Baju Natal Dini

Siang itu, Dini mengamat-amati baju natalnya yang baru disetrika Bik Isah. Baju kotak-kotak kecil merah dengan kombinasi hijau polos di dada dan renda hijau, ada animasi gambar lonceng warna merah di dadanya.

"Alangkah cantiknya," pikir Dini.

Tahun lalu Mama membelikan baju natalnya di Singapura karena menjelang Natal Mama dinas kantor di sana. Warnanya putih berhiaskan payet-payet berkilauan. Teman-temannya di sekolah minggu memuji baju natalnya itu.

Tadi di sekolah ia bercakap-cakap dengan Lia dan Elli. Mama-mama mereka juga berteman dengan mama Dini.

"Nanti sore ada perayaan Natal di panti asuhan. Semalam aku sudah membantu Mama membungkus kado tempat pensil untuk 26 anak di panti asuhan," kata Lia.

"Mamaku sudah membuatkan lemper. Jangan-jangan ia sudah ke rumah Dini mengantarkannya," kata Elli.

"Ya, mamaku juga sedang membuat kue brownies dan roti. Nanti aku bantu Mama memasukkan kue-kue itu ke dalam dus bersama lemper buatan mama Eli," kata Dini.

"Kamu pakai baju apa, Din?" tanya Lia. "Tahun lalu baju natalmu yang putih cantik sekali!" Hidung Dini kembang kempis mendengar pujian itu.

"Tahun ini juga baju natalku cantik. Kalian lihat saja nanti sore. Kurasa baju itu akan paling bagus dibandingkan baju anak-anak panti asuhan," jawab Dini dengan bangga.

"Duh, sombongnya teman kita ini," cela Lia sambil memandang Elli dan mencibir.

"Iya, tak boleh sombong. Kata guru sekolah minggu Tuhan tidak sombong. Ia rela lahir di dunia di kandang hina untuk menebus dosa kita," tambah Elli.

Dini masih memandangi bajunya ketika Mama berkata, "Kue-kue sudah siap dimasukkan ke dalam dus. Ayo, bantu Mama, Dini! Kok, kamu memandangi bajumu terus?"

"Iya, Ma. Bajuku cantik sekali. Mama pintar memilihnya. Kurasa bajuku paling cantik dibandingkan baju semua anak di panti asuhan," kata Dini. Ia mulai memasukkan kue-kue ke dalam dus ditambah satu gelas air mineral.

"Jangan sombong, Dini. Tuhan tidak suka orang sombong. Segala yang kita punya di dunia ini sebenarnya milik Tuhan. Bersyukur saja kalau punya baju bagus," nasihat Mama. Sore itu Dini dan Mama berangkat ke panti asuhan. Setiba di sana, Mama mengeluarkan dus-dus kue yang sudah diikat dengan tali rafia. Dengan bangga Dini berjalan memasuki gedung panti asuhan. Tadi ia sudah puas memandangi dirinya di cermin dengan baju natalnya. Ia merasa bertambah cantik dengan memakai baju tersebut.

"Seperti apa ya, baju anak-anak panti asuhan itu? Kata Mama jumlahnya 26 orang dan 10 orang perempuan. Elli dan Lia pakai baju apa, ya? Baguskah baju mereka? Mana lebih bagus dengan bajuku?" pikiran-pikiran itu berkeliaran di benak Dini.

"Hai, Dini, tunggu kami!" terdengar suara dari arah belakang. Mama dan Dini berhenti dan menoleh. Elli dan Lia berhamburan keluar dari mobil, disusul mama-mama mereka masing-masing.

Astaga! Dini hampir pingsan. Baju Natal mereka persis sama dengan baju Natal Dini!

"Hai, kita seragam rupanya. Mama, kok, tidak bilang-bilang kalau kami dibelikan baju yang sama?" tanya Lia pada mamanya.

"Itu kejutan untuk kalian!" jawab mama Lia.

"Mari, Tante bantu bawa kuenya!" kata mama Elli sambil mengambil kue dari tangan Dini.

"Biar saja bajuku sama dengan baju Elli dan Lia. Dibandingkan dengan anak-anak panti asuhan pasti bajuku lebih bagus," pikir Dini.

Sesampainya di aula, anak-anak panti asuhan sudah duduk. Suasana agak gaduh karena anak-anak itu sibuk bercakap-cakap dengan teman-temannya.

Tiba-tiba Dini terperangah sekaligus malu. Sepuluh anak perempuan yang duduk dalam satu barisan memakai baju persis sama seperti dirinya. Rombongan Dini duduk di belakang mereka.

"Wow, hebat, kita semua seragam!" kata Lia.

"Iya, hari ini kalian jadi anak panti asuhan. Itu ide mama Dini. Jadi kalian tidak pamer-pamer baju dan merasa lebih hebat dari mereka. Tuhan ‘kan tidak membeda-bedakan orang. Semua anak diterima-Nya kalau mau percaya kepada-Nya," kata mama Lia.

Dini diam saja. Diam-diam ia berdoa mohon ampun pada Tuhan karena sudah sombong. Natal kali ini sangat berkesan bagi Dini.

Diambil dan disunting dari:

Nama Situs : Sekolah Minggu.net
Alamat URL : Sekolah Minggu.net