Renungan Natal

Cerita Seutuhnya

Nats: Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia (Wahyu 1:7)

Bacaan: Wahyu 1:1-8

Pada kesempatan ini kita berpikir tentang kelahiran Sang Juruselamat. Peristiwa kelahiran-Nya sangatlah penting. Namun, kita pun perlu merenungkan sungguh-sungguh tentang pelayanan yang Dia lakukan di dunia, kematian-Nya yang penuh pengurbanan, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke surga, dan janji tentang kedatangan-Nya kembali. Penebusan yang kita terima tidak akan sempurna bila salah satu unsur tersebut diabaikan. Karena itu, ini adalah saat yang tepat untuk berbagi dengan Anda sebuah puisi karya L.W. Beckley berjudul, "Cerita yang Tersisa".

Pilihan Natal

Nats: Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka (Matius 2:10)

Bacaan: Matius 2:1-12

Kilauan dekorasi yang cerah, suara sukacita kidung Natal, anak-anak yang bergembira, dan ucapan riang "Selamat Natal", kadang-kadang memberi kesan bahwa setiap orang merasakan kegembiraan karena Yesus telah datang ke planet kita. Namun, saat ini, hal itu tidak sepenuhnya benar, dan sebelumnya pun tidak pernah demikian.

Di Manakah Bayi Yesus?

Nats: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud (Lukas 2:11)

Bacaan: Lukas 2:1-12

Semua sepertinya dating lebih awal setiap tahunnya. Toko-toko memasang hiasan Natal. Surat kabar mengiklankan, "hadiah Natal sempurna". Iklan-iklan mainan menyelingi berbagai pertunjukan di televisi. Musik Natal berkumandang di mana-mana. Sebelum Anda sempat menyadarinya, ada jamuan makan yang harus Anda hadiri, pesta-pesta yang tidak bisa Anda lewatkan, hadiah-hadiah yang mesti dibungkus, pertemuan keluarga yang perlu direncanakan, kue-kue panggang yang harus disiapkan, dan seabrek kegiatan lain yang dapat mengimpit makna Natal yang sesungguhnya.

Imanuel

Nats: Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel -- yang berarti: Allah menyertai kita (Matius 1:23)

Bacaan: Yesaya 8:1-10

Sejak hari Natal pertama 2.000 tahun yang lalu, jaminan bahwa Allah menyertai umat-Nya telah memiliki suatu makna yang baru. Sebelum Yesus lahir, umat Israel telah diyakinkan bahwa sekalipun mengalami penghakiman Allah, mereka dapat memiliki pengharapan karena Allah menyertai mereka (Yesaya 8:8,10). Namun mereka tidak betul-betul mengenal Allah sebagaimana yang kita alami sekarang.

Beban Berat di Saat Natal

Nats: Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, ... untuk membebaskan orang-orang yang tertindas (Lukas 4:18,19)

Bacaan: Lukas 4:14-21

Dalam perjalanan menuju Museum Seni Metropolitan di New York pada bulan Desember, saya berhenti sejenak untuk mengagumi pohon Natal yang menakjubkan. Pohon itu dihiasi boneka malaikat dan dasarnya dikelilingi oleh patung-patung dari abad ke-18 yang menggambarkan kelahiran Kristus. Jumlahnya hampir 200 patung. Di antaranya terdapat para gembala, orang majus, dan penduduk kota. Mereka memandangi palungan dengan penuh harap atau menatap para malaikat dengan takjub.

Minggu Advent: Menanti dan Introspeksi

Penulis: Weinata Sairin

Keunikan dan kekayaan dari sebuah negara Indonesia adalah bahwa berbagai agama hidup dan tumbuh kembang dengan leluasa di dalamnya. Indonesia bukan negara agama yang mengakomodasi ketunggalan agama, tetapi sebuah negara Pancasila yang mengakomodasi kemajemukan agama. Bahkan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Dari pengalaman empirik, relasi antarumat beragama berlangsung dengan baik. Sikap saling menolong, saling respek, saling mengunjungi dan saling mengucapkan selamat pada hari-hari raya keagamaan terwujud dalam keseharian untuk melakukan hal-hal itu, mereka tidak diatur oleh ketentuan perundangan apapun juga; sebab realitas itu merupakan aktualisasi dari nilai-nilai luhur ajaran setiap agama. Bukan hanya lima agama yang hidup di Indonesia seperti yang acap diklaim pemerintah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha.

