Ibrani 2:14-15 Dua Alasan untuk Natal
Mari buka Alkitab kita di Ibrani 2:14-15.
Kita telah sampai pada apa yang oleh sebagian orang disebut sebagai "waktu yang paling indah sepanjang tahun". Saya mungkin akan memilih musim panas daripada musim dingin, tetapi ini bukan karena cuacanya. Musim ini terasa indah karena sesuatu yang lain; karena sepanjang tahun ini, kita semua terjebak dalam sebuah kisah. Ini adalah kisah tentang seorang raja yang datang dengan cara tak terduga yang memenangkan perang untuk rakyatnya yang tidak dapat mereka menangkan sendiri. Ini adalah sebuah kisah yang telah melahirkan ribuan kisah lainnya, tetapi tidak ada yang bisa menyamai kisah aslinya. Sebab, inilah kisahyang terbaik.
Jadi, izinkan saya menceritakan kisah tersebut.
Dahulu kala, di suatu tempat yang tidak begitu jauh, seorang pria dan seorang wanita hidup di dunia yang sempurna. Mereka menikmati kehadiran Allah bersama mereka. Pekerjaan itu mudah dan bermanfaat. Hubungan mereka tanpa ketegangan. Mereka memiliki semua yang mereka butuhkan. Tempat itu benar-benar luar biasa. Namun suatu hari, seekor ular merayap masuk dengan membawa kebohongan tentang Allah, dan di dalam hati mereka, mereka mulai percaya bahwa Allah sedang menindas mereka. Mereka mendengarkan kebohongan ular itu dan memberontak terhadap Allah. Namun, alih-alih memberikan sesuatu yang lebih baik, pemberontakan mereka justru membawa sesuatu yang buruk ke dalam dunia. Sesuatu yang telah diperingatkan oleh Allah, tetapi mereka tidak mau percaya. Hal itu sangat mengerikan sehingga setiap orang yang datang setelahnya akan takut. Itulah yang disebut sebagai Kematian. Sejak saat itu, kematian telah menjadi ancaman yang terbesar bagi setiap orang. Kematian mengintai di balik setiap sudut, bersembunyi di setiap ruang gelap, membayangi setiap kegembiraan, dan merupakan akhir dari kehidupan yang paling hebat sekalipun. Kematian adalah musuh yang tidak bisa kita hindari dan tidak bisa kita kalahkan. Kematian akan datang kepada kita semua, dan satu-satunya perbedaan di antara kita adalah kapan kematian itu datang.
Kita telah mencoba memecahkan masalah kematian. Kita telah mencari mata air awet muda. Laboratorium kita menggali kedalaman ilmu pengetahuan untuk menemukan obatnya. Obat-obatan dapat memperpanjang usia kita, tetapi tidak dapat menjamin kita. Diet dan olahraga dapat memperpanjang usia kita, tetapi tidak dapat menyelamatkan kita. Dari semua hal di dunia ini, kematian adalah peristiwa yang paling pasti terjadi pada kita. Karena itu, kita takut akan kematian -- akan cara, metode, realitasnya -- dan diperbudak oleh rasa takut itu.
Namun, sesuatu yang lain terjadi pada hari itu di Taman Eden. Setelah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, Allah berjanji bahwa suatu hari nanti keturunan perempuan itu akan meremukkan kepala ular di bawah tumitnya. Suatu hari, iblis, pencetus kelahiran sang maut di Taman itu, akan kehilangan kuasanya untuk menundukkan kita. Suatu hari, anak-anak Allah akan mendapatkan kehidupan mereka kembali. Suatu hari, maut akan mati.
Kemudian dunia terus berputar, abad demi abad berlalu, dan bangsa demi bangsa didirikan, berkembang, dan lenyap. Namun melalui semua itu, janji Allah tidak pernah pudar. Dia tidak pernah goyah. Dia tidak pernah menyerah. Dia terus menceritakan kisah yang sama berulang kali: Juru Selamat akan datang!
