Hadiah dari Orang-Orang Kristen
Dr. W. A. Criswell
Saya telah mendapat sebuah kesempatan istimewa untuk mengambil sebuah bagian dalam salah satu ibadah yang dilakukan dari salah satu keluarga. Saya merasa sangat diberkati dan para pelayan saya yang lain yang juga mendapat kesempatan yang sama dalam ibadah yang serupa di tempat lain, memberitahukan kepada saya bahwa mereka telah berada dalam sebuah ibadah terbaik yang pernah mereka lihat atau yang mereka rasakan.
Jadi, tahun depan, ketika kita akan memulai musim natal kita, kita akan memulainya dengan sebuah ibadah malam. Kita akan memiliki waktu dua minggu sebelum Natal untuk berdoa, dengan berkumpul di rtumah-rumah sepanjang kota ini. Sebuah cara yang luar biasa dan sangat indah untuk memulai musim Natal.
Saya telah bertanya kepada mereka, “Apa yang kalian pikirkan tentang hal itu?” Dan para pemimpin WMU dari gereja kita berkata, “Ketika anda kembali dan memulai program musim gugur kita, khotbah anda yang pertama akan berjudul, DAN BAGI GEREJA YANG ADALAH RUMAHMU. Dan anda mintalah jemaat untuk berkumpul dalam ibadah doa, di dalam jam ibadah kita, di rumah-rumah, dan itulah yang akan kita lakukan tahun ini.”
Oh, saya sangat diberkati dengan pemikiran itu dan sangat diberkati dengan membagi hal itu bersama salah seorang dari mereka dan diberkati oleh laporan dari apa yang telah mereka lakukan.
Seperti itulah yang telah mereka lakukan di sini, “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia.”
Mungkin itulah sebabnya mengapa orang-orang majus itu disebut sebagai orang-orang bijaksana. Mereka dapat melihat apa yang tidak dilihat oleh banyak di dunia ini, bahwa Anak ini adalah harapan kita bagi kedamaian dan keselamatan. Dan bagian selanjutnya menyebutkan, “Setelah mereka bersujud dan menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”
Ketika kita akan mengadakan ibadah doa malam pada tahun depan di dalam setiap pertemuan di rumah-rumah jemaat kita dan mengadakan ibadah kasih dan pujian serta doa, maka hal itu akan menjadi sebuah bagian yang terpisah dari perayaan-perayaan yang kita adalah pada saat Natal.
Saya sangat menyukai apa yang dilakukan oleh jemaat kita dalam merayakan Natal, yang berkumpul bersama dalam perayaan yang bersifat sosial. Mereka tidak sama seperti perayaan-perayaan yang dilakukan oleh dunia, dimana mereka minum sampai mabuk dan berpesta pora serta melakukan hal-hal yang memalukan, tetapi di dalam perayaan yang kita lakukan, kita melakukannya dengan kepedulian tetapi mereka melakukannya dengan atraktif. Hal itu sangat indah.
Kita berkumpul dalam nama Tuhan dan kita memiliki sebuah kesempatan yang indah melalui gereja, semua organisasi-organisasi gereja, sama seperti besok malam, kita akan memiliki misi untuk anak-anak di sini.
Dan kita akan berada di sana untuk mensponsori seorang anak kecil. Jadi ketika kita akan melakukan ibadah doa, malam doa dan pujian sebelum Hari Natal dan dalam masa pengantar musim Natal, hal itu tidak akan menyingkirkan keindahan dari pesta Natal yang kita lakukan, karena jemaat ini sangat besar maka anda akan memiliki kesempatan untuk pergi ke sebuah rumah dan pada saat yang sama, juga pada saat waktu yangn lain, pergi ke pesta dari kelas anda atau divisi anda atau organisasi anda.
Kemudian, pada tahun ini, kami telah pergi minggu yang lalu—di antara perayaan Natal yang kita lakukan—kami pergi ke salah divisi anak-anak kita, yaitu Divisi Nursery kita. Saya sangat terkejut kepada para pemimpin yang ada di divisi itu, tentang bagaimana mereka memimpin, menuntun, serta mengatur bayi-bayi yang kecil itu, sama seperti Tuhan sendiri yang berada di sana.