Refleksi Natal

Penulis: Ev. Robin A. Simanjuntak

Saat ini Natal/kekristenan telah menjadi industri yang menguntungkan bagi banyak orang. Banyak orang Kristen yang merayakan Natal dan menyambut Natal bukanlah menyambut bayi Yesus, menunggu-nunggu kedatangan Yesus, mempersiapkan kelahiran Yesus, melainkan orang hanya menyambut hari Natalnya. Natal disambut dengan gegap gempita dan komersialisasi Natal dilakukan oleh banyak pengusaha (orang Kristen juga mungkin) dengan menjual banyak produk yang berkaitan dengan Natal ini. Ada yang menjual mainan, pernik-pernik Natal, lagu-lagu Natal, kartu Natal dll. Itulah industri Natal, itulah globalisasi Natal. Apakah yang kita persiapkan menjelang Natal tiba? Yah, kita cenderung mempersiapkan atribut-atribut Natal, simbol-simbol Natal, fenomena Natal agar kelihatan fenomenal. Padahal, ada banyak orang Kristen merayakan Natal tidak lagi menyanyikan lagu-lagu Natal. Ada persekutuan atau gereja yang hanya menyanyikan lagu Malam Kudus sebagai lagu Natal, namun sisanya lagu-lagu umum biasa. Ada gereja/persekutuan yang tidak lagi memberitakan Kristus dalam kotbah Natal. Itukah Natal?

Pemilik Penginapan yang Menolak Mesias (Lukas 2:1-7)

Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan keputusan untuk menyelenggarakan sensus di seluruh Kerajaan Romawi. Telah ditentukan bahwa sensus penduduk akan diadakan di kota asal masing-masing. Kesibukan pun juga terjadi di penginapan-penginapan di kota kecil Betlehem yang segera penuh dengan rombongan para pendatang yang datang secara bersamaan. Meski hukum Yahudi sebenarnya mewajibkan supaya orang lebih mendahulukan penyediaan tempat bagi wanita yang hendak melahirkan, namun pemilik penginapan di Betlehem ternyata tidak memberikan kamar bagi Yusuf dan Maria yang akan melahirkan bayinya. Kalau kita melihat bahwa orang majus saja bersedia menempuh perjalanan yang jauh sekali demi kesempatan bertemu dan menyembah bayi Yesus, pemilik penginapan itu malah melewatkan satu kesempatan besar dalam hidupnya. Raja segala raja dan Tuhan segala tuan telah berada tepat di depan pintu rumahnya, namun demikian dia tidak menerima-Nya.

Kabar Baik!

Lukas 2:10-11

Kesibukan seringkali membuat kita tidak sempat merenungkan alasan Natal yang sejati, yakni memperingati kelahiran Kristus. Ini waktunya perayaan! Waktunya bersyukur untuk kesehatan, kekayaan, teman-teman, makanan, dan tempat tinggal kita. Lebih dari itu, sekaranglah waktunya untuk bersyukur kepada Bapa Surgawi yang telah mengirimkan hadiah yang sangat berharga. Hadiah yang memberi kita damai sejahtera dan pengharapan yang sejati. Hadiah yang disediakan untuk semua orang.

Buah Pertobatan

Baca: Matius 3:1-12

Tidak terhitung sudah berapa kali kita telah merayakan Natal, tak terhitung pula berapa banyak komitmen perubahan yang telah kita buat. Namun harus kita akui pula bahwa sudah tak terhitung berapa banyak kita melanggar komitmen kita. Hingga akhirnya tibalah kita pada kesimpulan bahwa pemahaman akan kebenaran-Nya tak sesuai dengan tingkah laku atau pola hidup kita.

