Lukas 1:26-38 - Malaikat Gabriel mengunjungi Maria

Lukas 1:26-38

Dalam bulan yang keenam [sejak Elisabet mengandung Yohanes,] Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.[1]

Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "[Bergembiralah], hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."[2]

Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.

Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus (Yes 7:14). Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya (Yes 9:6), dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. (Dan 7:14)"

Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"[3]

Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."[4]

Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."[5] Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

(Lukas 1:26-38)


Renungan:

Lahir dari Anak Dara Maria

Catatan:

[1] Baik Lukas maupun Matius menandaskan dengan jelas bahwa Yesus telah lahir dari seorang perawan

[2] Sekalipun Maria dikaruniai melebihi semua wanita dalam hal dipilihnya sebagai ibu Yesus, para penulis PB tidak pernah menyatakan bahwa ia harus disembah, atau harus diberi gelar-gelar khusus atau kita harus berdoa kepadanya. Maria layak kita hormati, tetapi hanya Anaknyalah yang layak menerima penyembahan kita.

1) Perhatikan bahwa Maria dipilih karena ia telah mendapat kasih karunia di mata Allah (bd. Kej 6:8). Hidupnya yang sederhana dan saleh begitu menyenangkan hati Allah sehingga Ia telah memilihnya untuk tugas yang paling penting ini (bd. 2Tim 2:21).

2) Berkat Maria tidak hanya mendatangkan sukacita yang besar bagi dirinya tetapi juga banyak penderitaan dan kepedihan (lih. Luk 2:35), sebab Anaknya akan ditolak dan disalibkan. Di dunia ini, panggilan Allah akan selalu meliputi berkat dan penderitaan, sukacita dan dukacita, keberhasilan dan kekecewaan.

[3] Harafiah: Aku tidak mengenal seorang laki-laki. Ini suatu ungkapan Ibrani, Kej 4:1, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan suami isteri dan Maria barangkali bermaksud untuk terus tidak mengadakan hubungan itu. Maria hanya "bertunangan", Luk 1:27. Kenyataan itu rupanya bertentangan dengan kabar malaikat, Luk 1:31-33. Karena itu diberi keterangan dalam Luk 1:35. Tidak ada sesuatu dalam teks yang menyarankan bahwa Maria "berkaul keperawanan".

[4] Roh Kudus akan turun ke atas Maria dan anak itu akan dikandung semata-mata oleh perbuatan ajaib Allah. Akibatnya, Yesus akan menjadi "kudus" (artinya; bebas dari segala noda dosa).

[5] Maria menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah dan mempercayai berita-Nya. Dengan sukarela ia menerima baik kehormatan maupun celaan yang akan dialaminya karena menjadi ibu dari Anak yang kudus ini. Para wanita muda di dalam gereja seharusnya mengikuti teladan Maria dalam hal kesucian seksual, kasih pada Allah, iman kepada Firman-Nya, dan kesediaan untuk taat kepada Roh Kudus.

Studi Alkitab:
Apakah nubuat-nubuat Perjanjian Lama mengenal Kristus digenapi?
Ilustrasi Alkitab
Kisah Kehidupan Yesus
Keilahian Yesus

Kidung Pujian:
Dari Terbitnya Surya T'rang (KJ 137) (MIDI)


Catatan Wycliffe

27. Seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf.

Hukum pertunangan Yahudi menganggap suatu pertunangan itu sama mengikatnya seperti pernikahan. Suatu pertunangan menjadi resmi sesudah para wali dari pihak laki-laki mengadakan perundingan dan mas kawin telah dibayarkan kepada ayah si gadis. Setelah bertunangan, pihak laki-laki setiap saat dapat mengklaim haknya atas tunangannya. Aspek hukum dari pernikahan sudah termasuk di dalam pertunangan; pernikahan hanya merupakan pengakuan terhadap perjanjian yang sudah ditetapkan bersama. Yusuf berhak penuh untuk membawa Maria ke Betlehem.

Dari keluarga Daud.

Dengan hak adopsi sebagai putra Yusuf yang diakui, Yesus dapat mengklaim warisan sebagai raja dari keturunan Daud.

