.

Saya sendiri berasal dari sebuah aliran gereja yang percaya Natal tapi tidak merayakannya. Sama sekali tidak merayakan dalam bentuk perayaan2 seperti yg kita ketahui. Namun memperingatinya 'pada suatu saat' itu sering. Misalnya melalui kebaktian2 sabat yang rutin diadakan. alasannya seperti artikel2 yg telah dikemukakan di awal diskusi ini. Yang terpenting adalah bahwa Yesus tidak menyuruh kita memperingati kelahiranNya tapi kematianNya. Berbeda dengan puasa, puasa itu ada disuruh dalam Alkitab. saya belum sempat cari ayatnya dimana. Dimana fungsi puasa adalan untuk menyertai doa-doa kita yang khusuk kepada Tuhan.

Jadi gereja kami daripada membuat batu sandungan terhadap kami sendiri dan saudara-saudara lainnya, tidak merayakan Natal ini dalam perayaan. hal ini juga diimani diterima sebagai kesaksian penglihatan atas karunia Roh kepada pendiri gereja kami.
----------

Oleh: Rusiana

Sungguh sulit untuk menjawb pertanyaan ini. terlalu abstrak. sikapku/pendapatku, memang kelahiran TY yg tidak ada yg tahu secara history dan tidak tercatat secara implisit di alkitab. jadi menurut ku, tgl 25 des adalah tanggal kebersamaan yg diakui dunia secara serentak , dan 'dunia' menyatakan sebagai hari kelahiran TY. baiklah...ini semua , saya yakin ada campur tangan TY, ( roma 8:28 )..Dasyat.. coba pikirkan...apakah ada hari 'besar' lain yg dunia secara kompak menrayakannya???? Tidak sia sia. mari kita rayakan bersama, utk menyatakan kasih TY bagi kita , membagikannya kepada yg belum menikmatinya dan belum mengenalnya dan yg lebih penting lagi: menjanggkau jiwa bagi Tuhan , mumpung "wadahnya" sudah disiapkan. tinggal cemplung saja. saaat ini, " NATAL " juga lebih meriah dirayakan secara konsumtif. tapi tetap tidak merugikan, sebab ini semua tergantung , bagaimana kita mensiasatinya, agar momentum yg baik ini, kita pakai tuk 'menyampaikan kabar gembira"

Apakah "harus" merayakan tgl 25 des? secara pribadi kujawab : tidak harus! sebab kelahiran TY di hatiku, haruslah dirayakan setiap detiknya..hasil karya penebusannya tidak terhingga bagi kita, sehingga tidak cukup hana dirayakan setahun sekali.

Apakah aku merayakan natal bersama sama tgl 25 des: jawabnya : YA. dgn tujuan lain, yaitu...mengajak org2 yg belum tahu, utk mengenal dan mengalami kasih TY secara pribadi. sebab liebih mudah mengajak org ke peryaan Natal drpd mengajaknya ke gereja/kebaktian.

Yuk, tgl 25 Des sudha dekat.,mari kita persiapkan jiwa2 baru, utk mengalami jamahan kasih TY , mengajaknya mendengar 'kebenaran" = injil dan bertobat pada perayaan NATAL sebentar lagi..dimanapun kita merayakannya.....( dimanapun resepsinya).., dengan penuh keyakinan bahwa TY rindu menyatakan kasih karuniaNYA bagi setiap org yg rindu. ( maka kita perlu menyiapkan jiwa2nya)
-----------

Oleh: Philip

Saya ikut nambahkan lagi...

Perayaan Natal yang dirayakan oleh dunia pada tanggal 25 desember memang menjadi sebuah perayaan meriah. Ada yang merayakan dengan hura-hura, ada yang merayakan dengan khusuk, ada pula yang merayakan sendiri ( makanya muncul lagu Blue Christmas) dan cara-cara lainnya.

Pada bentuk perayaan yang berbeda-beda itulah, menurut saya berkat Tuhan hadir. Kenapa, karena Tuhan mengizinkan, bentuk kegembiraan kelahiran Yesus Sang Juruslamat dilakukan dengan cara yang berbeda. Meski ada yang melakukan dengan cara yang berlebihan.

Berkat Tuhan atas perayaan itu juga bisa dilihat, ada orang yang bisa menikmatinya, misalkan ada yang menyumbang materi pada orang yang tidak punya, ada yang jatuh cinta karena perayaan Natal, atau bahkan ada yang menderita.

Momen itulah yang terjadi dan momen itu pula yang berlaku secara umum perayaan Natal dilakukan pada tanggal 25 Desember. (Begitu juga dengan Paskah dan Kenaikan).

Jadi persoalan kenapa Natal di rayakan 25 Desember, selain sukacita akan kelahiran Yesus juga ada berkat-berkat lain yang menyertai! itu saja,
------------

Oleh: Sugi

Menyambung dari Sdr. Philip bahwa perayaan Natal tgl 25 des ada yg melakukan dgn cara yg berlebihan. apakah dengan tokoh Santa Klaus yang membagikan hadiah adalah sesuatu yang berlebihan? apakah tokoh ini menyimpang dari makna Natal sesungguhnya? Karena saya amati perayaan Natal 25 des beberapa tahun terakhir (terutama di eropa) kebanyakan menonjolkan tokoh santa Klaus. Pendapat saya mengenai ini adalah : perayaan Natal yg ditetapkan bersama oleh orang-orang sedunia ini telah jauh menyimpang dari makna sebenarnya. Perayaan telah bergeser menjadi sekularisme. Dan menurut saya 'jika ada campur tangan Tuhan pun' saya kira maksudnya bukan begini. Dan saya lebih berpendapat, bahwa ada campur tangan si Jahat yang menggeser makna kelahiran Tuhan. lalu lebih banyak 'membodohi' anak-anak kecil dengan hadiah-hadiah tak perlu. Semestinya ditanamkan kepada anak-anak bahwa perbuatan baik akan berbuah 'hadiah' di surga kelak dan bukan di dunia. Lebih baik memberi daripada menerima hadiah.

Jika mengenai berkat yang Tuhan berikan kepada yg tidak punya, kepada yg menderita, saya kira tidak ada hubungannya dengan perayaan ini sendiri. Pada saat ini memang bisa saja seseorang menjadi lebih sensitif terhadap sekitarnya untuk berbuat kasih, sehingga Tuhan pun bisa memberikan berkatNya bahkan mujijat bisa saja terjadi. Tapi jika seseorang itu tergerak pada hari lain dengan cara yang sama, saya kira Tuhan pun berkenan juga. Masalahnya adalah orang Kristen (mungkin termasuk saya) selalu menunggu momen-momen spt perayaan ini untuk berbuat kasih. Nah inilah yang menyimpang dari kasih yg Tuhan kehendaki kita lakukan bukan?