Alasan Saya Merindukan Natal di Antara Mereka yang Belum Terjangkau

Pintu masuk ke apartemen kami bisa saja disalahartikan sebagai bagian dari toko sepatu di Goodwill. Hampir 200 sepatu memenuhi koridor, sebuah gunung yang luas yang melapisi udara dengan bau yang menyengat. Suhu menjadi semakin panas dan semakin panas karena ruang di antara orang-orang menjadi semakin sempit dan semakin sempit karena semakin banyak orang yang terus berdatangan. Sebelum malam berakhir, hampir seratus orang berdesakan, berbicara, dan bercanda dengan bahasa kedua kami.

Menjamu Mereka yang Belum Terjangkau di Rumah Kami saat Natal

Rekan-rekan tim kami menyapa ketika teman-teman dan tetangga berdengung seperti peri di antara pos-pos untuk menghias kue. Ketika mereka tiba, mereka mendengar presentasi tentang Injil melalui kisah tongkat permen dan mewarnai adegan-adegan kelahiran Yesus. Anak-anak kami yang masih kecil menerima permen dari semua orang yang mereka bisa dapatkan dan memberikan tur apartemen kecil kami kepada para tamu yang belum pernah melihat ke dalam rumah orang asing.

Gambar: bersyukur

Malam itu adalah hasil kerja keras selama berbulan-bulan. Kami mulai membicarakan tentang Natal pada akhir Oktober, mencoba memaksimalkan kesempatan untuk memanfaatkan kemudahan agar dapat masuk ke dalam percakapan rohani. Kami membagikan kue-kue yang bertuliskan ayat-ayat Alkitab kepada para tetangga. Kami berusaha untuk mengaitkan setiap percakapan dengan musim liburan dan implikasinya bagi Injil. Tim kami bekerja keras, tetapi dengan percakapan-percakapan sepele. Mereka akan mengatakan sesuatu seperti ini:

"Natal pasti menjadi hal yang besar bagi orang asing seperti kalian, ya?"

"Tentu saja. Ini adalah hari raya kami yang paling penting."

"Ya, sama seperti Tahun Baru bagi kami."

"Memang seperti itu dalam beberapa hal, tetapi ini juga terkait dengan keyakinan saya. Izinkan saya menceritakan kisah tentang alasan Natal begitu penting bagi kami."

Percakapan Injil dengan Mereka yang Belum Terjangkau pada Hari Natal

Percakapan-percakapan ini membuka pintu bagi kesempatan besar untuk berdialog tentang Injil dan mengundang teman-teman baru ke perayaan kami. Sebelum malam perayaan, kami memiliki kesempatan untuk menantang pengertian umum tentang dunia tanpa rancangan atau tujuan dan meminta mereka untuk mempertimbangkan bahwa ada Allah yang hidup yang sangat mengasihi mereka. Kami berkesempatan untuk mengeksplorasi gagasan bahwa uang, kekuasaan, pengakuan, atau pencapaian tidak dapat memenuhi kerinduan terdalam dari hati manusia. Kami sering mengambil kesempatan untuk membagikan bahwa Kekristenan bukan sekadar agama, melainkan sebuah hubungan yang nyata dengan Allah yang hidup.

Pada saat minggu Natal tiba, puluhan orang telah mendengar pesan Kristus, banyak di antaranya untuk pertama kalinya. Ketika rumah kami membludak hingga penuh dengan orang-orang, barisan prasmanan menyajikan makanan tradisional Natal seperti ham dan kalkun di samping makanan favorit yang kurang terkenal, seperti ceker ayam dan pangsit pedas. Tawa memenuhi ruangan, bahkan ketika antisipasi tim kami untuk bagian utama malam itu meningkat.

Salah satu rekan tim kami selalu membagikan cerita Alkitab atau Injil. Kadang-kadang seorang saudara atau saudari setempat membagikan kisahnya. Kami bernyanyi dan tertawa. Kami menidurkan anak-anak kami hingga larut malam. Namun, setiap tahun kami bersukacita atas hak istimewa untuk membagikan pengharapan Natal kepada mereka yang belum mengalaminya. Pesan tentang Yesus, yang adalah terang seluruh dunia, menjadi lebih kaya ketika kami menjelaskannya kepada mereka yang berasal dari tempat-tempat di mana orang-orang masih berada dalam kegelapan. Kabar baik tentang perdamaian di bumi terdengar lebih baik lagi di telinga kami sendiri ketika kami berbicara kepada mereka yang telah hidup di generasi yang penuh dengan kegelisahan rohani. Banyak teman kami yang kemudian menjadi percaya setelah mendengar kisah Yesus untuk pertama kalinya selama musim liburan.

Sukacita Menghabiskan Natal di Antara Mereka yang Belum Terjangkau

Apakah kami merindukan keluarga kami? Tentu saja. Namun, Yesus sangat bersungguh-sungguh ketika Ia berkata, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, tidak ada seorang pun yang telah meninggalkan rumah, atau saudara-saudara laki-laki, atau saudara-saudara perempuan, atau ibu, atau ayah, atau anak-anak, atau ladang-ladang demi Aku dan demi Injil, yang tidak akan menerima seratus kali lipat sekarang, pada masa ini, rumah-rumah, dan saudara-saudara laki-laki, dan saudara-saudara perempuan, dan ibu-ibu, dan anak-anak, dan ladang-ladang, dengan penganiayaan; dan pada masa yang akan datang, yaitu hidup yang kekal." (Markus 10:29-30, AYT).

Saya tidak pernah mendapatkan sesuatu yang mendekati hal sebaik itu di kaus kaki saya. Ketika kami tidak berada di luar negeri, kami merindukan tujuan dan sukacita yang hanya bisa didapatkan dari Natal seperti ini. Meskipun demikian, di mana pun kita tinggal, kesempatan untuk merayakan Natal yang lebih bermakna selalu ada.

Ketika kami tidak berada di luar negeri, kami merindukan tujuan dan sukacita yang hanya bisa dihadirkan oleh Natal seperti ini.

Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengikutsertakan mereka yang belum mengenal Yesus dalam perayaan Natal tahun ini. Undanglah teman Anda yang beragama Hindu untuk makan malam Natal. Ajaklah teman sekelas Anda yang beragama Islam untuk minum kopi dan berdiskusi tentang inkarnasi Kristus. Sertakan lebih banyak orang yang berbeda dari Anda dalam acara penyerahan lampu Natal atau pertukaran sweter jelek. Anda mungkin akan menemukan bahwa Allah memberikan hadiah yang jauh lebih baik daripada yang Anda pikirkan untuk dimasukkan ke dalam daftar Anda.

Hola

Ken Midkiff

Ken dan keluarganya telah melayani dalam tim perintisan gereja di Asia selama 17 tahun terakhir.

(t/Jing-jing)

Diambil dari:
Nama situs : Eadical
Alamat situs : https://radical.net/article/why-i-miss-christmas-among-the-unreached/
Judul asli artikel : Why I Miss Christmas Among the Unreached
Penulis artikel : Ken Midkiff
Tanggal akses : 27 Juli 2023