Mereka memiliki sebuah program yang indah, dan sebuah bagian dari hal itu adalah permainan drama, sebuah kisah yang disampaikan dengan perasaan yang mendalam dan penuh makna oleh salah satu anggota paduan suara kita yaitu, Mrs. Jack Terrill, Beverly Terrill.
Dan sebuah ringkasan dari kisah itu, yaitu dia memberitahukan tentang seorang ibu dan seorang ayah dan anggota keluarga yang bersiap-siap untuk makan malam Natal dan duduk di bawah pohon Natal serta bertukar hadiah.
“Tetapi pada pagi itu, ketika mereka menaikkan doanya, Mary, ibu dari rumah itu, berdoa, “Tuhan Yesus, datanglah dan menjadi tamu pada makan malam kami dan pada perayaan Ulang TahunMu.’
"Kemudian, ketika hari terus berlalu, pohon natal, hadiah-hadiah dan makan malam telah disiapkan, dia naik ke tingkat atas dan bersiap-siap untuk berkumpul bersama dengan seluruh keluarga dan untuk malam natal yang indah itu. Bel pintu kemudian berbunyi, dan dia agak heran mendengar bel itu karena dia tidak memiliki sebuah pikiran bahwa anggota keluarga yang lain akan datang lebih awal.
“Dan setelah beberapa saat, suaminya berdiri di bawah tangga dan memanggil dia. Dan ketika dia datang untuk melihat, dia melihat suaminya sangat pucat dan rasa keheranan terlihat di dalam dirinya.
"Dan dia berkata, ‘Mary, Tuhan Yesus ada di depan pintu. Dia yang telah menyembunyikan bel, dan Dia datang untuk makan malam bersama dengan kita serta saling berbagi dengan kita dalam malam Natal ini.’
"`Dan ketika Dia melihat bahwa saya sangat kaget dan terkejut, Dia berkata kepada saya, “Tetapi Mary telah memintaKu untuk datang dan Aku telah datang.”’
Anda tahu, dapatkah saya membuat sebuah hal lain di sana? Saya berpikir berapa banyak dari kita yang terkejut atas jawaban doa kita, jika dengan mata iman kita dapat melihat Tuhan sebagai seorang tamu di rumah kita dan di meja kita? Saya berpikir berapa banyak dari kita yang bersungguh-sungguh ketika kita berdoa dan meminta Allah untuk menjadi tamu yang tidak terlihat saat kita memecah roti, sebuah rekan yang diam dalam setiap percakapan kita.
"Dia duduk di meja bersama dengan keluarga itu, dan Dia berdiri saat hadiah mulai dibagikan. Tapi hati dari ibu itu yaitu Mary tertekan saat dia memberikan hadiah kepada yang lain dan menerima hadian dari yang lain, dan tidak ada sebuah hadiah yang diberikan kepada Yesus.”
Lalu akhir dari cerita itu, “Dia berlutut di samping Yesus, melihat ke arah tanganNya yang tertusuk paku itu, dan ketika dia berlutut di hadapanNya dan meminta pengampunan pada saat makan malam Natal itu, sebab mereka tidak memperhatikan Dia, dan di dalam pembagian hadiah, tidak ada hadiah yang diberikan kepadaNya.”
"Dan ketika dia mengangkat wajahnya, Dia telah menghilang dari pandangannya.”
Ada sesuatu yang sangat menyedihkan di dalam cerita itu, bahwa di dalam pemberian hadiah yang kita lakukan pada saat Natal. Apakah kita juga memiliki sebuah hadiah untukNya? Merupakan sesuatu yang alami. Itu adalah cara yang kita rangkai dalam respon yang kita berikan terhadap seseorang yang kita kasihi yaitu di dalam pemberian sebuah hadiah.
Kembali ke sini di dalam lembaran awal dari Alkitab, di dalam pembelajaran saya terhadap Kitab Suci ini, saya sangat tertarik dengan sebuah kata yang diterjemahkan dengan persembahan dan korban. Anda tahu kata apakah itu? Kata itu adalah minchah, dan minchah merupakan kata yang biasa dalam kata Ibrani yang berarti hadiah, dan diterjemahkan dengan persembahan, korban.
Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada Tuhan sebagai sebuah minchah. Dia adalah seorang petani. Dan Habel, saudaranya, juga minchah, dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya karena dia merupakan seorang gembala.
Terlihat sangat jelas bahwa sejak dari semula, respon dari keluarga manusia adalah membawa korban persembahan, minchah ke hadapan Allah sebagai tanda kasih dan penghormatan serta ucapan syukur, dan hal itu merupakan sebuah kebenaran bagi kita semua.
Jika ada seseorang yang anda kasihi, anda akan memiliki sebuah keinginan tanpa harus diberitahukan, yaitu untuk berusaha memberikan sebuah hadiah kepadanya. Dan semakin anda mengasihi seseorang itu, maka semakin besar hadiah yang anda berikan itu, bahkan kadang-kadang tanpa suatu alasan apapun.
Apakah anda mengingat kisah tentang Tuhan Yesus, yang menjadi tamu di rumah Maria, Marta dan Lazarus? Apakah anda mengingatnya? Maria mengambil botol pualam dari tasnya, dan Alkitab memberitahukan kepada kita harga dari parfum itu. Harganya sama dengan upah selama satu tahun.
Maria mengambil minyak narwastu yang murni dan memecahkannya serta meminyaki Yesus, dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. “Dan Yudas Iskariot melihat hal itu, dan berkata, Mengapa minyak narwastu itu tidak dijual seharga tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?’
"Hal itu dia sampaikan bukan karena dia mengasihi orang-orang miskin,” tulis Yohanes, “tetapi karena dia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.” Dan Tuhan Yesus berkata, ketika Yudas mendorong murid-murid lainnya untuk menemukan kesalahan dari hadiah yang berlebihan itu, Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di mana saja injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini disebut juga untuk mengingat dia.”
Dan saya sedang memenuhi nubuatan itu pada hari ini, pada saat ini, sama seperti yang telah dilakukan oleh pelayan-pelayan lain sepanjang abad.
Apakah Tuhan berkata kasar, menghalangi, atau menyalahkan dalam sikapNya terhadap apa yang telah dilakukan Maria? Tidak, sama sekali tidak. Dia malah sangat berkenan dengan hal itu. Itu adalah salah satu alasan yang saya pikirkan ketika kita melakukan segala sesuatu untuk Yesus, bahwa kita seharusnya melakukan yang terbaik yang dapat kita lakukan.
Jika ada sebuah jendela, mari kita membuat sebuah jendela yang sangat indah. Jika itu adalah sebuah rumah, mari kita membuat sebuah rumah yang indah. Jika itu adalah sebuah pelayanan, mari kita membuat sebuah pelayanan yang terbaik. Jika itu adalah lagu, mari kita membuat sebuah lagu yang sangat merdu. Jika itu adalah sebuah khotbah, Tuhan, tolong saya untuk melakukannya dengan baik.
Jika itu untuk Engkau Tuhan. Tolong saya untuk melakukannya dengan sangat baik. Itulah yang saya pikirkan, yang merupakan sebuah cara bagi kita dalam menghormati Allah. Dan mereka membawa sebuah minchah kepada Tuhan, sebuah persembahan, sebuah hadiah kepada Tuhan yaitu emas, kemenyan dan mur.
Tetapi bagaimanakah saya dapat memberikan sebuah hadiah kepada Tuhan? Dia berada di sorga sedangkan saya berada di bumi ini. Bagaimanakah saya dapat memberikan sebuah hadiah kepada Tuhan?
Lihatlah. Bukankah Tuhan mengidentifikasikan diriNya dengan umatNya? Bukankah Dia seperti itu? Di dalam Injil Matius pasal 25, ketika Tuhan berkata, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Mari datanglah.”
“Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan. Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.”
“Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?”
“Dan Tuhan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
Dia mengidentifikasikan diriNya dengan umatNya, dan khususnya bagi orang-orang yang miskin, orang-orang yang sakit, orang-orang yang putus asa, orang-orang yang menderita dan orang-orang yang tidak beruntung.
