Refleksi Kasih Natal

Oleh: Peserta Kelas Diskusi Natal Nov/Des 2011 - Nathanael

Memasuki bulan Desember/bulan Natal, merupakan sebuah suasana yang menggembirakan dan damai bagi sebagian orang. Bagi sebagian orang lainnya, menganggap bulan Desember biasa saja, sama seperti bulan-bulan lainnya. Adapula yang menyadari bahwa sebentar lagi Natal, tapi tidak merasakan sesuatu yang berbeda. Lalu ada juga yang mengingat akan hari liburan. Dan mungkin bagi para pebisnis, mata mereka berubah hijau karena dapat memanfaatkan suasana ini untuk berbisnis pernak-pernik Natal. Semua memasuki bulan yang sama, tapi dengan situasi dan kondisi yang berbeda.

Natal, merupakan sebuah kata yang indah didengar, dan indah dimaknai. Tapi, ini juga hanya sebagian orang saja yang setuju. Mungkin juga ada orang yang tidak setuju bahkan tidak suka dengan Natal. Mengapa ada orang menganggap bahwa Natal adalah sebuah momen yang indah? Dan adapula yang biasa saja bahkan tidak menganggap itu indah? Makna Natal yaitu kisah spektakuler sepanjang sejarah ketika Allah rela lahir menjadi manusia sebagai Juru selamat umat-Nya yang berdosa di dalam diri Yesus Kristus. Bila kita mengerti makna Natal, tentu akan menjadi hal yang indah, tetapi bagi orang yang tidak mengerti itu merupakan sebuah kebodohan. Dan bagi orang yang belum mengerti akan makna ini, maka tugas kitalah memberitakan kabar Natal kepada mereka. Maukah kita agar orang lain merasakan sukacita yang sama dengan yang dirasakan kita?

Mengawali bulan Natal, mari kita introspeksi diri kita lagi lebih dalam lagi. Mungkin selama kita hidup dan menjadi orang Kristen, kita sudah cukup banyak belajar mengenai Tuhan Yesus Kristus yang begitu kita sembah dan kita puja. Tuhan yang telah membimbing kita masuk ke dalam pengertian yang benar terhadap Pencipta dan yang dicipta. Bila kita mengerti ini, rasa syukur kita harus melimpah-limpah kepada-Nya karena bila boleh mengenal Tuhan yang benar. Itu merupakan anugerah yang besar. Kita tidak boleh sombong. Kita yang sudah belajar Firman Tuhan, kita yang sudah mengerti Firman Tuhan, bahkan kita yang sudah melakukan Firman Tuhan. Hal yang paling menjijikkan ketika kita sudah mengalami hal itu adalah kita melupakan cinta kasih Tuhan terhadap kita dan kita bertindak seturut apa yang kita anggap benar, tanpa memandang kepada pribadi Tuhan lagi. Semua kehidupan bergereja yang kita lakukan hanya rutinitas dan bukan relasi terhadap Tuhan & sesama lagi.

Apakah kita mau dicela Tuhan seperti jemaat efesus yang lupa akan kasih mula-mulanya? Meskipun kita banyak melakukan sesuatu untuk Tuhan, tapi bila Tuhan tidak menyertai kita apakah maknanya? Bila kita kaya tapi tidak kaya dalam pengenalan akan Tuhan apakah untungnya? Bila kita berkuasa, tapi kuasa Tuhan tidak nyata dalam diri kita apakah manfaatnya? Apakah gunanya kita memiliki seluruh dunia tapi kehilangan nyawa? Apakah manusia sehingga dia layak untuk dikasihi Tuhan sampai Tuhan rela menjelma dan menderita sebagai manusia? Mari kita tanyakan kepada Tuhan seperti Raja Daud dalam mazmurnya: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” Mazmur 8:4

Marilah kita refleksikan kembali, betapa kita harus menyadari pengorbanan Diri-Nya yang tak terbatas sebagai Allah, untuk menyelamatkan manusia ciptaan-Nya yang sangat dikasihi-Nya. Yang serupa gambar dan diri-Nya. Yang dilakukan-Nya adalah semata-mata demi kebaikan diri kita, demi keuntungan kita.

God Bless
Nathanael Marvin Santino