28. Engkau yang dikaruniai.

Kata ini dapat diterjemahkan sebagai, penuh kasih karunia, tetapi istilah ini mengacu kepada orang yang menerima kemurahan dan bukan sumber kasih karunia itu sendiri.

29. Apakah arti salam itu.

Dipilih di antara semua wanita untuk menerima berkat terasa mengganggu Maria tidak bisa mengerti mengapa dirinya yang dipilih untuk menerima kehormatan ini..

31. Hendaklah engkau menamai Dia Yesus.

Yesus (Strong 2424) adalah kata Yunani untuk kata Ibrani Yosua (Strong 03091), yang artinya, Yehovah adalah keselamatan. Bandingkan dengan kisah pemberitaan kepada Yusuf sebagaimana dikisahkan Matius (1:21).

32. Takhta Daud, bapa leluhurnya.

Keturunan Daud telah memerintah Yehuda sejak Kerajaan Bersatu hingga Pembuangan secara berkesinambungan. Malaikat itu menubuatkan bahwa Yesus akan melengkapi kesinambungan ini.

33. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya.

Masa pemerintahan ini bila bersifat sementara dan juga bersifat rohani.

34. Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?

Pertanyaan Maria menegaskan pernyataan bahwa dirinya perawan di dalam ayat 27. Yusuf belum mengambilnya sebagai istri.

35. Roh Kudus akan turun atasmu.

Berbeda dengan berbagai legenda kafir kuno tentang keturunan yang dianggap keturunan dewa dengan manusia, di sini tidak terjadi intervensi jasmaniah. Tindakan mencipta oleh Roh Kudus di dalam tubuh Maria merupakan sarana fisik untuk terjadinya Inkarnasi.

36. Elisabet, sanakmu itu.

Apabila Maria dan Elisabet merupakan sepupu, maka Yesus dan Yohanes adalah sepupu dari sepupu.

38. Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan.

Kesediaan Maria yang tanpa ragu-ragu menunjukkan wataknya yang saleh dan taat. Dia bersedia menanggung dipermalukan dan diceraikan demi menaati perintah Allah.


Catatan Matthew Henry

Di dalam perikop ini kita diberitahukan mengenai segala sesuatu yang perlu kita ketahui tentang inkarnasi dan bagaimana dikandungnya Juruselamat kita yang diberkati itu, yakni enam bulan setelah dikandungnya Yohanes. Gabriel, malaikat yang sama yang diutus kepada Zakharia untuk memberitakan rencana Allah mengenai anak laki-lakinya, juga diutus dalam hal ini, karena karya mulia penyelamatan yang telah dimulai di dalam peristiwa pengandungan Yohanes itu sedang berlanjut. Sama seperti tidak satu pun malaikat jahat yang ditebus, begitu pula tidak satu pun malaikat baik yang menjadi penebus. Walaupun begitu, para malaikat yang baik digunakan oleh Sang Penebus sebagai utusan-Nya, dan dengan sukacita mereka pergi membawa pesan-pesan-Nya, karena mereka adalah pelayan yang rendah hati dari Bapa-Nya, sahabat dan penghibur bagi anak-anak-Nya.