Hadiah Terindah

Saya meletakkan gagang telepon dan berpaling ke arah orang tua saya. "Kata Dr. Wallwork, aku bisa pulang untuk merayakan Natal." Kami tersenyum bersama seakan-akan perkataan dokter itu adalah berita baik, tetapi kami tahu bahwa hal itu bukanlah berita baik.

Saat itu tanggal 22 Desember 1980. Sudah beberapa bulan ini kami tinggal di suatu tempat yang disebut Life Row. Gedung ini merupakan apartemen yang berdekatan dengan Rumah Sakit Stanford di Palo Alto. Di tempat inilah pasien seperti saya menunggu donor organ tubuh yang dapat digunakan untuk tranplantasi. Pada usia 18 tahun, saya menanti-nantikan jantung yang baru.

Ibu menelepon nenek yang berada di rumah kami di Napa, California. "Kami akan pulang!" katanya. "Mari kita merayakan Natal dengan baik!"

Doa di Hari Natal

Bapa yang terkasih, tolonglah kami untuk mengingat kelahiran Yesus, sehingga kami dapat turut bernyanyi bersama para malaikat, turut bergembira bersama para gembala, dan turut menyembah bersama para orang Majus.

Tutuplah pintu kebencian dan bukalah pintu kasih di seluruh penjuru dunia.

Biarlah kebaikan hati setiap orang tersalur dalam setiap pemberian hadiah dan niat baik senantiasa menyertai setiap ucapan selamat kami.

Di manakah Anak Itu?

Oleh: Luis Palau

Beberapa tahun yang lalu sebuah keluarga kaya memutuskan untuk mengadakan upacara pembaptisan bayi di rumah mereka yang megah. Lusinan tamu diundang untuk menghadiri upacara tersebut dan mereka semua tiba dengan mengenakan pakaian-pakaian model terbaru.

Mengapa Matius Mengawali Injilnya dengan Silsilah Yesus?

Pertanyaan diskusi:

Matius 1:1-15 adalah daftar dari silsilah nenek moyang Tuhan Yesus. Apakah kepentingan Matius mengawali kitab Injilnya dengan silsilah ini?

-------------

Philip:

Menurut saya silsilah yang ditulis Matius menjadi penting ...menunjuk bahwa Yesus adalah keturunan Daud, meski dalam status sosial Yusuf sendiri sebagai 'tukang kayu.

Urutan yang dijelaskan juga mau menunjuk bahwa pernyataan nubutan 'tentang akan muncul keturunan Daud ..atau..'tunggul Isai menjadi nyata dalam kelahiran Yesus.

Sehingga menjadi jelas bahwa kepentingan Matius sangat besar, bahwa silsilah itu harus diketahui oleh pembaca injil ini sehingga melalui urutan silsilah itu 'darah keturunan itu tidak terputus.
-------------

Naomi:

Apa Sajakah Nubuatan Perjanjian Lama Tentang Kelahiran Kristus?

Pertanyaan diskusi:

Salah satu keistimewaan kelahiran Kristus adalah karena kelahirannya sudah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya. Sebutkan nubuatan-nubuatan kitab-kitab PL tentang kelahiran Kristus yang Anda ketahui dan apa yang Anda pelajari dari nubuatan-nubuatan tersebut?

---------------

Philip:

Salah satu yang dinubuatkan adalah yang tertulis dalam: Yesaya 11:1 ( hingga ayat 16 menceritakan apa yang akan dilakukanNya).

Nabi Yesaya menulis bahwa "Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah." Tunas yang dimaksud adalah Kristus sendiri.

dan apa yang Anda pelajari dari nubuatan-nubuatan tersebut?

Apakah Pohon Natal Tidak Alktiabiah?

Pertanyaan diskusi:

Apakah pohon Natal juga menjadi salah satu icon Natal yang tidak alkitabiah? Apakah ada hal-hal lain yang sebenarnya tidak termasuk dalam unsur-unsur Natal yang alkitabiah?

