Sukacita dalam Realitas Natal
Ditulis oleh: N. Risanti
Bertumbuh dalam keluarga Kristen yang sudah mengenal Kristus semenjak lama, membuat keluarga besar kami memiliki tradisi Natal yang kental di bulan Desember. Dimulai dengan memasang dan menghias pohon Natal besar di rumah Nenek saya, membuat kue-kue khas Natal, membeli dan membungkus hadiah Natal, menjalani latihan drama atau paduan suara untuk acara Natal di gereja, sampai merayakan malam Natal bersama keluarga besar di rumah Nenek yang penuh dengan nuansa keakraban dan kegembiraan. Semua tradisi dan kesibukan itu sungguh membawa kesan dan memori yang menyenangkan bagi saya sebagai anak-anak, yang bahkan masih terbawa hingga saat ini. Desember dan Natal kemudian bermakna sebagai masa-masa yang penuh dengan kesenangan dan kegembiraan berdasarkan kenangan indah saya semasa kanak-kanak.
Namun, makna Natal dari masa kecil itu kian bergeser seiring dengan pertumbuhan iman dan pengenalan saya akan Dia dan firman-Nya. Natal tidak lagi berarti baju atau sepatu baru, hadiah-hadiah, kesibukan mendekorasi rumah dan gereja, atau menikmati makanan enak dalam acara Natal di gereja atau di rumah. Ketika kita menyadari realitas bahwa 2000 tahun yang lalu Yesus masuk dalam kehidupan manusia untuk melakukan karya kasih bagi manusia berdosa, kesenangan macam apakah yang dapat menggantikan makna Natal yang sejati bagi orang percaya? Hadiah apakah yang lebih indah atau menakjubkan dibanding Allah yang memberikan diri-Nya bagi kita? Paulus mengatakan dalam Filipi 3:8, "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,". Seperti juga Paulus, kita yang telah mengenal Kristus akan menyadari bahwa pengenalan akan Dia menjadi puncak dari seluruh pengalaman hidup kita, yang mengalahkan pengalaman-pengalaman lainnya, bahkan kenikmatan hidup yang ditawarkan oleh dunia ini. Tidak hanya karena kita memperoleh kehidupan dari pengorbanan-Nya di kayu salib, namun karena melalui kedatangan-Nya ke dunia kita dapat mengenal kebenaran sejati serta pengalaman untuk bertumbuh di dalam Kristus.
Bulan Desember serta tradisi Natal masih selalu membawa sukacita serta kegembiraan kepada saya sampai saat ini. Saya bersyukur memiliki kenangan akan tradisi Natal yang indah bersama keluarga dan komunitas gereja di masa kecil dulu. Dalam pengalaman itu, saya percaya Allah juga bekerja untuk menanamkan bibit-bibit kasih melalui orang-orang yang mengasihi saya. Namun, Natal saya kini telah bergerak lebih jauh dari sekadar merayakan tradisi dan kegembiraan. Natal bagi saya kini adalah saat-saat untuk mengenang karya Allah yang luar biasa dalam kehidupan, untuk kemudian membagikannya kepada orang-orang di dalam kehidupan saya. Seperti semangat yang mendasari Allah untuk menunjukkan kepedulian-Nya kepada kita 2000 tahun yang lalu, kiranya empati dan belas kasih kita kepada sesama yang membutuhkan juga kian bertumbuh di dalam diri kita melalui momen-momen Natal. Amin.