Dan suatu hari, dahulu kala, di suatu tempat yang tidak begitu jauh, ketika tampaknya tidak ada harapan bahwa Juru Selamat yang dari Allah akan datang, Allah justru mengobarkan sebuah peperangan melawan maut, dan Juru Selamat-Nya maju ke medan perang. Namun yang mengejutkan semua orang, Dia bukanlah raksasa seperti Goliat. Dia rendah hati seperti Daud. Dia bukanlah seorang politikus yang mengesankan seperti Kaisar. Dia adalah orang biasa seperti saya dan Anda, seorang tukang kayu. Dia adalah seorang bayi yang lahir di sebuah palungan di kota Betlehem. Namanya adalah Yesus. Dia sama seperti kita -- darah dan daging -- tetapi juga berbeda dalam hal yang lain. Dia adalah Anak Allah, Allah yang sejati, pancaran kemuliaan Allah, dan jejak yang tepat dari natur Allah. Juru Selamat telah datang, dan Juru Selamat itu adalah Allah sendiri.
Kita merayakan kisah ini setiap tahun pada saat Natal. Ini adalah waktu yang paling indah sepanjang tahun karena mengingatkan kita bahwa Allah telah menepati janji-Nya. Dia telah datang untuk memperbaiki segala sesuatunya. Yesus tidak bangkit dari dunia ini, tetapi turun dari takhta surgawi. Pada hari Natal, Allah turun ke bumi. Kita menyebutnya sebagai inkarnasi Yesus. Sang Pewaris segala sesuatu, Pencipta segala sesuatu, yang menopang alam semesta dengan kuasa firman-Nya, turun untuk menyelamatkan kita. Dia menjadi sama seperti kita, jadi ketika kita melihat keselamatan yang telah Dia berikan melalui darah-Nya, kita tahu bahwa Dia adalah orang yang sama seperti kita dan yang menyelamatkan orang-orang seperti kita. Keselamatan yang berasal dari-Nya bukanlah keselamatan yang bersifat teoretis, melainkan adalah sesuatu yang benar-benar nyata.
Yesus turun ke dunia bukan seperti dewa Yunani yang turun dari Olympus untuk memeriksa keadaan di bawah sana, tetapi untuk menjadi sama seperti kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa, dan untuk menyelamatkan kita karena Dia tahu bagaimana keadaan kita di bawah sana. Natal adalah kisah tentang Allah yang menjadi seperti kita. Dan Dia tidak hanya berkunjung sebentar. Dia turun ke dunia untuk tinggal. Dia datang dengan sebuah misi untuk sebuah tujuan, yang membawa kita kepada nas kita hari ini, Ibrani 2:14-15 (AYT).
"14 Karena anak-anak itu adalah manusia yang memiliki darah dan daging, maka Yesus juga mengambil bagian dalam keadaan mereka supaya melalui kematian-Nya, Ia dapat membinasakan dia yang memiliki kuasa atas kematian, yaitu Iblis. 15 Dan membebaskan mereka yang seumur hidupnya diperbudak oleh ketakutan akan kematian.
Ini adalah firman Tuhan.
Nah, itulah penghiburan dan sukacita yang sesungguhnya.
Kita melihat ada dua alasan untuk Natal. Alasan yang pertama menjadi syarat bagi yang kedua.
(Alasan #1) Yesus menjadikan diri-Nya seperti kita sehingga (Alasan #2) Yesus dapat menaklukkan maut bagi kita.
Alasan #1: Yesus Menjadikan Diri-Nya Seperti Kita
Lihatlah ayat 14. "Karena anak-anak itu adalah manusia yang memiliki darah dan daging, maka Yesus juga mengambil bagian dalam keadaan mereka ...."
Ketika penulis kitab Ibrani mulai menjelaskan solusi Allah atas kematian, dia memulainya dengan inkarnasi pada hari Natal. Karena anak-anak manusia adalah darah dan daging, Yesus mengambil bagian dalam hal yang sama. Yesus menjadi manusia karena kita adalah manusia. Yesus perlu menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia.