------------

Meinardi:

Sejarah Singkat

Perayaan Natal Awalnya, perayaan Natal diperkirakan berasal dari festival Romawi dan negara Eropa lainnya yang menandai akhir masa panen dan masa titik balik matahari di musim gugur. Menurut sejarah awal Romawi, penentuan tanggal 25 Desember sebagai masa awal kelahiran Yesus Kristus dilakukan pada abad ke-4. Beberapa kebiasaan dari perayaan yang masih bertahan sampai saat ini termasuk mendekorasi rumah dengan tumbuh-tumbuhan hijau, pemberian hadiah, menyanyikan lagu-lagu dan menyiapkan masakan istimewa.

Terlalu Gembira untuk Merenung

"Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya." (Lukas 2:17-19)

Natal adalah kesempatan untuk pesta, itulah yang terjadi sekarang. Rasanya Natal jadi kurang greget kalau tidak disertai dengan gemerlap lampu, pelbagai dekorasi Natal, berlimpahnya makanan, dan indahnya pakaian.

Natal juga kesempatan untuk memeragakan seluruh keterampilan warga gereja. Pelbagai pertunjukkan bertemakan Natal dipersiapkan sampai berbulan-bulan. Akhirnya, terselenggaralah ibadah dan perayaan Natal yang sangat meriah, panjang, penuh atraksi, dan tentunya ... meletihkan.

Dengan semua itu, Natal diharapkan menjadi kesempatan bagi orang Kristen untuk mengekspresikan segenap sukacita dan kegembiraan mereka atas kelahiran Sang Juru Selamat!

Pengharapan yang Terkabul (Lukas 2:25-32)

Harapan Simeon

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus.

Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang- Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat- Mu, Israel." (Lukas 2:25-32 TB)

Pengharapan yang Terkabulkan

Menghargai Natal di dalam Hati Kita

Bagaimana kita seharusnya merayakan Natal? (Renungkan Lukas 2:8-20)

Jika Anda bukan orang Kristen, cara yang terbaik untuk merayakan Natal adalah dengan menjadi orang Kristen, yaitu dengan percaya kepada Tuhan Yesus, meminta Dia agar masuk ke dalam hati Anda dan mengambil keputusan untuk mau mengikut Dia sebagai murid-Nya.

Tetapi, mungkin Anda sudah menjadi orang Kristen. Mungkin Anda sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Kalau demikian, bagaimana seharusnya Anda merayakan Natal?

Kisah tentang Maria, para gembala, dan para malaikat akan memberikan beberapa petunjuk.

Sebuah Kisah Natal

Baca: Filipi 2:5-11

"Seandainya ada seorang raja yang mengasihi pelayan wanitanya yang miskin," begitulah seorang filsuf Denmark, Soren Kierkegaard (1813 -- 1855), mengawali perumpamaannya. Bagaimana cara sang raja menyatakan kasihnya kepada pelayan wanita itu? Mungkin si pelayan akan menanggapinya karena takut atau terpaksa, padahal sang raja menginginkan pelayan itu mengasihinya dengan tulus.

Kemudian, sang raja yang sadar bahwa jika ia tampil sebagai raja, hal itu akan menghancurkan kebebasan orang yang dikasihinya, memutuskan untuk menjadi orang biasa. Ia meninggalkan takhta, melepas jubah kebesarannya, dan memakai pakaian compang-camping. Ia bukan hanya menyamar, tetapi benar-benar memiliki identitas baru. Ia benar-benar hidup sebagai pelayan untuk memikat hati sang pelayan wanita tersebut.

Bagaimana Kita Menanggapi Komersialisasi Natal?

Pertanyaan diskusi:

Bagaimana seharusnya orang Kristen menanggapi perayaan Natal yang sudah melenceng dari tujuan sebenarnya, yaitu sebagai perayaan ucapan syukur atas kedatangan Kristus ke dunia, dengan membuat Natal menjadi barang komoditi/komersialisasi dan sekularisasi (Santa Klaus, dll.)?

