Bagaimana Tidak Menjadi Orang Kristen yang Rewel pada Saat Natal

Ada banyak alasan untuk rewel pada saat Natal. Masa-masa Natal dapat menjadi salah satu saat tersibuk di sepanjang tahun, dengan tekanan untuk mendapatkan hadiah yang sempurna untuk orang-orang yang Anda cintai, perjalanan tak berujung untuk acara gereja dan sekolah, dan pengurangan makna Kristiani Natal yang nampak dalam budaya yang berlaku.

Namun, tak satu pun dari hal-hal tersebut harus dibiarkan mencuri sukacita kita, terutama bagi kita yang mengikut Yesus. Bahkan, Natal seharusnya menjadi waktu yang paling menggembirakan di sepanjang tahun bagi orang Kristen, karena cerita kitalah yang sedang diberitakan oleh dunia.

Daripada merasa frustasi dengan ucapan "Selamat berlibur" dari para wanita petugas kasir, mengapa Anda tidak mencoba membiarkan sukacita Natal Anda menjadi begitu menular sehingga orang-orang akan bertanya mengapa Anda tersenyum?) Daripada mengeluh tentang resital liburan lainnya di sekolah anak-anak Anda, mengapa tidak menggunakan kesempatan tersebut untuk menjangkau dan membangun persahabatan di antara orang-orang yang sangat membutuhkan untuk mendengar kabar tentang Bayi yang di palungan itu? Daripada menayangkan keluhan Anda seputar liburan di media sosial, mengapa Anda tidak menghabiskan waktu dalam keheningan dan doa untuk mengucap syukur atas pengutusan Yesus oleh Allah Bapa?

Orang-orang Kristen seharusnya menjadi orang-orang yang paling bersukacita pada saat Natal karena kitalah yang memiliki kisah Natal. Itu adalah cerita kita. Kitalah yang menjadi tujuan Yesus datang ke dunia untuk Ia tebus dari kutuk. Hati kitalah yang Ia pilih untuk diperbarui. Dunia kitalah yang sedang Ia jadikan baru.)

Terlebih lagi, Yesus datang ke dunia yang tidak jauh berbeda dengan dunia kita, dunia yang dilanda oleh perang, penyakit, dan konflik agama. Kisah Natal adalah kisah yang hebat dan penuh kedamaian. Itu adalah kisah tentang kematian yang keras dan tidak adil dari inkarnasi Sang Anak dan perdamaian antara Allah dan manusia yang dimungkinkan oleh Yesus. Kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus menggulingkan kekuatan jahat dan menandakan datangnya fajar sebuah kerajaan baru dan perjanjian baru antara Allah dan manusia.

Inilah sebabnya mengapa lagu-lagu yang terkaya dan yang terindah secara teologis adalah lagu-lagu yang kita nyanyikan pada waktu Natal. "Joy to the World" (Hai Dunia, Gembiralah), "Hark the Herald Angels Sing" (Gita Sorga Bergema), "O Come, O Come Emmanuel" (O, Datanglah Imanuel). Berhentilah dan pikirkanlah tentang kisah yang diceritakan di balik lagu-lagu ini. Sangat menarik bagi saya untuk mendengar seniman dari berbagai perspektif religius menyanyikannya. Saya sering bertanya-tanya apakah mereka benar-benar tahu apa yang mereka nyanyikan. Saya merasakan hal yang sama ketika saya mendengarkan lagu-lagu itu diperdengarkan di pusat-pusat perbelanjaan. Saya bertanya-tanya kepada diri saya sendiri, apakah para pembeli di sini benar-benar mengerti apa yang sedang dinyanyikan?

Namun, kemudian saya menyadari bahwa dunia pada zaman Yesus sendiri juga tidak benar-benar mengerti apa yang Yesus katakan. Orang-orang bijak dari latar belakang agama, para penguasa pada saat itu, mereka mengabaikan kelahiran ajaib yang terjadi di palungan di Bethlehem. Hanya orang-orang dari luar -- raja-raja dari Timur -- dan para gembala yang rendah yang memahaminya. Itu pula yang terjadi saat ini. Ironisnya, dunia mengambil keuntungan dari gerakan yang menggetarkan dunia ini, yang berasal dari palungan itu, tetapi hampir tidak pernah mengenali Kristus dari Natal itu.

Inilah sebabnya mengapa Allah telah memanggil setiap generasi umat-Nya untuk selalu menceritakan kisah ini secara baru. Kita adalah orang-orang yang dipanggil Allah untuk membagikan cerita Injil kepada dunia yang haus akan seorang Juru Selamat. Jadi, mari kita melakukannya dengan sukacita, bukan dengan amarah. Mari kita melibatkan orang-orang sebagaimana adanya mereka, dan bukan sebagai musuh. Dan, mari kita menyunggingkan senyuman Natal di wajah kita. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Christianity.com
Alamat URL: http://www.christianity.com/christian-life/christmas/how-not-to-be-a-cra...
Judul asrtikel: How Not to Be a Cranky Christian at Christmas
Penulis artikel: Daniel Darling
Tanggal akses: 3 Desember 2015