Mengapa demikian? Mengapa Yesus perlu menjadi manusia? Katekismus Heidelberg, yang ditulis pada tahun 1500-an, mengajukan pertanyaan yang sama.
T: Mengapa Dia harus menjadi orang yang benar dan saleh?
J: Dia haruslah seorang yang benar karena keadilan Allah mengharuskan sifat manusia yang sama, yang telah berdosa, untuk membayar akibat dosa. Dia haruslah seorang yang benar karena orang yang berdosa tidak dapat menanggung dosa orang lain.
Roma 6:23 mengatakan, "upah dosa adalah maut." Kematian adalah sesuatu yang kita dapatkan karena kita layak mendapatkannya. Dengan kata lain, kematian adalah "upah" kita. Mungkin bukan upah yang kita inginkan, tetapi itulah upah yang harus kita terima. Kita mendapatkan apa yang kita usahakan. Setiap orang yang pernah dilahirkan -- dengan satu pengecualian -- adalah orang berdosa, dan dosa kita membuat kita mendapatkan kematian. Sekarang mungkin terdengar drastis bagi kita. Masuk akal jika hal itu terjadi. Bagaimanapun juga, kitalah yang bertanggung jawab. Akan tetapi, Allah telah memperingatkan Adam dan Hawa tentang hal ini. Dia memperingatkan kita di dalam Alkitab tentang hal ini. Kita berdosa dengan mata terbuka lebar. Kita tahu apa yang kita lakukan. Kita tidak bisa menyangkal kesalahan itu sebab kesalahan kita terlalu nyata.
Namun, hal ini membantu untuk memahami mengapa kematian adalah ganjaran dari dosa. (Dan, omong-omong, penting untuk memahami bahwa yang dimaksud dengan "kematian" di sini bukanlah sekadar kematian secara fisik, tetapi juga kematian kekal. Ganjaran dosa tidak dapat dibayar hanya dengan surat kematian). Kematian adalah upah dari dosa karena sifat alamiah dari Allah. Allah itu kudus dan benar. Sesuai dengan natur-Nya, Dia harus menghukum dosa. Jika tidak, Dia tidak akan menjadi kudus dan benar. Oleh karena itu, ini adalah tentang kekudusan atau sebaliknya. Bukan berarti Dia tidak memberi kita cukup informasi. Kita memiliki hukum Allah yang tertulis. Kita tahu apa yang Dia minta. Masalahnya, kita tidak bisa hidup sesuai dengan standar itu. Adam dan Hawa telah merusak satu-satunya kesempatan kita yang sebenarnya, dan Alkitab mengatakan bahwa kita mewarisi sifat berdosa sejak lahir karena mereka. Namun, kita tidak bisa terlalu menyalahkan mereka. Kita semua telah menambahkan dosa-dosa kita sendiri di atas dosa-dosa mereka. Kita semua bersalah, dan saat kekudusan tidak ada, kematianlah yang berkuasa.
Roma 6:23 sangat menakutkan. "Upah dosa adalah maut." Namun, ada bagian kedua dari ayat tersebut, "karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Yesus Kristus, Tuhan kita." (AYT) Allah memberikan sebuah karunia kepada anak-anak-Nya -- karunia hidup yang kekal. Bagaimanakah karunia itu datang kepada kita? Di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Seperti yang dikatakan Katekismus Heidelberg, karena keadilan Allah mengharuskan natur manusia untuk membayar dosa, Yesus harus menjadi sama dengan kita. Dia harus mengambil bagian dalam hal yang sama. Jika kita ingin diselamatkan, Yesus harus benar-benar, sepenuhnya, menjadi manusia. Dia harus menjadi manusia yang sempurna. Dia harus benar. Dia harus kudus. Karena hanya orang yang benar yang dapat membayar hukuman bagi orang yang tidak benar, hanya orang yang kudus yang dapat membuat orang berdosa menjadi kudus dengan pengorbanannya. Inilah alasan Natal. Kita membutuhkan seorang Juru Selamat, dan Yesus adalah Juru Selamat itu.