  • I. Di sini ada berita mengenai ibu Tuhan kita, yang melaluinya Juruselamat kita akan dilahirkan. Meskipun kita tidak berdoa kepadanya, kita harus bersyukur kepada Allah untuk ibu ini.
    • . Ia bernama Maria, nama yang sama dengan Miriam, saudara perempuan Musa dan Harun. Nama ini berarti ditinggikan, dan memang betapa ditinggikannya dia karena dikaruniai di antara semua putri-putri keluarga Daud.
    • . Maria adalah putri keluarga bangsawan dari garis keturunan Daud. Baik dia maupun semua teman-temannya mengetahui status tersebut, karena ia memiliki nama dan hak keluarga Daud, meskipun miskin dan rendah derajatnya di dunia ini. Melalui pemeliharaan Allah serta kepedulian bangsa Yahudi, ia dimampukan untuk menjaga garis keturunan atau silsilahnya, sehingga lebih mudah ditelusuri, dan selama janji tentang Mesias dalam proses penggenapan, silsilah tersebut sangat berharga untuk dipelihara. Tetapi untuk situasi sekarang, bagi mereka yang rendah derajatnya di dunia ini, memiliki garis keturunan bangsawan dianggap tidak layak disebut-sebut lagi.
    • . Dia seorang perawan, yang suci tanpa noda, dan bertunangan dengan seorang laki-laki yang juga dari garis keturunan bangsawan seperti dirinya, dan yang juga berasal dari status sosial yang rendah. Dengan demikian, dalam kedua hal ini mereka memiliki kesetaraan (yang merupakan hal yang tepat bagi mereka). Laki-laki tersebut bernama Yusuf, dan juga berasal dari keluarga Daud (Mat. 1:20). Ibu Kristus adalah seorang perawan, karena Kristus tidak akan dilahirkan melalui cara kelahiran biasa, tetapi melalui mujizat. Ia memang harus dilahirkan dengan cara demikian, agar meskipun Ia harus mengambil bagian dalam natur (sifat alami) manusia, itu bukanlah natur manusia yang sudah rusak. Ia dilahirkan oleh seorang perawan yang bertunangan, siap untuk menikah, dan mengikat perjanjian untuk menghormati status pernikahan, agar pernikahan (yang merupakan suatu ikatan dalam kesucian) tidak dipandang sebagai aib dengan lahirnya Penebus kita dari seorang perawan.
    • . Maria tinggal di Nazaret, sebuah kota di Galilea, sebuah sudut terpencil di negeri itu, tempat yang tidak memiliki reputasi dalam hal keagamaan atau pengetahuan, namun berbatasan langsung dengan wilayah bangsa-bangsa kafir, dan karena itu dinamakan wilayah Galilea bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Kenyataan bahwa sanak keluarga Kristus tinggal di tempat bangsa-bangsa lain ini menunjukkan bahwa anugerah juga diperuntukkan bagi bangsa bukan-Yahudi. Dr. Lightfoot mengamati bahwa Yunus dilahirkan sebagai orang Galilea, Elia dan Elisa sangat akrab dengan Galilea, dan mereka semua dikenal sebagai nabi bangsa-bangsa lain. Malaikat diutus kepada Maria yang berasal dari Nazaret. Perhatikanlah, tempat terpencil atau tempat yang tidak ternama tidak boleh menjadi suatu alasan untuk berburuk sangka terhadap orang-orang yang kepadanya Allah berkenan. Malaikat Gabriel membawa pesan kepada Maria yang ada di Nazaret, wilayah Galilea, dengan sukacita yang sama seperti ketika ia membawa pesan bagi Zakharia di Bait Suci yang ada di Yerusalem.
  • II. Salam malaikat kepada Maria (ay. 28). Kita tidak memperoleh informasi mengenai apa yang sedang dikerjakan Maria pada saat itu, atau bagaimana kejadiannya, ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, namun malaikat itu mengejutkannya dengan sapaan ini, "Salam, hai engkau yang dikaruniai." Sapaan ini dimaksudkan untuk membangkitkan sesuatu di dalam dirinya, yaitu:
    • . Harga dirinya sendiri; meskipun dorongan untuk maksud seperti ini jarang diperlukan, namun bagi orang seperti Maria yang berkanjang dalam status sosial yang rendah, adakalanya ini diperlukan juga.