------------
Roditus:

Alihkan Pikiran Anda pada Pujian

"Haleluya, lagu pujian bahagia
Suara gembira yang takkan pudar
Haleluya, bunyi kidung akbar
Yang dinyanyikan suara-suara sorga." - Himne Latin -

Masa perayaan Natal bukan berarti perenungan Natal Anda harus
berakhir. Ini adalah saat untuk mengubah perenungan hening Anda pada
pujian penuh syukur. Buatlah daftar hal-hal yang memberi Anda
sukacita.

Apakah Anda senang mendengar tawa anak-anak? Tulislah itu.

Apakah Anda menikmati rahasia kejutan yang akan segera ditemukan?
Buatlah catatan.

Apakah meja yang ditata dengan piring cantik dan taplak indah
membuat Anda gembira? Tambahkan itu dalam daftar Anda.

Apakah Anda tersenyum kalau mendengar ada yang mengucapkan "Selamat
Natal" dengan nada riang saat sahabat saling bertemu dan berpisah
ketika berbelanja.

Mengapa Fakta Kejadian Natal Dalam Sejarah Sangat Penting?

Pertanyaan diskusi:

Fakta tanggal kelahiran memang tidak dapat diketahui dengan pasti, tapi fakta pentingnya kejadian Natal tidak dapat kita pungkiri. Karena itu, jelaskan mengapa fakta kejadian Natal dalam sejarah sangat penting? Apa kepentingannya bagi iman Kristen?

---------

Oleh: Lanita

Bagi kita Natal adalah peristiwa yg sangat penting, krn merupakan penggenapan akan Janji Allah dlm Yes 42:1-9. Natal merupakan hadiah terbesar bagi seluruh umat manusia, karena sangat besar Kasih-Nya pd kita, Dia ingin dekat dgn manusia, menjadi manusia seutuhnya, tapi tidak berdosa karena dikandung dari Roh Kudus.
----------

Oleh: Philip

Kapan Natal Sebenarnya Dirayakan?

Pertanyaan diskusi:

Sampai saat ini, umat Kristen dan gereja menyetujui kesepakatan bahwa Natal dirayakan tgl. 25 Desember setiap tahun. Tapi pada kenyataannya kita tahu bahwa Tuhan Yesus tidak dilahirkan tepat pada tanggal 25 Desember. Bagaimana sikap kita menanggapi hal ini? Apakah kita masih harus merayakan Natal pada 25 Desember?

---------

Oleh: Djunaidi

Menurut saya Natal adalah setiap hari, karena setiap hari kita harus "lahir" dimana kita harus mengalami pengalaman-pengalaman yang baru bersama Tuhan. Baik dalam roh jiwa dan tubuh, firman-Nya kita diprbaharui setiap hari. Menurut saya tanggal 25 Des, sah-sah saja dirayakan sebagai Natal. Yang penting bukan tanggalnya tapi makna Natalnya sendiri bagi iman kita.
Tidak harus tanggal 25 Desember untuk merayakan Natal, tetapi agar terjadi keseragaman antar orang percaya saja kita merayakan bersama- sama pada tgl. tsb.
---------

Meneladani Karakter Sang Pemimpin

Natal sudah menanti, itu berarti kita akan kembali memperingati lahirnya seorang Pemimpin Besar ke dunia. Pemimpin yang mempunyai alam semesta beserta isinya. Kelahiran-Nya memberikan pengharapan akan adanya perubahan dalam hidup manusia, sekaligus teladan yang Dia tinggalkan untuk kita. Selain pengajaran yang Dia sampaikan, kepemimpinan yang Dia mulai lebih dari dua ribu tahun yang lalu, hingga sampai sekarang masih terus berlanjut, seharusnya menjadi panutan dan patokan. Berikut, beberapa hal penting yang bisa kita renungkan sebagai seorang pemimpin pada saat peristiwa Natal pertama terjadi.

Mempersiapkan Natal

Penulis : Herlianto

"Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di atas palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:6-7).