Lihat lagi sebuah contoh yang lain, yang mungkin tidak anda pikirkan, atau setidaknya anda akan merasa unik atau tidak biasa terhadap hal itu. Di jalan menuju Damsyik, Saulus dari Tarsus, yang dipenuhi oleh keinginan untuk menangkap dan membunuh umat Tuhan, dihentikan di jalan itu oleh Tuhan sendiri, sebuah penglihatan dari Kristus yang melebihi cahaya dari matahari pada saat siang hari.
Dan Saulus rebah di hadapan penampakan yang luar biasa dari Tuhan itu, dan dia berkata, “Siapakah Engkau Tuhan?”
Dan Tuhan membalas, “Akulah Yesus, yang kau aniaya itu.”
Mengapa Dia berkata seperti itu? Saulus tidak menganiaya Yesus. Dia sedang berada di jalannya untuk mencari dan menangkap serta membunuh orang-orang yang memanggil nama Tuhan. Akan tetapi tidak seperti itu.
Paulus sedang menuju Damsyik untuk menganiaya Yesus, sebab orang-orang yang hendak dianiaya ini adalah tubuh Kristus. Mereka adalah milikiNya. Dia mengidentifikasikan diriNya dengan umatNya.
Jadi, ketika saya membawa sebuah hadiah kepada Tuhan yaitu emas dan kemenyan serta mur, saya akan membawa hal itu kepada umatNya.
Siapakah orang-orang itu? Saya dapat memberitahukannya kepada anda. Minggu malam berikutnya, ketika kita memiliki sebuah pohon Natal yang hidup, dan paduan suara kita, seperti para malaikat bernyanyi dengan sangat mulia, kita akan kembali ke sebuah masa yang lampau, tiga puluh tahun yang lampau, ketika saya datang untuk menggembalakan jemaat ini.
Dan pada natal pertama itu, saya meminta jemaat kita untuk membungkus barang-barang yang anda tidak butuhkan lagi atau kebutuhan makanan yang dapat anda bagi dan dibungkus dalam kertas putih, dan pada musim dingin, kita dapat memberikannya kepada orang-orang miskin.
Sekarang kita telah memiliki tujuh kapel. Dan kebanyakan dari orang-orang yang berada di sana adalah orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Kebanyakan dari mereka berada di area dari orang-orang yang sangat membutuhkan. Kita memiliki tujuan untuk menempatkan kapel itu di sana. Itu adalah tanggung jawab kita, yang berada di kota Dallas ini, untuk berusaha melayani orang-orang yang membutuhkan dan orang-orang miskin yang berada di kota kita, dan kita melakukannya di dalam nama Kristus, berusaha untuk mengangkat mereka dari selokan dan kemabukan serta perjinahan dan hal-hal yang kotor dan berusaha untuk membuat mereka menjadi keluarga Kristen yang baik.
Kita sukses di dalam hal itu. Kita telah diberkati Allah di dalam hal itu. Jadi, Minggu malam berikutnya, ketika kita datang, kita akan membawa bungkusan putih. Akan ada kertas putih di Coleman Hall jika anda tidak memiliki kertas putih di rumah. Dan kita akan membawanya dan menumpukkannya di auditorium, hadiah-hadiah yang akan kita berikan untuk orang-orang miskin, untuk Kristus.
Kita akan melakukan hal itu setiap malam, dimulai dari Minggu itu. Setiap malam pada minggu itu, anda dapat membawa bungkusan putih dan menempatkannya di sana, sebuah hadiah bagi Yesus.
Persembahan Natal Lottie Moon kita, yang mendukung penginjilan dunia, sebuah hadiah bagi Tuhan kita. Sebuah peringatan terhadap Rumah Buckener kita dan kebajikan Buckner Baptist.
Sekolah First Baptist Church kita. Pada hari Jumat, minggu yang lalu, salah seorang anggota jemaat kita yang terkasih mengirimkan saya sebuah hadiah untuk sekolah kita, yaitu uang sebesar seribu delapan ratus dolar, dan dia memberikan sebuah tulisan dalam sebuah catatan kepada saya, “Uang ini adalah untuk membayar beberapa anak yang ingin datang ke sekolah ini tetapi tidak memiliki kemapuan untuk membayar uang sekolahnya.” Dan hal itu akan diperuntukkan terhadap tiga orang anak yang ingin datang ke sekolah ini tetapi tidak memiliki biaya.
