Bagaimana Imam Besar Kita Dapat Berempati kepada Kita?

Pada saat kenaikan, Kristus memulai pelayanan-Nya saat ini sebagai Imam Besar kita yang selalu bersyafaat dan menolong para pengikut-Nya. Sementara para imam besar dalam perjanjian yang lama tidak sempurna dan tidak dapat menghapus dosa, Yesus tidak berdosa dan membayar dosa-dosa kita sepenuhnya.

Pada saat kenaikan, Yesus kembali ke surga dan memulai pelayanan-Nya saat ini sebagai Imam Besar kita. Penulis kitab Ibrani menjelaskan pelayanan Yesus saat ini dengan menekankan empati-Nya: "Sebab, kita tidak memiliki Imam Besar yang tidak dapat memahami kelemahan-kelemahan kita, tetapi kita memiliki Imam Besar yang telah dicobai dalam segala hal, sama seperti kita, tetapi Ia tidak berdosa" (Ibrani 4:15, AYT).

Dalam Perjanjian Lama, para imam besar adalah manusia yang bisa berbuat salah. Mereka tidak dapat menghapus dosa-dosa umat melalui darah lembu jantan dan kambing jantan (Ibrani 10:4). Sebaliknya, Kristus tidak berdosa dan mati untuk menebus dosa-dosa kita sekali untuk selamanya sebagai Anak Domba Allah (Yohanes 1:29; Roma 6:10; Ibrani 9:26-28).

Gambar:gambar

Imam besar di bawah perjanjian yang lama dapat bersimpati terhadap pergumulan orang lain, tetapi mereka tidak dapat melakukan apa pun untuk menolong mereka yang dicobai. Yesus sepenuhnya melawan pencobaan dan tidak pernah berbuat dosa.

Karena pengalaman-Nya sebagai Allah-manusia, Dia adalah Imam Besar yang sempurna. Dia memahami pergumulan kita dan menolong kita ketika kita dicobai untuk berbuat dosa. Inkarnasi memungkinkan Kristus untuk memahami kemanusiaan, berempati dengan pencobaan kita, dan mengidentifikasi diri-Nya dengan penderitaan kita.

Yesus Tahu Bagaimana Rasanya Menjadi Manusia

Ketika Allah Anak datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka, Dia mengambil rupa manusia. Meskipun Dia adalah Allah, Dia menambahkan kemanusiaan pada keilahian-Nya (Filipi 2:5-8).

Yesus dilahirkan secara ajaib dari seorang anak dara, tetapi Dia mengalami bagaimana rasanya menjadi seorang anak dan bertumbuh sebagai seorang pria (Matius 1:18-23; Lukas 2:40, 52).

Selama pelayanan-Nya di bumi, Kristus berpartisipasi dalam pengalaman-pengalaman manusia pada umumnya. Dia mengalami kelaparan (Markus 11:12), kehausan (Yohanes 19:28), kesedihan (Yesaya 53:3; Yohanes 11:35), pengkhianatan (Lukas 22:1-6, 21), kesakitan (Yesaya 53:5; Matius 27:26), dan kematian (Markus 15:37).

Menjadi manusia sangat penting bagi misi keselamatan Yesus. Tanpa mengambil rupa manusia, Dia tidak dapat membayar harga untuk dosa-dosa kita. Demikian juga, Dia tidak dapat bersimpati dengan kondisi kita sebagai manusia.

Oleh karena itu, penulis kitab Ibrani menekankan pentingnya inkarnasi dalam peran Yesus sebagai Imam Besar yang sempurna.

Menjadi manusia sangat penting bagi misi keselamatan Yesus. Tanpa mengambil rupa manusia, Dia tidak dapat membayar harga untuk dosa-dosa kita


Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Seperti yang dikatakan Alkitab, "Karena itu, dalam segala hal Ia harus menjadi sama dengan kita, saudara-saudari-Nya, supaya Ia dapat menjadi Imam Besar kita yang penuh belas kasihan dan yang setia di hadapan Allah. Dengan demikian Ia dapat mempersembahkan korban yang dapat menghapuskan dosa-dosa umat" (Ibrani 2:17, AYT).