    • . Pengharapan akan kabar yang luar biasa, bukan dari negeri seberang, melainkan dari atas. Tidak diragukan lagi, sorga merancangkan berkat luar biasa kepada seorang yang disapa malaikat dengan begitu penuh rasa hormat, "Salam, hai engkau," chaire -- bersukacitalah kamu. Sapaan seperti ini lazim pada waktu itu dan menyatakan rasa hormat, maksud baik, dan kesejahteraan bagi Maria.
      • (1) Ia dimuliakan. "Engkau yang dikaruniai atau dianugerahi.
      • Allah, dengan memilih engkau menjadi ibu Mesias, memberikan kehormatan khusus kepadamu, lebih tinggi dari Hawa, yang menjadi ibu semua yang hidup." Alkitab bahasa Latin, Vulgata, menerjemahkan kata ini dengan gratiâ plena -- penuh anugerah, dan karena itu, memberi kesimpulan bahwa ia memperoleh lebih banyak anugerah Roh Kudus dibandingkan siapa pun. Padahal jelas sekali bahwa sapaan tersebut hanya menunjukkan berkat khusus yang diperuntukkan baginya sebagai orang yang dipilih untuk mengandung dan melahirkan Tuhan kita yang terkasih. Karena Mesias harus dikandung dari benih seorang perempuan, maka kehormatan ini pasti jatuh pada seorang perempuan, tetapi bukan karena jasa pribadinya, melainkan semata-mata karena anugerah yang akan diberikan dengan cuma-cuma, dan Marialah yang terpilih untuk itu. "Ya Bapa, bila itu Kau pandang baik."
      • (2) Hadirat Allah bersamanya: "Tuhan menyertai engkau, meskipun engkau miskin dan papa, dan mungkin sekarang sedang memikirkan cara mendapatkan nafkah dan menghidupi keluarga setelah menikah nanti." Dengan menggunakan kata-kata ini, malaikat membangkitkan iman Gideon (Hak. 6:12): Tuhan menyertai engkau. Kita tidak perlu berputus asa mengenai apa pun, apakah itu gagal dalam pekerjaan atau tiada rejeki, bila kita memiliki Allah yang beserta kita. Perkataan ini bisa mengingatkan Maria akan Imanuel, Allah beserta kita, yang menjanjikan bahwa seorang anak perawan akan mengandung dan akan melahirkan (Yes. 7:14), dan mengapa bukan dia?
      • (3) Ia mendapat berkat Allah, "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan (KJV), engkau bukan hanya akan dipandang begitu oleh banyak orang, namun sesungguhnya engkau memang demikian. Engkau yang begitu dikasihi dalam hal ini, boleh berharap akan diberkati dalam banyak hal lain." Maria menjelaskan sendiri tentang hal ini (ay. 48), Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia. Bandingkan hal ini dengan apa yang dikatakan Debora tentang Yael, salah seorang lagi yang ditinggikan di antara kaum perempuan (Hak. 5:24), "Diberkatilah ia, melebihi perempuan-perempuan yang di dalam kemah."
  • III. Keterkejutan Maria atas sapaan ini (ay. 29). Ketika Maria melihat malaikat itu, serta kemuliaan yang mengelilinginya, ia menjadi terkejut atas apa yang dilihatnya, dan lebih lagi ketika ia mendengar perkataannya. Seandainya ia seorang perempuan muda yang sombong dan ambisius, seseorang yang bercita-cita tinggi, dan menyanjung diri sendiri dengan pengharapan tentang hal-hal yang besar di dunia ini, ia akan merasa senang mendengar perkataan malaikat ini dan selanjutnya ia akan menjadi sombong, dan (karena kita memiliki alasan untuk meyakini bahwa ia seorang perempuan muda yang cerdas) akan siap menjawab, menyatakan kegembiraannya. Namun Maria tidak melakukan hal itu, ia bahkan menjadi bingung, dan tidak merasa dirinya layak menerima atau dijanjikan hal-hal sebesar itu, karena itu ia lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Apakah asalnya dari sorga atau dari manusia? Apakah salam itu hanya untuk menyenangkan hatinya? Apakah untuk menjerat dirinya? Apakah hanya untuk memperolok dirinya? Ataukah ada hal penting dan berharga di dalamnya? Tetapi dari semua yang dapat dipikirkannya tentang apakah arti salam itu, saya percaya bahwa sedikit pun Maria tidak berpikir bahwa salam itu dimaksudkan atau digunakan sebagai sebuah doa. Namun, pemikirannya yang mendalam tentang kejadian ini memberikan petunjuk yang berguna bagi para perempuan muda ketika mendapat sapaan semacam itu, agar mereka mempertimbangkan dan bertanya di dalam hati, apakah arti salam itu, dari mana datangnya, apa maksudnya, sehingga mereka bisa menerima sapaan itu dengan benar dan senantiasa berjaga-jaga.
