Bahan Terbaru

Kelelahan

Sepulang dari kebaktian Natal, seorang istri pendeta berbaring di sofa karena kelelahan. Ia menumpahkan kekesalannya, "Aduuuh, Aku benar-benar merasa capek."

Sang suami memandangnya dan berkata, "Aku heran dengan kamu. Aku telah memimpin dua kebaktian Natal kemarin malam. Hari ini memberi lima kali khotbah. Lalu, kenapa kamu yang merasa kelelahan, Bu?"

Dengan wajah masam sang istri menjawab, "Masalahnya, Aku yang harus duduk dan mendengarkan semua khotbah itu, kan?"

[Sumber: http://www.lucubanget.net/humor-kristen.php?page=3]

Lagu Natal dari Meja Tulis Redaksi

Siapa yang menduga, meja tulis redaksi surat kabar menjadi tempat lahirnya salah satu lagu Natal yang disukai di seluruh dunia?

Anak yang Ditinggalkan

Sesungguhnya dunia surat kabar jauh dari pikiran James Montgomery semasa kecilnya. Ia lahir pada tahun 1771 di Skotlandia. Ayahnya satu-satunya pendeta di negeri itu dari aliran Moravian. Aliran ini cukup terkenal di negeri Jerman.

Jangan Berharap Terlalu Banyak

Pikirkan kembali semua kenangan favorit Anda selama masa Natal. Apakah yang benar-benar bertahan setelah sekian lama?

Mungkin bukan hadiah yang Anda terima. Saya kira Anda tidak bisa mengingat hadiah yang Anda terima pada umur delapan tahun. Bahkan, saya curiga Anda tidak bisa mengingat dengan jelas lebih dari selusin hadiah yang Anda terima sepanjang masa kanak-kanak Anda. Cobalah menulis hadiah apa saja yang Anda terima tahun lalu! Namun, hal utama pada Natal bukan ditemukan dalam saling memberi hadiah.

Kesederhanaan Kini Kian Sirna

Kesederhanaan itu awal kedamaian. Kegemerlapan adalah awal perseteruan. Karena jauh dari hiruk-pikuk gemerlap kemewahan, kesederhanaan mengawali kedamaian dengan keheningan, kesempatan nan luas, untuk merenung, dan dengan doa juga menjalankan peran rasio sadar dan akal budi waras secara optimal. Keheningan untuk merenung itu sedemikian penting untuk memperluas kedamaian dan perdamaian. Seperti digagas Johan Galtung, perdamaian akan terwujud jika manusia memadukan hati dan pikirannya untuk berdialog dengan sesamanya. Namun, pemaduan hati dan pikiran, bahkan dialog itu, memerlukan keheningan.

Yesus, Masuklah Melalui Pintu Hatiku

"... tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7)

Ketika Maria dan Yusuf tiba di Betlehem, mereka mengetuk setiap pintu penginapan untuk mencari tempat beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh. Aku membayangkan bahwa mereka pasti mencari sebuah kamar yang aman, bersih, dan nyaman bagi bayi yang akan segera lahir. Namun tak ada pintu yang terbuka bagi mereka, tak ada kamar rumah sakit yang bersih, tak ada hotel berbintang. Sama sekali tak ada tempat. Yesus dilahirkan seperti pengungsi di negara-Nya sendiri, tanpa rumah, tanpa daya.

Yesus, Tumbuhkanlah Imanku

"... ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Lukas 1:44-45)

Saat seorang wanita mengandung, sesungguhnya sedang terjadi suatu peristiwa yang luar biasa dalam tubuhnya. Bayangkan, sebuah kehidupan baru terbentuk dalam tubuh seorang wanita! Dalam rahim seorang ibu yang lembut dan hangat, sang janin dijaga dan dipelihara, sampai tiba saatnya untuk dilahirkan.

Yesus Ada di Hati Kita

Bahagia itu ...
Bisa bersyukur dan menikmati kasih Tuhan

Bahagia itu ...
Bisa melihat saudara-saudari kita bersatu dalam kasih

Bahagia itu ...
Bisa hidup di dalam kasih Tuhan dan menceritakannya

Bahagia itu ...
Bisa berbagi kasih Tuhan kepada sesama

Bahagia itu ...
Bisa memaknai Natal dengan benar dan terus merindukan Yesus tinggal di dalam hati kita

Sudahkah Anda merasa bahagia?

Ditulis oleh: Shmily

Si Kecil Membawa Pengharapan

Bahan Alkitab: Mikha 5:1-4a

Fokus

Banyak orang tidak suka tinggal di kota kecil atau desa sebab tidak akan ada banyak hal yang bisa didapat di sana. Pada umumnya, orang berpikir tidak akan menjadi sukses jika terlalu lama tinggal di kota yang kecil. Oleh karena itu, banyak orang berbondong-bondong pergi ke kota besar untuk bekerja di sana. Tetapi, Allah rupanya justru memilih Betlehem -- yang terkecil di antara kaum Yehuda -- sebagai kota kelahiran Sang Juru Selamat. Dari kota yang kecil inilah, lahir pengharapan akan keselamatan yang sudah dinanti-nantikan manusia sekian lamanya. Melalui pelajaran hari ini, anak belajar memahami bahwa Tuhan mau memilih dia yang masih kecil untuk membawa pengharapan.

Penjelasan Bahan

Pages