Panggilan Allah kepada Maria dan Kita
Ketika saya masih kuliah, saya menyadari perbedaan besar antara agama lain dan Kristen. Agama-agama lain memiliki cerita asal dan kisah tentang berbagai pahlawan mereka. Tapi cerita seperti itu diberikan terutama sebagai contoh untuk ditiru.
Pesannya kira-kira seperti, "Hiduplah dengan cara ini untuk menemukan jalan kebijaksanaan dan menemukan kesatuan dengan ketakterbatasan."
Pesan Kekristenan berbeda. Ini tidak dimulai dengan, "Inilah hal-hal yang harus Anda lakukan," melainkan, "Inilah yang Allah telah lakukan untuk Anda." Kekristenan adalah tentang Allah, melalui rupa Anak-Nya, Yesus, yang datang ke dunia kita sebagai bayi manusia yang lemah. Ini tentang Allah yang memenuhi kebutuhan kita. Ini tentang Allah yang mati untuk dosa-dosa kita, dikuburkan dan dibangkitkan di hadapan para saksi mata.
Memang benar bahwa Kekristenan sangat mengubah cara kita hidup. Tetapi ada prasyarat: Transformasi ini hanya dapat terjadi jika kita terlebih dahulu mengenali realitas tentang Allah dan pelayanan-Nya untuk umat manusia.
Kita melihat contoh bagaimana merespons Allah yang benar dengan melihat lebih dekat orang pertama yang mendengar dan memikirkan kisah Natal: Maria, ibu Yesus. Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Injil Lukas memberi tahu kita begitu banyak tentang respons Maria terhadap Inkarnasi? Saya percaya bahwa ini sebagian besarnya adalah untuk menunjukkan kepada kita seperti apa iman Kristen yang responsif.
Pemikiran Maria
Ketika malaikat itu muncul, Maria "menjadi heran. Ia bertanya-tanya dalam hatinya tentang arti salam itu." (Luk. 1:29, AYT). Di sini, kata bahasa Inggris bertanya-tanya adalah tentang menimbang dan memikirkan secara rasional. Maria dengan jujur mencoba mencari tahu bagaimana bisa penampakan malaikat dan kata-katanya adalah benar.
Hari ini kita melihat diri kita sebagai orang yang rasional dan ilmiah. Kita mengajukan pertanyaan sulit, menuntut bukti empiris. Budaya kita telah melatih kita untuk berpikir bahwa hampir tidak mungkin bagi orang modern untuk percaya pada penampakan malaikat, meskipun kita memahami bahwa orang zaman dahulu percaya pada peristiwa supernatural.
Sesungguhnya, itu adalah pandangan yang arogan dan salah tafsir. Maria bergumul untuk memahami apa yang dia dengar. Dia orang Yahudi, dan berita itu tidak sesuai dengan pandangan dunianya. Maria memiliki hambatan rasional yang berbeda untuk memercayai pesan kenabian daripada orang modern, tetapi sama sulitnya bagi Maria untuk memercayai Injil seperti halnya bagi kita pada zaman ini.
Tidak ada masa dalam sejarah di mana tidak ada hambatan besar untuk percaya Pencipta alam semesta datang ke dalam rahim seorang gadis untuk dilahirkan sebagai manusia. Jadi pesan malaikat menentang semua narasi budaya dan menuntut kerja intelektual yang keras; dan Maria tidak menghindarinya. Dia merenungkan bukti dan menyimpulkan kebenarannya. Dan jika dia bisa melakukan itu, kita juga harus bersedia menggunakan nalar kita untuk menimbang pesan kekristenan.
Maria Mempertanyakan
Perjalanan iman Kristen dapat terlihat berbeda bagi orang yang berbeda. Beberapa menjadi berkomitmen penuh dalam sekali jalan. Iman Maria terjadi secara bertahap. Reaksi pertamanya terhadap pesan malaikat itu diukur dengan rasa tidak percaya: "Bagaimana hal ini akan terjadi sedangkan aku belum bersuami?" (Luk. 1:34, AYT). Dia rendah hati dan jujur tentang ketidakpercayaannya.
