Sentuhan Sayap Malaikat
Waktu itu malam Natal. Elizabeth duduk di ujung tempat tidur anak perempuannya. Ia menunduk dan memberi ciuman pada pipi yang berwarna merah muda itu. Dengan rambut berkilau keemasan tersebar di sekeliling bantal dan bulu mata yang lentik yang terlelap dalam tidurnya, Marya terlihat bagi dunia ini seperti seorang malaikat.
Hati Elizabeth dipenuhi cinta dan berlimpah dengan sukacita berbagi. Hari ini, pada malam yang kudus ini, ia baru saja menceritakan kepada anak perempuannya tentang kunjungan malaikat.
Mereka berdua duduk sambil mendengar bunyi lonceng Swedia yang lembut dan melihat malaikat-malaikat kecil menari-nari di bawah sinar lilin yang memesona. Pada Natal pertama setelah Marya lahir, ibu Elizabeth memberikan padanya warisan keluarga. "Karena engkau sangat menyukainya," ujar ibunya.
Sebelumnya, saat Elizabeth melihat cahaya lilin terbayang di mata biru anak perempuannya, ia merasakan sukacita yang tertahan hingga mereka tinggal berdua saja dan lilin yang menyala tinggal satu buah. Elizabeth mengetahui inilah saatnya untuk berbagi rahasianya yang paling hebat. Dengan rasa sukacita yang semakin membesar, Elizabeth mengingat Natal pertama ketika malaikat memberikannya kegembiraan pada saat Natal.
Elizabeth seusia Marya pada malam ketika ia duduk di atas meja setelah piring-piring kotor disingkirkan. Tangannya menempel di kedua belah pipi, ia mengikuti gerakan malaikat dan cahaya yang bersinar pada lonceng itu.
"Elizabeth sepertinya sudah terpesona dengan lonceng-lonceng berbentuk malaikat itu," ujar ibunya kepada semua orang.
Pada malam itulah Elizabeth terbangun oleh suara menderu.
Sinar bulan terlihat berkilau melewati gorden di kamar tidurnya seperti renda pada gaun neneknya. Elizabeth berbaring dengan tenang. Kemudian di kegelapan yang lembut, ia melihat malaikat -- salah satu dari lonceng yang baru dilihatnya -- bergerak mengelilingi kamarnya. Sinar bulan mengenai pinggir sayap malaikat itu dan terompet kecil yang ada di mulutnya mengeluarkan bunyi yang terdengar seperti suara tertawa kecil.
Tiba-tiba sebuah keajaiban perak membungkus ruangannya, membuat hati Elizabeth bergetar. Tetapi, ia tidak merasa takut. Dipayungi cahaya bulan, Elizabeth terpesona pada malaikat yang melayang-layang. Ia melihat sayap halus malaikat itu menyapu boneka-boneka yang terletak di atas peti mainan yang menempel di dinding, rumah bonekanya, ujung-ujung semua buku ceritanya, dan pakaian-pakaiannya. Dan, dengan sebuah sentuhan seisi ruangan berubah menjadi sebuah tempat yang penuh pesona.
Kemudian, sehening saat pesona itu datang, keajaiban itu pun menghilang. Bunyi menderu berhenti terdengar dan malaikat itu pergi. Namun, kemuliaan memenuhi kamar hingga Elizabeth terlelap kembali dalam tidur.
Keesokan paginya, sepertinya sayap malaikat telah membersihkan dan memberkati dunia ini. Semuanya terlihat baru! Wajah boneka-bonekanya terlihat bersih cemerlang. Bahkan, udara terasa segar. Sepertinya Elizabeth melihat dan merasakan segala sesuatunya untuk pertama kalinya. Dunianya terlihat berbeda karena telah disentuh oleh sayap malaikat.
Penuh ketidaksabaran untuk berbagi, Elizabeth berlari menuju dapur. Orang tua dan saudara laki-lakinya telah berkumpul di meja makan.
"Tadi malam," ujarnya memulai, menunjuk ke arah lonceng malaikat yang berdiri dengan tenang dalam pose malaikatnya, "Salah satu malaikat itu datang ke kamarku dan ...."
"Yang benar saja, Elizabeth." Suara tawa saudara laki-lakinya memotong cerita indahnya.
"Anak-anak!" ibunya menegur. "Elizabeth memiliki imajinasi yang nyata." Dan, Elizabeth merasa melihat secercah senyum di ujung mulut ayahnya.
Walaupun begitu, sentuhan malaikat memenuhi hari Natal dengan kegembiraan dan keajaiban. Pada hari Natal berikutnya, ketika malaikat kembali datang, rasanya tidak sama lagi. Sesekali atau dua kali ia mendengar suara menderu atau terompet berbunyi samar-samar. Di lain waktu, ia melihat cahaya bulan menampakkan kilau kepakan sayap. Tetapi, Elizabeth tahu malaikat kecil itu selalu datang dan kehadirannya memberi dunia secercah cahaya khusus penuh keajaiban.
Dan malam ini, setelah menyimpan rahasia indah di dalam hatinya selama bertahun-tahun, ia menceritakannya kepada anak perempuannya. Sekarang keindahan dan keajaiban sentuhan malaikat akan hidup selamanya saat kisah ini dibagikan dari satu hati ke hati yang lain dalam cinta kasih.
Mereka yang tidak memiliki iman mungkin akan berkata bahwa kejadian itu hanyalah mimpi, tetapi Elizabeth tahu bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan untuk diberkati dengan hadiah kunjungan malaikat. Bagi mereka yang percaya bisa mengetahui sentuhan sayap malaikat dan mukjizat yang dibawanya, karena di dalamnya Kristus telah lahir kembali setiap hari Natal.
Mungkin malam ini Marya akan terbangun oleh suara deru yang lembut dari sepasang sayap.
Diambil dari:
Judul asli buku | : | Guideposts for The Spirit: Christmas Stories of Faith |
Judul buku terjemahan | : | Guideposts bagi Jiwa: Kisah-kisah Iman Natal |
Penulis | : | Idella Bodie |
Penerjemah | : | Mary N. Rondonuwu |
Penerbit | : | Gospel Press, Batam |
Halaman | : | 409 -- 413 |