Pra Natal: Lupakan Gadis Korek Api
Oleh: Yvonne Sumilat
Ironi Natal apa yang Anda ingat? Gadis Korek Api adalah judul sebuah cerita dari Eropa yang dikarang oleh Hans Christian Andersen. Itu tak lebih dan tak kurang adalah sebuah ironi. Gadis yang tergeletak di pinggir jalan ternyata dia meninggal kelaparan tatkala semua orang berpesta dalam suasana Natal dan Tahun Baru. Lupakan saja Gadis Korek Api itu.
Ada 3 orang menginap di rumah saya. Mereka adalah satu keluarga, masih family, sepupu dari suami saya.
Hanya sekedar menghabiskan waktu maka kami bercerita sana sini tanpa pokok yang direncanakan. Ngobrol seadanya bahan.
Sampailah bahan perbincangan soal rajutan. Ada banyak buku rajutan yang bisa dibuka-buka. Memang dengan sengaja saya mengadakan banyak buku rajutan dan tentu polanya untuk hadir di rumah saya.
Ada ready stock tas rajutan. Saya berkata, "Ambillah" untuk Tante dari suami saya karena itu modelnya model for oma-oma.
Makan malam telah dilewati dengan jamuan dim sum yang sungguh terasa lezat. Pantas saja di resto itu khalayak ramai datang dan pergi hanya sekedar memuaskan lidah mereka.
Malam berakhir dengan lelah dan kantuk.
Sebelum bersibuk ria dengan pakaian kotor, yang seakan berteriak minta perhatian, pagi itu saya menyiapkan sepanci sup sosis dan telur ceplok serta ayam goreng. Ada juga nasi kuning yang saya beli di warung. Sepertinya itu sudah memenuhi meja makan kami.
Sementara suami sarapan bersama tamu, saya sibuk di ruang lain dengan lap top karena ada dokumen-dokumen yang harus saya kirimkan via email.
Tiba-tiba saya dikejutkan dengan sebuah paksaan. Dipaksa menerima sejumlah uang sebagai ganti tas rajutan itu.
Wah kenapa jadi begini ?? Maksud saya, saya hanya memberi saja tas rajutan itu.
Apa boleh buat....
Mengurus pakaian kotor menjadi pakaian bersih menghabiskan beberapa puluh menit.
Hari menjadi siang.
Hanya hari Sabtu ada kesempatan membeli frozen food. Maka siang itu motor saya melaju ke pasar besar.
Sudah ada rencana bahwa Selasa pagi saya bermaksud memasak untuk rekan-rekan divisi cleaning. Mereka sudah mengutarakan isi hati mereka. Ha.... ha.... ingin mendapatkan sesuatu dalam rangka ulang tahunnya Bu Ivon.... Ya begitulah orang kecil. Saya sebagai orang kecil juga tidak jauh berbeda dengan mereka, merasa ada oase di padang gurun walaupun wujudnya adalah mungkin semangkuk salad buah....
Geng officer sudah makan bersama. Tetapi untuk mereka yang jumlahnya nyaris dua kali lipat dari geng kami, saya harus menghitung dulu jumlah lembar uang di dompet.
Puji Tuhan! Ternyata Tuhan sayang kepada team cleaning. Tuhan sediakan uang yang memadai, dari tas rajutan yang sudah bertukar uang pagi itu, untuk membeli sosis sapi, bakso ikan dan bakso ayam frozen yang rasa nikmatnya sudah mendapat persetujuan dari lidah saya. Juga membeli bahan lain untuk mereka bisa sedikit party.
Sore saya ada PKK RW dan malam ada resepsi nikah. Sembari ini itu satu syal rajut finished. Ada banyak acara tetapi satu pokok penting sudah beres yaitu bahan party bagi team cleaning. Betapa Tuhan peduli mereka.
Haleluya.
Perasaan menjelang Natal acapkali perasaan sentimentil. Tiba-tiba merasa haru dan merasa cengeng. Terus terang saya tidak tahu bagaimana suasana surga menyongsong Natal Yesus Kristus. Tetapi saya tahu bahwa kecil, sederhana, sahaja sebagaimana Betlehem, kandang dan palungan, serta Yusuf si tukang kayu ataupun gembala domba adalah bukan sekedar lambang-lambang atau pun simbol-simbol.
Pastikan di kiri kananmu bahwa perut mereka bisa sedikit tersenyum dan lupakan Gadis Korek Api.
Yvonne Sumilat, 10 Oktober 2016