Pada hari Natal, Allah yang Maha Kudus dan berdiam di surga turun untuk mengenakan tubuh manusia dan dilahirkan sebagai bayi, sama seperti kita, untuk menyelamatkan umat-Nya yang tidak kudus. Di dalam Yesus, Allah memiliki tubuh yang dapat kita peluk. Dia memiliki tawa yang dapat kita dengar. Dia memiliki wajah dengan senyuman yang dapat kita lihat. Dan karena itu, Dia memiliki tangan yang dapat ditusuk. Dia memiliki pinggang yang dapat dilukai dengan tombak. Dia memiliki kebenaran yang dapat menjadi milik kita dengan iman. Pada hari Natal, Yesus membuat diri-Nya untuk dapat mati sehingga Dia bisa mati untuk menyelamatkan kita. Allah tidak mengalihdayakan tugas ini. Dia tidak bisa melakukannya.
Hal ini sangat penting untuk dipahami. Natal tidak akan pernah berarti lebih dari sekadar rasa bahagia yang samar-samar yang dihasilkan dari "semangat musim" jika Anda tidak memahami besarnya kebenaran ini. Sebelum yang lainnya, Natal berteriak kepada kita, "Anda membutuhkan seorang Juru Selamat!" Dan Natal menyediakan Juru Selamat itu.
Natal adalah Allah yang mengatakan kepada kita bahwa kebutuhan kita yang paling mendesak telah terpenuhi di dalam Yesus. Itulah mengapa Natal itu meriah dan cerah. Itulah mengapa ini adalah waktu yang paling indah sepanjang tahun.
Jadi, alasan #1 untuk Natal: Yesus sendiri telah menjadi seperti kita. Sekarang, alasan # 2: agar Dia dapat menaklukkan maut bagi kita.
Alasan #2: Yesus Menaklukkan Maut bagi Kita
Mari kita lanjutkan membaca. "14 Karena anak-anak itu adalah manusia yang memiliki darah dan daging, maka Yesus juga mengambil bagian dalam keadaan mereka supaya melalui kematian-Nya, Ia dapat membinasakan dia yang memiliki kuasa atas kematian, yaitu Iblis. 15 Dan membebaskan mereka yang seumur hidupnya diperbudak oleh ketakutan akan kematian." (AYT)
Hanya Yesus sebagai manusia yang dapat hidup untuk kita, dan hanya Yesus yang mati yang dapat menyelamatkan kita. Alasan Natal adalah Jumat Agung dan Paskah.
Dalam Hamlet karya Shakespeare, Hamlet mengatakan bahwa kematian adalah "negeri yang belum ditemukan, yang dari kuburnya tidak ada pelancong yang kembali." Yesus berkata, "Tidak secepat itu." Dia pergi ke negeri yang belum ditemukan itu dan kembali. Kenyataan itu adalah hal yang paling mencengangkan di seluruh dunia. Yesus datang bukan hanya untuk menjalani kehidupan yang sempurna yang gagal kita jalani, tetapi juga untuk mati dalam kematian yang tidak kita inginkan. Dan ketika Dia melakukannya, Dia menjamin sesuatu bagi umat-Nya yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Dia menjamin kehidupan bagi kita.
Yesus menjamin kehidupan bagi kita dengan cara yang mengejutkan: melalui kematian. Yesus menghancurkan kematian dari dalam. Dia menghancurkan kematian dengan mengalaminya. Dalam seluruh sejarah manusia, tidak ada, dan tidak akan ada, pencapaian yang lebih besar. Semua orang di dunia ini sedang mencari solusi untuk kematian. Hal itu mengintai kita. Kita takut akan hal itu. Dan, kita diperbudak olehnya. Kematian, seperti yang dikatakan oleh seorang penafsir Alkitab (Phillips), bukan hanya sebuah peristiwa yang menanti kita, tetapi juga sebuah kekuatan yang menguasai kita. Ketakutan akan kematian muncul dengan sendirinya dalam sejuta cara yang berbeda. Inilah alasan dari krisis paruh baya yang kita alami. Ini adalah alasan keputusasaan kita. Itu adalah alasan dari kecemasan kita. Itulah alasan kita berpegang pada hal-hal yang terlalu erat. Kematian menguasai kita.