Hari Natal yang di kenang di seluruh dunia dipenghujung tahun sudah makin jauh dari Natal pertama yang syahdu dan sederhana seperti gambaran dalam ayat di atas. Hari Natal pertama diisi dengan kesederhanaan dimana di samping orang-orang majus yang kaya hadir juga para gembala yang sederhana untuk menyambut kelahiran bayi Yesus, kelahiran-Nya yang tidak dirayakan di penginapan atau di istana, tetapi di sebuah palungan di kota Betlehem. Inilah makna Natal sebenarnya dimana damai Allah menyertai semua manusia, damai di hati tanpa dekorasi yang berarti.

Menghargai Natal di dalam Hati Kita

Oleh: James Montgomery Boice

Bagaimana kita seharusnya merayakan Natal? (Renungkan Lukas 2:8-20)

Jika Anda bukan orang Kristen, cara yang terbaik untuk merayakan Natal adalah dengan menjadi orang Kristen, yaitu dengan percaya kepada Tuhan Yesus, meminta Dia agar masuk ke dalam hati Anda dan mengambil keputusan untuk mau mengikut Dia sebagai murid-Nya.

Tetapi mungkin Anda sudah menjadi orang Kristen. Mungkin Anda sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Kalau demikian, bagaimana seharusnya Anda merayakan Natal?

Kisah tentang Maria, para gembala, dan para malaikat akan memberikan beberapa petunjuk.

Kemuliaan dan Damai Sejahtera

Pada malam ketika Tuhan Yesus dilahirkan, para malaikat dan bala tentara surga memuji Allah dan berkata,

"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Lukas 2:14)

Betapa sederhananya kedua kalimat pujian tersebut, namun di dalamnya terkandung dua pemberitaan penting, yakni: KEMULIAAN dan DAMAI SEJAHTERA. Berita pertama berkenaan dengan yang berada di tempat yang mahatinggi dan berita kedua berkenaan dengan yang berada di bumi. Di tempat yang mahatinggi ada KEMULIAAN dan di bumi ada DAMAI SEJAHTERA. KEMULIAAN dan DAMAI SEJAHTERA saling berkaitan erat, tetapi urutannya terlebih dahulu harus ada KEMULIAAN di tempat yang mahatinggi, barulah kemudian ada DAMAI SEJAHTERA di bumi. Jika kita terlebih dahulu mengutamakan KEMULIAAN di surga, barulah kita bisa mendapatkan DAMAI SEJAHTERA Allah di bumi.

Kasih Setia Tuhan

Baca: Ester 9:17-10:3

Salah satu tujuan kitab Ester ditulis adalah untuk menjelaskan latar belakang perayaan Purim yang diadakan oleh umat Yahudi, yang tidak memiliki dasar secara khusus pada Hukum Taurat. Pasal sembilan ini menjelaskan dengan rinci bagaimana tradisi Purim dimulai.

Hari Raya Purim diselenggarakan untuk mengingat karya Tuhan yang sekali lagi membebaskan umat-Nya dari tangan jahat musuh mereka yang hendak membinasakan mereka (ayat 9:1-19, lih. 3:7, 13). Dalam kedaulatan dan kemahakuasaan-Nya, niat jahat para musuh ditimpakan balik pada mereka (ayat 9:24-25).

Menyimpang dari Allah, Berarti Mati!

Baca: Hosea 13:1-14:1

Allah sendiri mengingatkan Israel, bahwa Dialah yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Tidak ada juruselamat lain (ayat 4). Artinya, hanya Allahlah yang memelihara dan yang memberi mereka makan dan minum. Israel dengan mudah melupakan segala kebaikan yang telah Tuhan limpahkan atas mereka. Karena itu, ketika Israel membelakangi Allah, itu tidak hanya berarti bahwa Israel menolak keselamatan dari Allah, tetapi juga Israel telah memutuskan hubungan kasih dengan Sang Sumber kehidupan. Akibatnya, murka Allah menimpa mereka. Bahkan, akibat dari sikap Israel itu, Allah tidak akan membebaskan Israel dari maut.