Institut Alkitab kita. Kemarin, saat saya sedang mengunjungi Rumah Sakit Baylor, saya bertemu dengan seorang perawat yang masih muda. Dia dan suaminya datang dari tempat yang jauh, agar mereka dapat mengunjungi Institut Alkitab kita.
Badan yang kita miliki di dalam gereja ini adalah untuk mendukung pelayanannya. Ah, dalam berapa banyak cara yang kita miliki untuk memberikan kesempatan bagi kita dalam memberikan hadiah kepada Kristus? Dan sebagaimana kita mengingat yang lain untuk saling memberikan hadiah satu sama lain, kita tidak akan melupakan Dia.
Ini adalah ulang tahunNya, “Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”Mungkin anda berpikir apakah kemenyan itu? Kalau kita melihat di dalam Alkitab, kemenyan adalah sebuah simbol dan sebuah tipe dari doa-doa yang kita panjatkan kepada Allah. Ketika Matius memulai kisahnya, dia memulainya dengan silsilah Yusuf.
Ketika Lukas memulai kisahnya, dia memulainya dengan silsilah dari Maria, sang ibu. Dan kemudian dia melanjutkannya dengan kelahiran dari sang perintis jalan, kelahiran dari Yohanes Pembaptis, yang berlangsung seperti ini. Ada seorang iman dari rombongan Abia, yang bernama Zakharia, dan mereka membuang undi untuk menentukan imam yng bertugas untuk masuk ke Bait Suci dan membakar kemenyan kepada Tuhan.
Hanya sekali waktu dalam masa hidup dari seorang imam untuk mendapat kesempatan seperti itu, itupun hanya sedikit orang dari mereka yang memperolehnya. Dari seratus orang imam, hanya sedikit dari mereka yang memiliki kesempatan untuk masuk ke ruang maha suci, dan mereka memilih imam itu berdasarkan undi, dan akhirnya tugas itu jatuh ke tangan Zakharia, imam yang sudah cukup tua.
Dan dia masuk ke ruang maha kudus, dan di sana, di depan altar emas, dia membakar ukupan ke hadapan Allah di sorga, pada saat doa malam, sementara orang-orang berkumpul di luar saat asap kemenyan naik ke hadapan Allah yang di sorga.
Tiba-tiba seorang malaikat menampakkan diri kepadanya dan mengumumkan kelahiran Yohanes Pembaptis, sekalipun dia sudah tua, dan Elisabeth juga sudah tua, akan tetapi mereka akan memiliki anak yang akan diberi nama Yohanes.
Dan ketika bocah itu lahir, lidah Zakharia yang sebelumnya kelu, atau bisu, kemudian terlepas, dan dia bernubuat dan inilah yang dia sampaikan, “Dan, engkau hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagiNya, untuk memberikan kepada umatNya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.”
Seandainya kemudian saya dapat mengambil dari Kitab Suci dan pada musim kelahiran Kristus itu, menuntun kita di dalam doa kita, mempersembahkan kemenyan kepada Allah, doa-doa kita kepada Allah, dan kita berdoa untuk kedamaian, untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.
Kita tinggal dalam sebuah masa yang mengerikan. Masyarakat kita tidak menyadari hal itu. Saya berpikir bahwa mereka tidak mengetahuinya. Untuk pertama kalinya, beberapa tahun yang lalu, saya pergi ke Palestina, kami mendarat pada saat tengah malam di bandara dan kemudian masuk ke Yerusalem dan ke St. Andrew's Hospice, hotel yang dimiliki seorang Presbiterian Skotlandia, tempat menginap bagi para pengembara.
Dan dua orang dari kami, Dr. McCall dan saya pergi ke St. Andrew's Hospice dan berada di sana selama kami mengunjungi Palestina. Saat itu malam sangat gelap dan saya tidak dapat melihat apapun.