  • IV. Pesan itu sendiri, yang harus disampaikan malaikat kepadanya.
  • Sang malaikat berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan kepada Maria untuk berpikir, namun ketika memperhatikan bahwa hal ini hanya membuat Maria semakin bingung, ia meneruskan pesannya (ay. 30). Maria tidak menyahut apa pun terhadap perkataannya; oleh karena itu, malaikat menegaskan: "Jangan takut, hai Maria, aku tidak bermaksud apa pun selain ingin meyakinkan dirimu bahwa engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah lebih daripada yang engkau pikirkan, karena banyak yang mengira bahwa mereka lebih beroleh kasih karunia di hadapan Allah daripada keadaan mereka yang sebenarnya." Perhatikanlah, mereka yang beroleh kasih karunia di hadapan Allah janganlah membiarkan ketakutan yang dipenuhi dengan rasa curiga dan resah menguasai mereka. Apakah Anda beroleh kasih karunia di hadapan Allah? Jangan takut, meskipun dunia ini membenci Anda. Apakah Allah di pihak Anda? Kalau begitu, tidak penting siapakah yang akan melawan Anda.
    • . Meskipun Maria seorang perawan, ia memperoleh kehormatan untuk menjadi seorang ibu. "Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan engkau harus memberi-Nya sebuah nama; hendaklah engkau menamai Dia Yesus" (ay. 31). Hawa, yang seharusnya mendapat kehormatan menjadi ibu semua yang hidup, dihukum dengan perasaan takut dan cemas karena ia akan berahi kepada suaminya, dan suaminya akan berkuasa atasnya (Kej. 3:16). Sedangkan Maria memperoleh kehormatan tersebut tanpa ketakutan dan kecemasan itu.
    • . Meskipun Maria hidup dalam kemiskinan dan tidak dikenal, ia akan memperoleh kehormatan menjadi ibu Sang Mesias; anak laki-lakinya akan dinamai Yesus -- Sang Juruselamat, seseorang yang sangat dibutuhkan dunia ini, dan bukannya seseorang seperti yang diharapkan bangsa Yahudi.
      • (1) Anak laki-laki itu akan sangat dekat terhubung dengan dunia atas. Ia akan menjadi besar, benar-benar besar, tak tertandingi besarnya, karena Ia akan disebut Anak Yang Mahatinggi, Anak dari Allah yang adalah Yang Mahatinggi. Dengan demikian, Ia akan memiliki sifat dan kodrat yang sama dengan Allah; dan sangat dikasihi oleh Allah seperti seorang anak dikasihi bapanya. Ia akan disebut, dan bukan salah sebut, Anak Yang Mahatinggi, karena Ia sendiri adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya (Rm. 9:5). Perhatikanlah, mereka yang adalah anak-anak Allah, meskipun hanya melalui pengangkatan dan kelahiran kembali, adalah benar-benar besar, dan oleh karena itu, harus menjadi sangat baik (1Yoh. 3:1, 2).
      • (2) Ia akan sangat ditinggikan di dunia bawah ini, karena meskipun dilahirkan dalam keadaan yang paling hina, dan tampil sebagai seorang hamba, Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya (ay. 32). Malaikat itu mengingatkan Maria bahwa ia berasal dari keluarga Daud, dan oleh sebab itu, mengingat bahwa Hukum Salis (yang melarang seorang perempuan untuk memerintah -- pen.) maupun hak kesulungan tidak berperan dalam pewarisan takhta-Nya ini, maka tidaklah mustahil bahwa Maria bisa melahirkan seorang pewaris bagi takhta itu. Untuk membuat Maria semakin mudah memercayai hal itu, diutuslah seorang malaikat dari sorga untuk memberi tahu dia bahwa ia akan melahirkan. Bahwa setelah tongkat kerajaan sejak lama beranjak dari keluarga terhormat masa silam itu, sekaranglah saatnya tongkat itu akan kembali lagi dan akan tetap tinggal di dalam keluarga itu, tetapi tidak akan terjadi melalui pewarisan takhta secara turun-temurun, melainkan akan tetap berada dalam tangan orang yang sama sampai selama-lamanya. Bangsa-Nya tidak akan menyerahkan takhta itu kepada-Nya, juga tidak akan mengakui hak-Nya untuk memerintah atas mereka, namun Tuhan Allah akan memberi-Nya hak untuk memerintah atas mereka dan melantik-Nya sebagai Raja-Nya di Sion, gunung-Nya yang kudus.