Akan tetapi, penulis Ibrani ingin kita melihat bagaimana musuh yang besar ini telah ditaklukkan oleh tangan Kristus. Karena Yesus telah mengalami kematian, Dia telah menghancurkan pribadi yang memiliki kuasa maut, yaitu Iblis. Ini bukan berarti Iblis tidak ada lagi. Dia masih ada, tetapi dia tidak lagi memiliki kuasa yang dahulu dia miliki atas kematian.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Iblis mendapatkan kuasa kematian. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Nah, kita harus melihat kembali ke awal Alkitab. Dalam Kejadian 3, Iblis membawa maut ke dalam dunia di Taman Eden dengan mencobai Adam dan Hawa untuk berbuat dosa. Karena dia memperkenalkan dosa, dia juga memperkenalkan kematian. Ketika Allah menjatuhkan hukuman mati atas dosa, Iblis menakut-nakuti hati nurani manusia dan membawa mereka ke dalam perbudakan di bawah rasa takut akan kematian. Itulah mengapa Iblis disebut sebagai "ilah" dunia ini (2 Korintus 4:4) dalam Alkitab. Dia adalah pencipta dosa dan tuan atas orang-orang yang berada di bawah hukuman dosa.
Namun kemudian, Yesus melangkah ke medan perang, tidak mengenakan baju besi yang cocok untuk orang lain tetapi berpakaian seperti kita, dengan daging dan tulang, dengan kulit yang dapat ditusuk dan darah yang dapat ditumpahkan. Ketika Yesus mati di kayu salib, Dia memasuki kematian dengan semua dosa umat Allah dan membawa dosa-dosa itu ke dalam kubur. Namun, Dia kemudian melakukan sesuatu yang tidak diduga oleh iblis. Dia bangkit dari kubur tetapi meninggalkan dosa-dosa itu terkubur. Ketika Dia bangkit pada hari ketiga, Yesus merenggut pedang dari tangan iblis. Kemampuannya untuk menahan rasa bersalah yang mengancam kita telah lenyap. Sengatan maut telah dihilangkan karena Yesus telah menanggungnya di kayu salib. Iblis tidak memiliki kuasa untuk menghukum kita lagi karena Yesus telah membuat kita benar di hadapan Allah. Di kayu salib, Dia menanggung kesalahan kita dan mengembalikan kebenaran-Nya. Dia menanggung aib kita dan mengembalikan kekudusan-Nya. Ini adalah substitusi yang nyata. Dia benar-benar menanggung dosa-dosa kita, dan Dia benar-benar memberikan kebenaran-Nya kepada kita. Dosa kita menjadi milik milik-Nya, karena di atas kayu salib, Dia menanggung semua dosa kita. Dengan cara itulah, sebagaimana yang kita lihat dalam surat Kolose, "Yesus melucuti para pemerintah dan para penguasa, lalu menjadikan mereka tontonan yang memalukan oleh karena kemenangan-Nya di atas kayu salib." Kuasa Iblis telah dihancurkan oleh kematian Kristus.
Karena maut telah mati, ketakutan akan kematian tidak lagi seperti dulu. Dengan kematian-Nya, ketika Yesus mengalahkan musuh besar kita, Dia juga membebaskan kita dari perbudakan besar kita. Maut tidak lagi mengancam kita. Kita tidak perlu lagi takut akan penghakiman yang akan datang. Kita tidak perlu lagi memastikan bahwa kita memeras setiap jengkal dari kehidupan ini karena hanya itu yang kita miliki. Kita tidak perlu lagi menghindari pemikiran akan kematian. Kita tidak lagi diperbudak oleh rasa takut akan kematian. Kita bebas karena Kristus telah memerdekakan kita. Oh, kematian, di manakah sengatmu?
