Hadiah Natal dari Michael
Hi, nama saya Michael dan umur saya 7 tahun. Saya ingin menceritakan sebuah kisah tentang seorang anak Yahudi yang tinggal di Betlehem pada masa Yesus dilahirkan. Anak itu namanya juga Michael. Kisahnya adalah sebagai berikut:
Suatu hari, Michael kecil bersama ibu dan ayahnya harus pergi menempuh perjalanan panjang menuju ke sebuah kota di Israel, yaitu Betlehem, untuk mengikuti sensus yang telah diumumkan oleh kaisar Agustus. Keluarga Michael melakukan perjalanan jauh itu karena mereka termasuk warga negara yang menaati hukum. Sesampainya di Bethlehem, kota itu telah dibanjiri banyak orang dan ibunya Michael kuatir mereka tidak dapat menemukan tempat untuk menginap. Akhirnya mereka menemukan sebuah kamar di penginapan di Bethlehem.
Dalam perjalanan mereka menuju ke penginapan, Mich dan keluarganya melihat seorang wanita muda naik seekor keledai yang dituntun oleh seorang pria. Ibunya mengatakan bahwa wanita muda tersebut akan segera memiliki seorang bayi. "Seorang bayi, wow," bisik Mich. Si kecil Mich berpikir bahwa bayi adalah sesuatu yang "cool". "Ayah, kira-kira dimana wanita muda itu akan menginap? Aku mendengar pemilik penginapan mengatakan sudah tidak ada lagi kamar di penginapan." "Ayah tidak tahu, nak. Tapi ayah yakin bahwa mereka pasti akan menemukan tempat untuk menginap malam ini," jawab ayahnya. "Tapi bagaimana jika mereka tidak menemukannya?" tanya Mich dengan wajah yang penuh perhatian. "Sudahlah, Mich. Kita harus segera sampai ke kamar penginapan, hari semakin gelap," kata ibunya. Sambil menggandeng tangan Mich, ibunya menuntun Mich memasuki penginapan. Mich mengikuti langkah-langkah ibunya dan sekilas melirik wanita yang naik keledai tadi dan memikirkan tentang bayi yang akan dilahirkannya.
Malam pun datang dan sudah waktunya bagi Mich untuk tidur. Dia berbaring di tempat tidurnya dan masih teringat di benaknya wanita muda yang akan segera memiliki bayi tadi. Setelah beberapa saat, Mich akhirnya tertidur. Tiba-tiba di tengah malam, Mich terbangun karena mendengar keributan di luar penginapan. Orang tuanya tidak terganggu dengan keributan ini dan masih tertidur, tetapi Mich tetap terjaga. Dia segera bangun dan melihat ke luar. Banyak gembala berdatangan dan mereka berteriak-teriak. Orang-orang berlarian kesana kemari. "Apa yang terjadi?" pikir Mich. Dia menyelinap keluar dari kamar penginapan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Mich mengikuti suara teriakan dan pujian yang terdengar, yang ternyata berasal dari sebuah gua yang dipakai sebagai kandang hewan di belakang penginapan.
Dia berusaha menyusup di tengah-tengah kerumunan orang karena rasa ingin tahunya. Akhirnya dia dapat menyaksikan seorang bayi kecil terbaring di palungan. Tanpa berpikir panjang, Mich bergerak mendekati palungan itu. Seseorang mencoba menahan langkahnya, tetapi ibu bayi itu mengijinkan Mich untuk berdiri di dekatnya. Saat Mich memandang bayi itu, Maria ibu si bayi berkata, "Dia seorang Raja." "Seorang Raja?" tanya Mich. "Ya, Dialah Mesias." jawab Maria. "Mesias? -- Mesias kita?" tanya si kecil Mich. Maria menganggukkan kepalanya. "Apakah dia benar-benar Juruselamat?" tanya Mich lagi. "Ya, namaNya Yesus."
Mich memandangi Raja kecil tadi. Apakah bayi kecil ini benar-benar Mesias? Saat dia memandang mata bayi itu, Mich melihat kasih yang terpancar. Mich merasa yakin bahwa bayi kecil itu benar-benar Mesias. "Apakah setiap orang akan percaya saat aku menceritakan tentang siapa yang aku lihat dalam gua kecil ini. Akankah mereka percaya bahwa Mesias mereka terbaring di palungan?" Mich tidak begitu yakin akan hal itu.
"Banyak orang bertanya-tanya tentang bayi ini, mungkin mereka akan percaya bahwa apa yang saya lihat itu memang benar-benar terjadi." pikir Mich. "Akankah ibu dan ayah percaya bahwa aku telah melihat Mesias?" "Aku harus menceritakannya pada mereka," pikir Mich lagi. "Tapi, aku perlu memikirkan hadiah apa yang dapat kuberikan pada bayi kecil itu."
"Aku harus memberikan hadiah untuk bayi istimewa ini, tetapi apa ya...? Apakah yang diberikan orang kepada seorang Raja?" Mich berpikir dan terus berpikir. "Aku tidak punya uang untuk membeli hadiah dan aku hanya seorang anak yang miskin. Aku tidak punya sesuatu untuk diberikan. Lalu Mich menyadari bahwa bayi Raja ini, Mesias, juga seorang bayi yang tidak memiliki apa-apa. Tapi bayi itu adalah Mesias, apa yang dapat kuberikan padaNya?" pikir Mich lagi.
Michael masuk lagi ke gua tempat bayi itu dibaringkan. Dia melihat bayi itu bergerak-gerak dalam palungan dan saat itulah Mich tahu apa yang akan ia berikan pada bayi itu. Dia berjalan mendekat ke palungan dan memandang Maria, "Aku tidak punya hadiah indah yang dapat kuberikan padanya," kata Mich.
Sambil melihat bayi itu lagi, Mich berlutut di depan palungan di mana terbaring Mesiasnya, Juru Selamatnya, Seseorang yang dijanjikan Allah. "Hi, bayi Yesus. Aku hanya punya satu benda yang dapat kuberikan untukmu. Benda ini tidaklah menarik dan tidak diperlukan banyak uang untuk membelinya. Benda ini juga tidak dapat melindungimu dari dinginnya malam. Namun, aku berharap benda ini cukup bagimu."
Berdiri di sisi palungan, Mich menunduk dan menyentuh bayi itu. Lalu dia berkata, "Aku memberikan hatiku untukmu." Kemudian Maria meletakkan tangannya di atas pundak Mich dan tersenyum padanya. Saat Mich menoleh untuk melihat bayi itu lagi, dari wajah bayi itu terpancar kasih yang belum pernah dia lihat sebelumnya dan bayi itu menangis. Saat menghapus air mata itu dari pipi si bayi, Mich tahu bahwa hadiahnya sudah cukup bagi bayi itu.
Sebenarnya sudah cukup untuk memberikan hati kita bagi Yesus. Karena hatimu dan hatikulah yang diinginkanNya. Ketika bayi Yesus tumbuh dewasa, dia bersedia menyerahkan hidupNya untuk kita. Dia mati di salib untuk menebus semua dosamu dan dosaku. Yang perlu dilakukan adalah:
-
Mengaku bahwa diri kita adalah manusia berdosa (Roma 3:23).
-
Percaya bahwa Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa kita (Kisah Para Rasul 16:31).
-
Mengakui semua dosa kita di hadapan Allah dan mau bertobat (Roma 10:9).
Sumber: http://www.house2house.org/manger.html
Dipublikasikan di: e-JEMMi 48/2000