Pagi berikutnya, pada saat subuh, saya bangun dan melihat keluar melalui jendela, memandang ke arah Gerbang Jaffa di tembok Yerusalem. Dan apa yang saya lihat adalah sebuah pemandangan dari kehancuran yang kacau balau. Hal itu terjadi setelah perang pertempuran pada tahun 1948, dan PBB telah membuat sebuah garis batas yang besar antara kekuatan Israel dan kekuatan arab serta kekuatan Yordania.
Dan diantara keduanya ada sebuah tempat yang tidak bertuan. Tepat di depan saya, yang keluar dari gerbang Jaffa adalah jalan Yerusalem yang dipenuhi dengan kawat berduri dan puluhan gigi naga, yang berlapis, dan pelat beton untuk merintangi serangan tank. Dan rumah-rumah, bangunan-bangunan serta tembok-tembok merupakan pemandangan perang dan kehancuran, kita harus berdoa untuk kedamaian Yerusalem, “mereka akan selalu sejahtera, yaitu orang-orang yang mengasihi Engkau.”
Kemungkinan konfrontasi nuklir antara kekuatan-kekuatan besar yang terdapat di dunia ini selalu bisa terjadi. Dari sebuah perbincangan yang dilakukan oleh beberapa orang dari kami dengan Henry Kissinger di Gedung Putih, saya bertanya kepadanya tentang perang Vietnam, apakah konfrontasi itu bisa terjadi. Dan dia berkata, “Tidak ada sebuah kemungkinan bagi setiap kekuatan besar untuk berkonfrontasi di Vietnam. Hal itu tidak akan terjadi di sana.”
"Kalu begitu," saya berkata, “Dimanakah menurut anda kemungkinan itu bisa terjadi, atau dapat terjadi?”
Dia berkata, “Hal itu dapat saja akan terjadi di Timur Tengah.”
Di Timur Tengah. Anda tahu, ada sebuah alasan bagi sebuah resesi yang dapat terjadi di seluruh dunia, dan salah satu alasan itu adalah sumber daya ekonomi yang luas dari Amerika dan Eropa serta Jepang yang memiliki hubungan dengan para sheik Arab di Timur Tengah.
Saya ingin bertanya kepada anda tentang sebuah pertanyaan yang sangat jelas. Jika hal itu berlangsung dan terus berlangsung dan uang terus mengalir keluar dan mengalir keluar, masanya akan datang ketika seluruh kekayaan dunia berada di tangan mereka.
Kemudian saya ingin bertanya kepada anda, “Ketika anda melihat bangsa-bangsa dipenuhi dengan kemiskinan, industri-industri besar menjadi berhenti—tidak ada tenaga, tidak ada energi untuk menjalankannya—menurut anda, apa yang akan terjadi?”
Saya beritahukan kepada anda tentang apa yang sesungguhnya akan terjadi. Tidak ada sebuah pemerintahan yang akan terus bertahan, yang akan terus berlanjut, yang melihat rakyatnya binasa, kelaparan dan seluruh industrinya berhenti. Saya beritahukan kepada anda apa yang akan terjadi.
Kecuali ada sesuatu yang dapat memecahkannya, harinya akan datang, ketika bangsa-bangsa di dunia yang dari pada melihat rakyat mereka kelaparan dan industri mereka mengalami kehancuran, mereka akan berkata, “Dari pada kita mengalami hal-hal itu lebih baik bagi kita untuk mengambilnya. Hal itu akan lebih sederhana. Kita akan mengambilnya.”
Dan ketika masa itu datang, anda akan memiliki Armageddon. “Berdoalah untuk kedamaian Yerusalem, mereka akan makmur yaitu orang-orang yang mengasihi Engkau.”
Selalu saja, di dalam dunia yang menakutkan ini, yang di dalamnya kita tinggal, kemenyan ini dinaikkan kepada Allah. Oh, Tuhan, berikanlah kedamaian di bumi ini. Berikanlah hikmat di antara manusia, agar mereka berusaha untuk bekerja melalui masalah ekonomi yang seperti itu—yang menyelimuti kami, yang mendesak kami dari berbagi sisi.