Jika Anda memiliki Kristus, hari kematian Anda dapat menjadi hari terindah dalam hidup Anda. Kematian tidak dapat menghancurkan Anda. Kematian hanya dapat membawa Anda ke dalam pelukan Juru Selamat Anda yang sedang menunggu. Kematian akan memisahkan Anda dari dunia ini untuk sementara waktu, tetapi tidak akan memisahkan Anda dari Allah. Kematian akan menyatukan Anda dengan-Nya lebih dekat lagi. Nah, itulah kebebasan!
Kesimpulan
Sejarah gereja membantu kita untuk melihat seperti apa kebebasan ini. Saya ingin menceritakan beberapa kisah sebelum kita menutupnya.
John Wesley, penginjil Inggris pada masa Kebangkitan Besar, sedang berada di sebuah kapal yang sedang melintasi Samudra Atlantik dari Inggris ke Georgia. Ada dua kelompok orang di kapal itu: orang-orang sebangsanya dari Inggris dan sekelompok orang Kristen Moravia dari Jerman. Suatu hari, orang-orang Jerman mengadakan kebaktian gereja di dek kapal, dan ketika mereka sedang bernyanyi, badai besar datang. Mereka berada di atas kapal kayu kecil di lautan yang luas, dan Wesley sangat ketakutan. Inilah yang ia tuliskan dalam jurnalnya tentang hari itu.
Di tengah-tengah mazmur yang menjadi dasar kebaktian mereka, air laut menerobos, membelah layar utama menjadi beberapa bagian, memenuhi kapal, dan masuk ke dalam geladak kapal, seakan-akan lautan yang dalam telah menelan kami. Teriakan yang mengerikan mulai terdengar di antara orang-orang Inggris. Orang-orang Jerman dengan tenang bernyanyi. Saya bertanya kepada salah satu dari mereka, "Apakah Anda tidak takut?" Dia menjawab, "Syukur kepada Tuhan, tidak." Saya bertanya, "Tapi apakah wanita dan anak-anak Anda tidak takut?" Dia menjawab, dengan lembut, "Tidak, para wanita dan anak-anak kami tidak takut mati." Dari mereka, saya pergi kepada orang-orang di sebelah mereka yang menangis dan gemetar dan menunjukkan kepada mereka perbedaan pada saat pencobaan, antara orang yang takut kepada Allah dan orang yang tidak takut kepada-Nya.
D.L. Moody, penginjil abad ke-19, berkata, "Suatu hari nanti, ketika Anda membaca di koran-koran bahwa D.L. Moody dari East Northfield, telah meninggal. Janganlah kamu percaya sepatah kata pun! Pada saat itu, saya akan lebih hidup daripada sekarang."
F.B. Meyer adalah seorang pendeta dan teman D.L. Moody. Dia hampir meninggal dan mengirim kartu pos kepada seorang teman. "Saya mendahului Anda ke surga. Saya akan pergi. Sampai jumpa di sana."
Donald Cargill adalah seorang pengkhotbah Reformasi Skotlandia yang dihukum gantung pada tahun 1681 karena khotbah reformasinya. Dia berkata, "Ini adalah hari yang paling menyenangkan yang pernah saya lihat di bumi. Saya tidak lagi takut akan kematian karena dosa, dibandingkan jika saya tidak pernah berbuat dosa. Karena semua dosa-dosa saya telah diampuni secara cuma-cuma dan dibasuh bersih oleh darah Yesus Kristus."
Donald Grey Barnhouse adalah pendeta di Gereja Presbiterian ke-10 di Philadelphia. Istrinya meninggal karena kanker. Dia meninggalkan empat orang anak, semuanya berusia di bawah dua belas tahun. Suatu hari, mereka sedang berkendara di jalan ketika sebuah truk semi besar melintas di depan mereka, membayangi mereka. Barnhouse bertanya kepada anak-anaknya, "Apakah kalian lebih suka ditabrak truk atau berada di bawah bayang-bayang sebuat truk?" Salah satu anak menjawab, "Tentu saja di bawah bayang-bayang truk." Barnhouse berkata, "Nah, itulah yang terjadi pada ibumu .... hanya bayangan kematian yang melintas di atasnya karena kematian itu sendiri yang melindas Yesus."