      • Malaikat itu meyakinkan Maria:
        • [1] Bahwa kerajaan-Nya bersifat rohaniah: Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub, bukan atas Israel menurut daging, karena bukan mereka yang dipedulikan-Nya dan juga karena mereka tidak akan bertahan lama sebagai suatu umat. Karena itu, pastilah Ia atas sebuah kerajaan yang bersifat rohaniah, atas keturunan Israel yang menurut perjanjian.
        • [2] Bahwa pemerintahan-Nya akan kekal: Ia akan memerintah sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan, tidak seperti pemerintahan keluarga Daud yang sementara saja dan juga tidak seperti negara Israel yang segera akan berkesudahan. Mahkota-mahkota lain tidaklah tetap turun-temurun, tetapi pemerintahan Kristus bersifat kekal (Ams. 27:24). Injil adalah tata aturan yang terakhir, kita tidak perlu lagi menantikan yang lain.
  • V. Informasi selanjutnya diberitahukan kepada Maria, sebagai jawaban atas pertanyaannya mengenai kelahiran raja yang istimewa ini.
    • . Pertanyaan yang diajukan memang pantas, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi? (ay. 34). Bagaimana mungkin aku sekarang mengandung seorang anak" (seperti yang dimaksudkan oleh malaikat itu), "karena aku belum bersuami. Jika demikian, apakah itu harus terjadi dengan cara kelahiran yang berbeda dari cara yang lazim? Bila ya, beritahukan sekarang caranya?" Ia tahu bahwa Sang Mesias harus lahir dari seorang perawan, dan bila ia yang harus menjadi ibu-Nya, ia ingin tahu caranya. Ini bukan soal tidak percaya atau meragukan apa yang telah dikatakan oleh malaikat itu, tetapi sebuah hasrat untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.
    • . Jawaban yang diberikan sungguh memuaskan (ay. 35).
      • (1) Ia akan mengandung oleh kuasa Roh Kudus, yang tugas dan jabatan utama-Nya adalah untuk menguduskan, dan karena itu untuk menguduskan perawan ini untuk maksud dan rencana ini. Roh Kudus disebut sebagai kuasa Allah Yang Mahatinggi. Bukankah ia menanyakan bagaimana hal itu mungkin terjadi? Jawaban ini sudah cukup untuk membantunya mengatasi semua kesulitan yang muncul; kuasa ilahi akan melaksanakannya, bukan oleh kuasa malaikat seperti pada karya-karya ajaib lainnya, melainkan oleh kuasa Roh Kudus itu sendiri.
      • (2) Maria tidak perlu mengajukan pertanyaan mengenai cara atau bagaimana hal itu akan dilakukan, karena Roh Kudus, sebagai kuasa Allah Yang Mahatinggi, akan menaungi dirinya, sama seperti awan yang menutupi Kemah Suci ketika kemuliaan Allah menguasainya untuk melindunginya dari orang-orang yang ingin mencari tahu gerakannya dan ingin mengungkap misterinya. Pembentukan janin di dalam rahim dan masuknya roh kehidupan di dalamnya merupakan misteri alam; tak seorang pun mengetahui jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang perempuan yang mengandung (Pkh. 11:5). Kita dijadikan di tempat yang tersembunyi (Mzm. 139:15-16). Terlebih lagi misteri pembentukan bayi Yesus, dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita, Dia yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia (1Tim. 3:16). Ini merupakan sesuatu yang baru diciptakan di negeri ini (Yer. 31:22), yang mengenainya kita tidak boleh berlaku bijak melebihi apa yang sudah tertulis.
      • (3) Anak yang akan dikandung Maria adalah anak yang kudus, dan karena itu Ia tidak boleh dikandung melalui cara kelahiran yang lazim, karena Ia tidak boleh berbagi sifat manusia yang rusak dan cemar. Malaikat menyatakan hal ini dengan tegas, bahwa Anak itu akan disebut kudus, yang belum pernah ada sebelumnya, dan Dia juga akan disebut Anak Allah, yaitu Anak Bapa melalui kelahiran kekal. Sebagai tandanya, sekarang Ia akan dibentuk dan dikandung oleh Roh Kudus. Sifat manusia-Nya harus dibentuk melalui cara demikian, supaya sesuai untuk disatukan dengan sifat ilahi.