Iman Padang Gurun

Baca: Hosea 11

Ayat-ayat 1,3,4 tidak hanya secara jelas kembali menggambarkan peristiwa keluaran dari Mesir tetapi juga menggambarkan kebahagiaan umat ketika mereka masih di padang gurun. Hosea memang memandang bahwa masa keemasan relasi antara umat dengan Allah adalah ketika mereka berada bersama Allah di padang gurun. Di sana mereka tidak tergoda untuk menyembah dewa atau ilah manapun. Inilah yang disebut iman padang gurun. Akan tetapi, kalau Hosea menekankan hal ini tidak berarti bahwa Hosea menganggap Allah Israel hanyalah Allah padang gurun. Justru dengan penekanan tersebut, Hosea bermaksud agar Israel tetap memelihara relasi yang ideal dengan Allah ketika di padang gurun itu, meskipun mereka sudah menetap di Kanaan.

Relasi Tanah Kanaan dan Keumatan Umat

Baca: Hosea 9

Tanpa tanah, status Israel sebagai umat Allah tidaklah lengkap. Tanah perjanjian adalah tempat Israel memelihara dan membina hubungan kasih dengan Allah dan sesamanya. Kanaan merupakan tempat Israel beribadah kepada Allah. Karena itu, ketika Israel beribadah kepada allah-allah lain, maka Allah akan membuang Israel dari tanah perjanjian itu. Mereka tidak lagi menikmati kemakmuran, damai sejahtera, dan kekayaan tanah perjanjian.

Persekongkolan Dalam Kejahatan

Baca: Hosea 7:3-16

Kecaman Hosea terhadap kejahatan bangsa itu tidak pernah berhenti. Kejahatan Israel makin bertambah, meski sudah sering diperingati, bahkan dicambuk oleh Tuhan dengan berbagai malapetaka. Nubuat Hosea pada pasal ini dilatarbelakangi oleh peristiwa-peristiwa historis perebutan kekuasaan yang berlangsung terus-menerus di Israel Utara (ayat 7). Persekongkolan para pemuka dengan para pembunuh dilakukan dalam pesta pora di istana raja. Setelah berpesta pora dan mabuk-mabukan, mereka membunuh raja dengan iring-iringannya yang juga sedang mabuk (ayat 5).

Pertobatan Sesaat

Baca: Hosea 5:15-7:2

Agaknya pemberitaan Hosea tentang penghukuman dan penarikan diri Allah dari hadapan umat-Nya telah mengejutkan umat sehingga menyebabkan mereka sadar sesaat akan persundalan mereka dengan allah-allah lain. Mereka bermaksud mengakui segala kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah (ayat 15; 6:1).

Kata ‘berbalik’ berasal dari bahasa Ibrani ‘syub’ yang berarti ‘bertobat’ dalam makna perubahan pikiran, pandangan, dan sikap hidup. Dengan berbalik kepada Allah umat berharap Allah melepaskan mereka dari maut dalam hitungan waktu yang pendek. Hal ini jelas dari kata-kata yang terdapat di ayat 2. Dengan demikian malapetaka yang dialami Israel sebagai akibat dosanya dipandang sebagai sebuah kematian.

Kecaman Terus Diserukan!

Baca: Hosea 5:1-14

Sangatlah wajar jika Nabi Hosea tidak henti-hentinya menyampaikan kecamannya kepada seluruh bangsa Israel. Kali ini Hosea, agaknya berada di tengah-tengah para pemimpin bangsa dan agama yang sedang beribadah di Mizpa. Hal itu tampak dari sapaan Hosea yang ditujukan kepada para imam, umat Israel dan keluarga raja (ayat 1). Memang, bagi para nabi tempat ibadah itu adalah tempat untuk menyatakan kebaikan Allah, untuk menyatakan dosa-dosa Israel sekaligus untuk menyatakan penghukuman sebagai akibat dosa mereka. Keberanian Hosea mengecam, merupakan petunjuk tentang sikap nabi yang tidak kompromi pada kejahatan, sekaligus menyatakan ketergantungan dan ketaatan kepada Allah yang telah memanggilnya.

Pages