Bukankah anda berpikir seperti itu, tepat seperti itu, Presiden Amerika Serikat dan Mayoritas demokrasi di Kongres dapat mengatasi masalah ekonomi kita? Masalah ekonomi tidak timbul dari Presiden Amerika Serikat atau Demokrasi Kongres. Masalah ekonomi timbul dari keberuntungan dan pemeliharaan hidup. Dan tidak seorang pun dari manusia ini yang dapat mengontrolnya. Kita hanya dapat memperbaikinya dengan cara yang tertentu.
Badan Keuangan dapat memperbaikinya. Kongres dapat memperbaikinya. Presiden dapat memperbaikinya. Tetapi gerakan besar dari lingkaran hidup terletak di tangan Allah Yang Mahatinggi. Ada faktor-faktor yang tidak dapat diperhitungkan di dalam sejarah yang tidak dapat kita kontrol dan yang tidak dapat kita lihat ke depan. Hidup kita secara pokok terletak di tangan seorang yang mahakuasa, Seseorang yang membimbing dan mengatur dari atas sana di dalam kemuliaan. Dan itulah sebabnya mengapa hal itu menuntut manusia untuk berdoa. Ya, Tuhan dari bangsa-bangsa, Allah dari semua yang hidup dan yang bergerak, berikanlah kepada kami kedamaian, kemakmuran dan ketenangan serta kebahagiaan.
Tuhan, arahkanlah kaki kami kepada jalan damai sejahtera. Apa yang kami persembahkan kepada Allah untuk memberikan terang kepada mereka yang duduk di dalam kegelapan dan dalam bayangan kematian? Tidak ada jawaban di dalam ilmu pengetahuan yang mati, tidak ada jawaban di dalam spekulasi manusia.
Jika ada suatu cahaya di dalam kuburan yang gelap dan di dunia yang akan datang, maka hal itu pasti datang dari WajahNya yang mulia. Tuhan, pada saat kematian kami, kami melihat kepada Engkau. Selamatkanlah kami. Selamatkanlah kami.
Untuk memberikan pengetahuan tentang keselamatan bagi umatNya atas pengampunan dosa-dosa mereka. Bagaimanapun saya berusaha untuk melakukan hal-hal yang baik, bagiamana dengan dosa-dosa yang telah lewat? Tuhan, kami semua sama, orang-orang yang terhilang dan berdosa.
Kita membutuhkan pengampunan dari Allah dan keselamatan dari Allah. Kita harus berdoa untuk hal itu, sebuah hadiah dari tanganNya yang mulia kepada kita, dan mereka mempersembahkan kepadaNya hadiah yaitu, emas, kemenyan dan mur.
Mur adalah sebuah gambaran dari sikap yang taat hingga mati, hadiah dari hidup, sama seperti Tuhan yang telah memberikan hidupNya. Bagaimanapun hal pertama yang kita bawa kepada Yesus, melampaui hal-hal lainnya adalah hati kita, kasih kita, jiwa kita dan hidup kita.
"Tuhan, inilah kami, sebuah keluarga, berkatilah kami. Ingatlah akan kami.”
"Tuhan, inilah kami, sebuah pasangan, berkatilah kami Tuhan. Ingatlah akan kami.”
"Tuhan, inilah aku, hanya aku sendiri, berkatilah aku Tuhan. Ingatlah akan aku.”
Oh, jawaban doa yang berasal dari sorga, ketika seseorang mempersembahkan dirinya sendiri kepada Tuhan Yesus.
Sekarang, dalam sebuah kesempatan, kita akan berdiri dan menyanyikan himne permohonan kita, dan saat kita menyanyikannya, sebuah keluarga dari anda, seorang pasangan atau seseorang dari anda, yang berada di atas balkon atau di lantai bawah, telusurilah salah satu lorong itu dan majulah ke depan dan katakan, “Pendeta, saya datang. Sekarang saya telah membuat keputusan di dalam hati saya, dan di dalam kesempatan yang telah anda berikan kepada saya membuat saya datang dan inilah saya.”
Lakukanlah sekarang. Buatlah keputusan itu saat ini, ketika kita berdiri dan menyanyikan himne permohonan kita.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.
http://www.wacriswell-indo.org/natal%204%20-%20hadiah_dari_orang.htm
Attachment | Size |
---|---|
wisemen.gif | 15.38 KB |