Trust

Tuhan menjadikan segala sesuatu indah pada waktu-Nya.

Kalimat itu terdengar sebagai kalimat romantis bagi orang yang sedang jatuh cinta. Mungkin juga sebagai obat penawar bagi orang yang tidak sabar menunggu jawaban doa. Barangkali juga sebagai satu pengharapan ketika semua pintu tertutup.

Gambar: Natal

Entahlah, dunia ini berputar seakan setiap hari menumpuk sampah keputusasaan. Walaupun seribu orang lain menumpuk kekayaan dan kemenangan.

Namun, tiba-tiba di hari terakhir ataupun di menit terakhir terdengar sorak gembira seperti Maria dan Yusuf yang mendapat tempat penginapan.

Bagi penulis naskah yang mahir, konflik bukan hanya sebagai hidangan pembuka. Bukan hanya sebagai klimaks di tengah kisah. Bahkan di akhir dari anti klimaks pun masih ada konflik. Di sesi akhir dari yang paling akhir, masih ada konflik untuk kesempurnaan sebuah happy ending. Demikian ending dari film "100 Days My Prince".

Pastinya, ya pastinya, Tuhan lebih mahir dari penulis naskah mana pun. Kisah-Nya lebih hidup dari novel terbaik. Lebih menyentuh dari film terbaik.

Seperti datangnya bidan dari Norwegia ke desa Nongkojajar untuk menolong lahirnya bayi Billy James Bjorn Sumilat. Bidan itu datang di hari terakhir kehamilan sang ibu. Konteks pada waktu itu, bahwa tingkat kematian ibu yang melahirkan masih sangat tinggi.

Tuhan menjadikan segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Itu meminta trust yang totalitas.

Yvonne Sumilat