Nyatakanlah ya Tuhan
Baca: Matius 1:18-25
Bagaimana seorang pria seperti Yusuf merespons pemberian Allah? Bagaimana ia merespons rancangan Allah bagi dirinya, yang juga merupakan rancangan bagi dunia?
Baca: Matius 1:18-25
Bagaimana seorang pria seperti Yusuf merespons pemberian Allah? Bagaimana ia merespons rancangan Allah bagi dirinya, yang juga merupakan rancangan bagi dunia?
Baca: Matius 1:18-25
Dalam sebuah kesempatan, Paus Yohanes Paulus II berkata "The truth is not always the same as the majority decision" (kebenaran tidak selalu sama dengan suara mayoritas). Tindakan memilih berbeda dari opini masyarakat inilah yang diambil oleh Yusuf dalam menyikapi kehamilan Maria, tunangannya.
Baca: Lukas 3:1-20
Secara umum, nas yang baru kita baca ini menunjukkan bagaimana berbagai tokoh berespons terhadap firman, peringatan dan kebenaran firman Allah. Respons tindakan yang tepat pertama kali tampak pada tindakan Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis bangkit dan memberitakan murka Allah (ayat 7, 9) dan menyerukan pertobatan (ayat 3). Lukas menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis merupakan penggenapan dari nubuat nabi Yesaya (ayat 4-6). Tetapi tidak hanya itu, tindakan ini merupakan respons langsung Yohanes dalam ketaatan akan firman Allah kepadanya (ayat 2).
Baca: Matius 1:18-25
Inilah Natal, yaitu karya Allah di tengah-tengah hidup manusia, bagi dunia. Termasuk juga Yusuf dan Maria, kedua orang biasa yang dipakai Tuhan. Siapa sangka natal yang tiba adalah natal yang penuh pergumulan bagi kedua orang itu. Kedua orang yang sedang bertunangan, tetapi mendapat kesempatan unik dari Tuhan.
Kehadiran seorang anak tentu sangat diharapkan oleh pasangan yang telah menikah. Maka bagi Yusuf, kehamilan Maria menjadi sebuah pergumulan berat. Ketika Yusuf mengetahui bahwa Maria -tunangannya- mengandung, ia sangat terkejut dan tidak habis pikir. Bagaimana mungkin orang yang dia kasihi telah berbuat aib? Namun karena kebaikan hati dan ketulusannya, Yusuf tidak mau mencemarkan nama istrinya (19).
Baca: Lukas 1:26-38
"Lahir dari anak dara Maria" adalah pengakuan iman tentang Yesus Kristus yang diucapkan dengan khidmat dalam ibadah umat Kristen. Pengakuan iman itu dilandaskan pada fakta yang dituliskan oleh Lukas dalam bacaan hari ini.
Maria adalah penduduk Nazaret (26), kota yang tidak terkenal. Namun demikian Allah memperhatikan Maria. Ia adalah seorang gadis yang sedang bertunangan dengan Yusuf (27). Dalam budaya Yahudi pertunangan merupakan tahap pertama perkawinan. Dalam tahap ini mas kawin dibayarkan kepada mempelai perempuan. Meski sudah sah sebagai suami istri, mempelai perempuan masih tinggal di rumah orang tuanya. Pertunangan hanya dapat dibatalkan melalui proses perceraian. Tahap kedua biasanya berlangsung satu tahun kemudian ketika mempelai laki-laki menjemput mempelai perempuan dari rumah orang tuanya.
Baca: Matius 2:1-12
Di antara Maria dan Yusuf serta orang-orang Majus yang bersukacita menyambut kelahiran Yesus, ada satu orang yang malah marah. Dialah Raja Herodes.
Herodes menjadi gubernur Galilea pada usia yang cukup muda. Dengan menempatkan dia di Galilea, pemerintah Roma berharap dia bisa mengendalikan orang Yahudi yang hidup di situ. Ini menyebabkan ia disebut raja orang Yahudi. Herodes adalah orang yang gila kuasa. Ia akan mempertahankan kekuasaannya dengan cara apapun, bahkan membunuh! Ia bertakhta lebih dari empat puluh tahun, sampai mendengar kabar tentang seorang raja lain yang baru lahir (ayat 1-3).
Baca: Lukas 1:57-80
Bagi sanak keluarga Zakharia dan Elisabet, jelas karena kelahiran anak bagi pasangan tersebut yang menunjukkan rahmat Tuhan yang besar kepada mereka (ayat 57-58). Namun, alasan mereka tidak hanya itu. Zakharia dan Elisabet punya alasan yang lebih besar lagi. Alasan dari sukacita dan pujian itu lah yang telah menyebabkan mereka melakukan dan mengalami hal-hal yang membuat para sanak keluarganya heran (ayat 62), dan banyak orang geger (ayat 65). Alasan itu tampak jelas melalui himne yang dinyatakan oleh Zakharia.
Baca: Matius 4:12-25
Dengan kemenangan-Nya atas pencobaan, Yesus memasuki pelayanan-Nya dengan 3 tindakan awal yang sangat indah. Pertama, Yesus kembali ke Galilea untuk memulai pelayanan-Nya bukan menghindari bahaya sebab penangkapan Yohanes menandakan bahwa pelayanan Yohanes sudah selesai. Kembalinya Yesus ke Galilea adalah keputusan yang tepat.
Wilayah Galilea tidak luas namun penduduknya padat. Jumlah penduduk di desa yang terkecil saja mencapai 15.000 jiwa. Selain itu jalan-jalan sudah dibangun dengan baik. Penduduk Galilea juga terbuka kepada ide-ide baru. Ini memungkinkan bagi ajaran baru untuk didengar dan disambut. Strategi pelayanan Yesus ini sangat tepat dan sesuai kehendak-Nya (14-15).
Baca: Lukas 2:1-14
Peristiwa Natal akan tenggelam dalam keheningan malam kota kecil Betlehem, seandainya malaikat Tuhan tidak datang untuk mengumandangkan berita sukacita, “Kristus Tuhan sudah lahir di kota Daud.”
Nyanyian malaikat merupakan tanda bahwa kemuliaan Allah menaungi isi dunia, direpresentasikan oleh para gembala di padang rumput. Memang dunia ini ibarat padang rumput dengan para gembala serta domba-domba mereka di malam hari. Tenang, hening dan hanyut, dan hampir tidak ada kehidupan! Ketika terang ilahi bersinar melingkupi semuanya, tidak hanya para gembala yang tersentak dari lamunannya, dunia pun menggeliat terbangun oleh berita sukacita yang datang dari tempat yang mahatinggi.
Baca: Yohanes 1:14-18
Bagi sebagian orang, makna Hari Natal adalah hari libur menjelang akhir tahun. Bagi beberapa orang lain, ini berarti kesempatan bersenang-senang, bahkan berpesta-pora. Bagi yang lain lagi, inilah kesempatan untuk mengeruk keuntungan bisnis sebesar-besarnya dengan menempelkan label Natal pada apa saja yang mereka perdagangkan. Bagi orang lain, Natal adalah kesempatan untuk temu-kangen dengan keluarga dan kerabat, entah itu di sekitaran rumah ataupun di gereja. Jika benar itu yang terjadi di sekitar kita, sungguh menyedihkan, karena itu berarti kedatangan Yesus justru tak terasa dampaknya bagi kita.