    • . Iman Maria semakin diperkuat lagi ketika diberi tahu bahwa Elisabet, sepupunya, meskipun sudah tua umurnya, juga sedang mengandung seorang anak laki-laki (ay. 36). "Inilah saat dimulainya masa keajaiban, dan karena itu janganlah terkejut. Salah seorang sanakmu juga mengalami hal yang hebat, meskipun tidak sehebat yang engkau alami; Allah biasa melakukan keajaiban demi keajaiban. Engkau akan melakukan juga pekerjaan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu." Meskipun menurut garis keturunan ayahnya, Elisabet tergolong sebagai keturunan Harun (ay. 5), namun dari garis keturunan ibunya, ia mungkin tergolong keluarga Daud, karena kedua keluarga ini sering melakukan pernikahan silang, sebagai ungkapan kesungguhan mereka untuk menyatukan kerajaan dan keimaman Mesias. Dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Kehamilan Elisabet ini memperlihatkan, seperti pendapat Dr. Lightfoot, bahwa semua kejadian di dalam Perjanjian Lama mengenai mereka yang pada akhirnya memiliki anak meskipun sudah lama mandul, sebenarnya bersifat adikodrati, yang dirancang untuk menyiapkan dunia untuk sanggup percaya bahwa seorang perawan melahirkan seorang anak laki-laki, yang bertentangan dengan sifat kodrat alami. Oleh karena itu, bahkan pada saat kelahiran Ishak pun Abraham sudah melihat hari Kristus. Ia sudah menubuatkan mujizat kelahiran Kristus. Malaikat meyakinkan Maria mengenai hal ini, untuk menguatkan imannya, dan mengakhiri pesannya itu dengan kebenaran agung yang sangat tidak diragukan lagi dan yang sudah umum dipercaya, "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil" (ay. 37), dan, kalau tidak ada yang mustahil, maka hal yang satu ini pun tidak. Oleh sebab itu Abraham tidak bimbang dan tetap percaya pada janji Allah, karena ia yakin bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan (Rm. 4:20-21). Tidak ada firman Allah yang tidak masuk akal bagi kita, selama tidak ada pekerjaan yang tidak mustahil bagi-Nya.
  • VI. Penerimaan Maria yang tulus atas kehendak Allah bagi dirinya (ay. 38). Maria membuat pengakuan sendiri.
    • . Sebagai hamba yang percaya kepada kekuasaan atau otoritas ilahi, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan. Tuhan, aku siap melayani-Mu, di bawah perintah-Mu, untuk melakukan apa yang Engkau perintahkan." Ia tidak keberatan untuk menanggung bahaya yang bisa merusak pernikahannya dan mencemarkan nama baiknya, sebaliknya, ia menyerahkan masalah tersebut kepada Allah, serta berserah penuh pada kehendak-Nya.
    • . Sebagai orang percaya yang menantikan karunia Allah. Ia tidak hanya puas dengan kebenaran berita itu, tetapi mengharapkannya dengan rendah hati agar terpenuhi: Jadilah padaku menurut perkataanmu itu. Karunia semacam ini tidak boleh diabaikan atau tidak diacuhkan oleh Maria, karena apa yang telah dijanjikan Allah akan disediakan-Nya. Melalui doa kita harus mengatakan, "amin," atau "terjadilah demikian, atas janji Allah." Ingatlah, dan laksanakanlah Firman-Mu atas hamba-Mu ini yang telah Engkau buat untuk berharap. Sama seperti Maria, kita harus mengarahkan hasrat kita sesuai firman Allah, dan mendasarkan harapan kita di atasnya. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu; hanya itu, dan bukan sebaliknya.
    • Setelah itu malaikat itu meninggalkan dia. Setelah menyelesaikan tugas pengutusannya, malaikat itu kembali untuk memberikan pertanggungjawaban dan menerima tugas-tugas baru. Percakapan dengan malaikat selalu bersifat sementara dan cepat berlalu, namun kelak percakapan itu akan bersifat tetap dan terus-menerus. Pada umumnya dianggap bahwa pada saat percakapan dengan malaikat inilah sang perawan mengandung, oleh kuasa Roh Kudus yang menaunginya, namun, karena Alkitab sendiri mendiamkan hal ini, maka kita pun hendaknya tidak menjadi penasaran untuk bertanya-tanya mengenai ini, apa lagi sampai meyakininya.