Kata Yunani untuk "penyayang" juga dapat berarti "berbelas kasihan" (Strong's 1655). Karena Dia pernah mengalami kehidupan sebagai manusia, Dia berhubungan dengan pergumulan, pencobaan, dan penderitaan kita. Sebagai Anak Allah yang tidak berdosa, Yesus dapat berempati dengan kita sebagai Imam Besar yang sempurna.

Dia Berempati dengan Pencobaan Kita

Kita tidak dapat memiliki Imam Besar yang lebih berempati daripada Kristus. Imam-imam Perjanjian Lama adalah orang-orang berdosa yang tidak sempurna seperti semua orang, yang berarti mereka tidak dapat menolong mereka yang mengalami pencobaan. Yesus sepenuhnya melawan pencobaan. Dengan demikian, Dia adalah Pribadi yang paling mampu untuk menolong kita dalam pergumulan kita dengan dosa.

Sebelum memulai pelayanan publik-Nya, Yesus dibaptis dan dibawa ke padang gurun, di mana Ia berpuasa selama 40 hari 40 malam (Matius 4:1-2).

Iblis mencobai Tuhan Yesus pada akhir periode ini (Matius 4:1-11; Markus 1:12-13; Lukas 4:1-13). Tiga kali, Iblis menampakkan diri di hadapan Kristus dan mencobai Dia di area utama pencobaan manusia. Meskipun Yesus tidak berdosa, Dia dicobai dalam "segala hal" (Ibrani 4:15).

Rasul Yohanes menyebutkan pencobaan-pencobaan universal ini dalam suratnya yang pertama: "keinginan daging, keinginan mata, dan kesombongan hidup tidak berasal dari Bapa, melainkan dari dunia" (1 Yohanes 2:16, NLT).

Karena Yesus mengalami pencobaan di setiap bidang ini, Dia dapat berempati dengan kita. Setan pertama kali mencobai Yesus dengan keinginan untuk mendapatkan kesenangan jasmani dengan menyuruh-Nya mengubah batu menjadi roti (Matius 4:3; Lukas 4:3).

Karena Dia telah berpuasa selama 40 hari, Yesus merasa lapar dan lelah (Matius 4:2; Lukas 4:2). Namun, Dia melawan iblis dengan mengutip Kitab Suci: "Ada tertulis: Manusia bukan hidup dari roti saja, tetapi oleh setiap firman yang keluar melalui mulut Allah" (Matius 4:4; Ulangan 8:3).

Pencobaan Kristus terhadap "keinginan mata" atau "keinginan akan segala sesuatu yang kita lihat" dilakukan ketika Iblis menawarkan kerajaan dunia sebagai imbalan atas penyembahan (Matius 4:8-9; Lukas 4:5-7). Tawaran Iblis sangat berani, mengingat Yesus adalah Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan (Wahyu 19:16).

Namun, Yesus tunduk pada ujian manusia tentang mengingini. Manusia mendambakan apa yang mereka lihat, yang menyebabkan mereka mengingini.

Dengan mengutip lagi dari Ulangan, Yesus menunjukkan respons yang tepat terhadap pencobaan ini (Matius 4:10; Lukas 4:8; lihat juga Ulangan 6:13). Kita menyembah Tuhan saja, bukan Iblis atau hal-hal duniawi.

Terakhir, pencobaan Yesus juga menunjukkan pengalaman umum dari godaan untuk menjadi sombong dalam tindakan kita. Iblis mencobai Kristus untuk mendapatkan pengakuan dalam tanda ajaib dengan menjatuhkan diri-Nya dari Bait Allah (Matius 4:5-6; Lukas 4:9-11).

Sekali lagi, Yesus menggagalkan serangan itu dengan mengutip Alkitab (Matius 4:7; Lukas 4:12; Ulangan 6:16). Perhatikan bahwa Iblis salah mengutip Alkitab untuk menambah tipu dayanya (Matius 4:6).