Saya sering bertanya-tanya tentang ekspresi keraguan Maria. Malaikat itu menjawab pertanyaannya dengan salah satu pernyataan terbesar dalam Alkitab: "Tidak ada hal yang mustahil bagi Allah" (Luk. 1:37, AYT). Saya sangat bersyukur atas keraguan Maria, karena pernyataan itu telah menghibur dan membimbing saya selama bertahun-tahun.
Keraguan yang jujur membuat Anda bertanya. Mereka membuat Anda agak rentan karena mereka membiarkan Anda terbuka terhadap kemungkinan jawaban yang akan menyebabkan Anda mengubah pandangan Anda. Keraguan yang jujur, kemudian, terbuka untuk percaya.
Maria Menerima
Kata-kata malaikat itu membangkitkan keyakinan Maria. Jadi dia berkata, "Sesungguhnya, aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku seperti yang engkau katakan itu" (Luk. 1:38, AYT).
Perhatikan dia tidak mengatakan, "Ya, saya mengerti!" atau, "Saya suka rencana ini, dan saya benar-benar setuju." Sebaliknya, Maria menjawab dengan sesuatu seperti, "Semuanya tidak masuk akal bagi saya, tetapi saya percaya itu. Saya akan menerimanya."
Hal ini bisa menjadi ruang yang sangat penting untuk ditempati, setidaknya untuk sementara waktu. Beberapa orang tidak akan bergerak menuju Yesus kecuali semuanya masuk akal bagi mereka -- secara rasional, emosional dan pribadi. Tetapi terkadang Anda hanya bisa melakukan apa yang Maria lakukan -- tunduk dan percaya meskipun ada ketakutan dan keraguan. Itu memberi Anda pijakan untuk bergerak maju.
Maria Mencari Komunitas
Maria melakukan satu hal terakhir yang dapat kita teladani. Dia pergi kepada Elisabet, yang berbicara kepadanya dalam kuasa Roh Kudus. Hal itu tentu saja menguatkan Maria -- dan itu mungkin membantunya memahami situasinya dengan cara pandang yang baru. Setelah Elisabet selesai berbicara, Maria menyanyikan lagu: "Jiwaku memuliakan Allah, dan rohku bersukacita di dalam Allah, Juru Selamatku" (Luk. 1:46-47, AYT).
Nyanyian syukur Maria mengacu pada Mazmur, Yesaya dan kitab para nabi, menyatakan hubungan luar biasa yang mengungkapkan kedatangan Mesias. Dan dia mendapati sesuatu yang baru dan sangat penting: Pesan malaikat bukanlah kontradiksi dari iman alkitabiahnya, melainkan penggenapannya.
Betapa menariknya persahabatan dan kehadiran saudari seiman lainnya dapat membantu Maria mengenali apa yang sebenarnya terjadi. Sebagai orang percaya, kita membutuhkan komunitas.
Maria Bergerak Maju
Allah datang kepada Maria dan dia merespons dengan cara yang paling sederhana. Dia berpikir, dia ragu, dia berserah, dan dia terhubung dengan orang lain. Kita tahu bahwa untuk setiap pengorbanan yang Maria lakukan untuk Yesus, Yesus melakukan lebih banyak untuknya. Tetapi kita harus mengenali hal yang Maria teladankan kepada kita: Saat dia menerima kehamilannya, dia menerima kehendak Allah bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya dan penghinaan orang lain. Sumber daya yang kita miliki dalam perjalanan iman kita lebih besar daripada Maria. Kita dapat membaca narasinya, dan kita dapat melihat Yesus sebagai Hamba Agung, menyerahkan kehendak-Nya bagi kita. Jadi ikutilah teladan Maria, dan berserahlah kepada-Nya pada Natal ini. Dan jangan meremehkan apa yang dapat Dia lakukan di dalam dan melalui Anda, jika Anda menempatkan diri Anda di tangan-Nya. (t/Jing-Jing)
Audio: Panggilan Allah kepada Maria dan Kita
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Focus on the Family |
Alamat situs | : | https://focusonthefamily.com/faith/gods-call-to-mary-and-to-us |
Judul asli artikel | : | God's Call to Mary and to Us |
Penulis artikel | : | Timothy Keller |