Pada abad ke-3, di kota Kartago, Perpetua adalah seorang ibu yang baru saja menikah dan memiliki seorang anak laki-laki yang masih bayi. Dia dan orang lain dari gerejanya ditangkap karena menjadi orang Kristen. Hukuman mereka adalah diumpankan ke binatang buas untuk menghibur para penonton. Ketika mereka mendengar nasib mereka, mereka kembali ke penjara, dan merasa senang karena bisa mati untuk kemuliaan Allah. Ayah Perpetua datang untuk membujuknya agar menyangkal imannya dan tetap hidup, tetapi dia tidak mau. Dia berkata, "Saya tidak dapat menyebut diri saya selain sebagai seorang Kristen." Ketika hari itu tiba, seekor sapi jantan melemparkannya ke udara, dan rambutnya terurai. Dia meminta waktu untuk merapikan rambutnya kembali karena rambut yang terurai adalah tanda berkabung dan ini adalah hari sukacita baginya.
Ada seorang gadis lain yang ada di sana pada hari itu di Kartago, seorang budak bernama Felicity. Dia sedang hamil, dan merupakan pelanggaran hukum Romawi bagi wanita hamil untuk dieksekusi sampai anaknya lahir. Karena tidak ingin menghadapi eksekusi tanpa anggota gerejanya, dia meminta doa agar anaknya lahir sebelum hari eksekusi. Allah mengabulkan doa mereka. Saat melahirkan, Felicity berteriak kesakitan. Para sipir penjara mengejeknya, bertanya bagaimana dia bisa menghadapi binatang buas jika dia tidak bisa diam saat melahirkan. Felicity menjawab: "Sekarang saya menderita atas apa yang saya alami, tetapi nanti akan ada orang lain di dalam diri saya yang akan menderita untuk saya karena saya akan menderita untuknya."
Ketika tiba giliran Anda untuk mati, apa yang dapat Anda harapkan dengan iman? Anda dapat mengharapkan hal yang sama. Mereka bukanlah orang-orang super. Mereka adalah orang-orang Kristen biasa seperti Anda dan saya. Yang mereka miliki adalah apa yang kita miliki -- Injil Yesus Kristus dan iman kepada-Nya dengan kuasa Roh Kudus. Mereka bebas dari rasa takut akan kematian karena mereka telah dibebaskan dari konsekuensi kematian oleh kasih karunia Kristus. Mereka tahu bahwa mereka telah bebas, dan jika Anda percaya kepada Kristus, Anda juga harus tahu bahwa Anda telah bebas. Yesus adalah penakluk maut Anda. Dia adalah penebus Anda. Dia adalah Juru Selamat Anda. Ketika tiba giliran Anda untuk mati, Dia akan datang dan menjemput Anda!
Inilah alasan mengapa ini adalah waktu yang paling indah sepanjang tahun. Inilah alasan mengapa kita menyanyikan "Kesukaan Bagi Dunia." Karena dahulu kala, di suatu tempat yang tidak terlalu jauh, kutukan dosa memasuki dunia, tetapi kemudian Natal datang, dan melalui kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus, kita memiliki sebuah lagu yang baru. "Jangan lagi membiarkan dosa dan kesedihan tumbuh, atau duri-duri merajalela di tanah. Dia datang untuk membuat berkat-Nya mengalir, sejauh kutuk ditemukan, sejauh kutuk ditemukan." (Joy to The World bait ke 3, Red.).
(t/Jing-jing)
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | Things of the sort |
Alamat artikel | : | https://www.thingsofthesort.com/sermons-2/2023/2/11/hebrews-214-15-two-reasons-for-christmas?rq=Christmas |
Judul asli artikel | : | Hebrews 2:14-15 Two Reasons for Christmas |
Penulis artikel | : | David McLemore |