Dengan demikian, Yesus tahu bagaimana rasanya mengalami pencobaan. Dia diuji dengan segala cara tetapi Dia melawan Iblis. Dia melakukan apa yang gagal dilakukan oleh Adam dan Israel ketika mereka dicobai.

Karena Yesus telah sepenuhnya mengatasi pencobaan, Dia dapat berempati dengan pergumulan kita. Ketika kita berjuang melawan natur kita yang berdosa, kita dapat berpaling kepada Imam Besar kita yang sempurna. Dia akan menolong kita (1 Korintus 10:13; Ibrani 2:18).

Kristus Memahami Penderitaan Kita

Berdasarkan inkarnasi dan pengalaman-Nya dengan pencobaan, Dia memahami penderitaan manusia. Tidak seperti para imam besar yang tidak sempurna dalam Perjanjian Lama, Yesus tahu apa yang kita alami dan memahami kita sepenuhnya.

Sebagai contoh, Eli, sang imam, salah memahami tindakan Hana yang berdoa dengan sepenuh hati, dan menuduhnya mabuk (1 Samuel 1:9-13). Sebaliknya, Yesus tidak pernah salah mengerti kita karena Dia tahu apa yang ada di dalam hati kita (Yohanes 2:25).

Ketika kita mengalami rasa sakit akibat patah hati atau penyakit kronis, kita tahu bahwa Yesus dapat mengerti karena Dia pernah mengalami rasa sakit yang luar biasa saat disalib. Dia terpisah dari Bapa-Nya di atas kayu salib, memikul beban dosa yang tak tertahankan (Matius 27:46; 2 Korintus 5:21).

Dalam kasih, Dia mati untuk kita, dan dalam kebangkitan-Nya dan pelayanan-Nya saat ini sebagai Imam Besar kita, Dia terus menunjukkan kasih kepada kita. Sebagai Juru Selamat dan Tuhan kita, Yesus bersyafaat bagi kita.

Ketika Iblis menuduh kita, Juru Selamat kita mengingatkan Bapa akan pengorbanan-Nya untuk membayar dosa kita (Roma 8:33-35).

Seperti yang ditulis oleh penulis Ibrani, "Yesus dapat menyelamatkan dengan sempurna mereka yang datang kepada Allah melalui-Nya, karena Ia selalu hidup untuk berdoa bagi mereka" (Ibrani 7:25, AYT).

Ketika kita mengalami masa-masa sulit atau penderitaan, kita dapat mengetahui bahwa Yesus peduli dengan kita. Dia selalu bekerja untuk kebaikan kita (Roma 8:28).

Kita tidak memiliki Allah yang tidak peduli dan jauh, tetapi Allah yang hidup yang penuh kasih dan anugerah. Di dalam Dia, kita dapat percaya bahwa kita sepenuhnya dikenal dan dimengerti (Mazmur 139:14-16).

Apa artinya ini?

Pada saat kenaikan-Nya, Kristus memulai pelayanan-Nya saat ini sebagai Imam Besar kita, yang selalu bersyafaat dan menolong para pengikut-Nya. Sementara para imam besar dalam perjanjian yang lama tidak sempurna dan tidak dapat menghapus dosa, Yesus tidak berdosa dan membayar dosa-dosa kita sepenuhnya.

Melalui inkarnasi, Yesus menjalani kehidupan sebagai manusia dan berurusan dengan emosi dan godaan yang kita semua alami.

Dia dapat berempati dengan kita karena kemanusiaan-Nya, pencobaan di padang gurun, dan penderitaan di kayu salib. Ketika kita berjuang melawan godaan dan kebohongan Iblis, kita selalu dapat menemukan pertolongan di dalam Yesus, Juru Selamat dan Tuhan kita. Dia memahami godaan kita dan akan memberikan jalan bagi kita untuk melawan dosa. (t/Jing-jing)

Diambil dari:
Nama situs : Christianity
Alamat situs : https://www.christianity.com/wiki/jesus-christ/how-can-our-high-priest-empathize-with-us.html#google_vignette
Judul asli artikel : How Can Our High Priest Empathize with Us?
Penulis artikel : Sophia Bricker
Tanggal akses : 28 Agustus 2023