Lagu Natal dari Meja Tulis Redaksi

Siapa yang menduga, meja tulis redaksi surat kabar menjadi tempat lahirnya salah satu lagu Natal yang disukai di seluruh dunia?

Anak yang Ditinggalkan

Sesungguhnya dunia surat kabar jauh dari pikiran James Montgomery semasa kecilnya. Ia lahir pada tahun 1771 di Skotlandia. Ayahnya satu-satunya pendeta di negeri itu dari aliran Moravian. Aliran ini cukup terkenal di negeri Jerman.

Pada masa kanak-kanak, James Montgomery ikut orang tuanya ke Irlandia dan ke Inggris. Lalu orang tuanya merasa terpanggil untuk menjadi utusan Injil ke pulau Barbados, di Laut Karibia. Maka James, yang berumur dua belas tahun, dititipkan di asrama sekolah anak-anak Kristen.

James adalah anak yang banyak akal, tetapi guru-gurunya kurang memahami hal itu. Ini karena ia sering lalai di sekolah. James lebih suka menulis syair daripada mengerjakan pekerjaan rumah. Akhirnya, para pengurus asrama memutuskan bahwa anak belasan tahun itu lebih baik berhenti sekolah dan mulai bekerja saja.

James Montgomery kurang senang bekerja di pabrik roti. Pada umur 16 tahun, ia melarikan diri dan berusaha hidup mandiri. Ada kalanya ia bekerja di toko, ada kalanya ia berhasil menjual salah satu syair karangannya. Dengan demikian, ia mendapat sedikit uang untuk menyambung hidup.

Sementara itu, ia mendengar bahwa ayah dan ibunya meninggal di perantauan sewaktu melayani sebagai utusan Injil. Pemuda James Montgomery menjadi sebatang kara.

Pada umur 20 tahun, ia mulai bekerja di sebuah kantor surat kabar di Sheffield, Inggris. Pada waktu itu ada gerakan buruh yang kuat di antara para pekerja pabrik di kota Sheffield. Surat kabar itu mendukung gerakan tersebut. Akibatnya, redaktur yang menerima James sebagai asistennya terpaksa mengungsi ke Amerika.

Ketika diserahi tugas sebagai kepala redaksi yang baru, James Montgomery baru berumur 23 tahun.

Redaktur yang Berani Berjuang

Sebagai redaktur surat kabar, James Montgomery selalu menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Dua kali ia dipenjarakan selama beberapa tahun karena terlalu berani mengecam tindakan pemerintah. Ia turut memberantas perbudakan manusia dan memperjuangkan perlakuan yang lebih baik terhadap anak-anak yang terpaksa bekerja keras seperti dirinya dahulu.

Lambat laun James Montgomery menjadi terkenal -- mula-mula di kota Sheffield, kemudian di seluruh Inggris. Banyak orang mengagumi keberanian dan kerelaannya membela rakyat kecil. Ketika ia dijatuhi hukuman penjara, ada teman-teman yang menebusnya. James Montgomery lalu membayar kembali uang yang digunakan untuk mengeluarkan dia dari penjara. Akhirnya, ia mampu menjadi pemilik surat kabar di samping menjadi kepala redaksi.

Ketika sudah agak tua, James Montgomery mengundurkan diri dari dunia surat kabar. Namun, ia masih mendukung setiap usaha yang berupaya menegakkan keadilan dan kebenaran dalam masyarakat.

Akhirnya, seorang perdana menteri Inggris Raya mengusahakan supaya ia mendapat pensiun dari pemerintah. Jadi, pada masa tuanya, James Montgomery dapat hidup dalam sebuah rumah yang bagus, tidak jauh dari kota Sheffield yang telah lama memikat hatinya. Di situlah ia meninggal pada tahun 1854.

Puisi dan Pujian

Di samping prestasinya dalam mengembangkan persuratkabaran dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia, James Montgomery juga terkenal sebagai seorang penyair. Banyak puisinya diterbitkan semasa hidupnya, bahkan ia pernah menjadi calon penyair istana Inggris Raya.

Seseorang pernah bertanya kepadanya, "Pak Montgomery, dari semua puisi karangan Bapak, kira-kira mana yang akan bertahan?" "Tidak ada," jawab James Montgomery dengan rendah hati, "Tidak ada,... kecuali beberapa nyanyian rohani."

Penilaian James Montgomery tepat sekali! Semua syairnya telah terlupakan. Namun, namanya masih harum sepanjang masa sebagai seorang pencipta nyanyian rohani yang terbesar.

Dari empat ratus nyanyian rohani karangannya, ada satu lagu Natal yang menjadi kesayangan umat Kristen di mana-mana. Sungguh mengherankan -- walau James Montgomery orang Kristen yang saleh dan pendukung pengutusan Injil di seluruh dunia, ia tidak menulis lagu pilihan itu untuk dinyanyikan di gereja. Ia menyusunnya cepat-cepat menjelang hari Natal tahun 1816 untuk mengisi pojok renungan dalam surat kabarnya. Ia sendiri kemudian terheran-heran ketika mengetahui bahwa nyanyian gubahannya itu sering dinyanyikan di gereja-gereja.

Pemain Orgel Tunanetra

"Lagu Natal dari Meja Tulis Redaksi" menjadi lagu pilihan umat Kristen karena melodinya anggun dan gembira. Henry Smart (1813 -- 1879) adalah seorang pemain orgel yang terkenal di negeri Inggris. Ia suka mengarang musik dan menyusun kumpulan nyanyian rohani.

Sejak kecil penglihatan Henry Smart agak kabur. Usahanya meredaksikan buku-buku musik gerejawi itu semakin merusak matanya sehingga ketika usianya mencapai setengah baya, ia sudah menjadi buta. Syukurlah jari-jemari dan ketajaman daya ingatnya memungkinkan dia terus melayani sebagai pemain orgel di gereja-gereja besar.

Dua tahun sebelum ia meninggal, Henry Smart mendiktekan melodi baru kepada putrinya. Not-not itulah yang mengalunkan "Lagu Natal dari Meja Tulis Redaksi" ke seluruh penjuru dunia.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Kisah Nyata di Balik Lagu Pilihan
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Lembaga Literatur Baptis, Bandung 2007
Halaman : 85 -- 89