Natal Bagi Kita

Tugas Renungan Natal 2008 (Sugianto)

Ayat: Matius 10:34-42

Natal yang dirayakan bersama-sama umat Nasrani setiap tanggal 25 Desember selalu identik dengan perayaan-perayaan yang meriah. Benarkah ini yang Tuhan kehendaki terhadap hidup kita?

Sebelum tanggal 25 Desember, tempat-tempat shopping, tempat-tempat hiburan, hotel, taman bermain anak-anak dan sebagainya hampir di seluruh dunia telah dihiasi hiasan-hiasan pohon cemara, lengkap dengan salju-salju, bintang-bintang. Bahkan beberapa tempat telah menyiapkan acara kebaktian bersama pada tanggal 25 yang biasanya dilanjutkan dengan konser musik. Gereja-gereja pun turut memeriahkan suasana dengan kebaktian bersama besar-besaran hingga menyewa satu stadion sepak bola. Dan biasanya tepat pada acara berlangsung banyak sekali umat Nasrani yang menghadirinya. Hampir setiap tahun acara seperti ini diadakan. Sebenarnya apakah inti Natal itu bagi kita?

Dalam masa pelayanan Tuhan Yesus selama kurang lebih 3,5 tahun, Tuhan Yesus banyak mengajarkan bagaimana kita hidup. Yaitu hidup untuk mengikuti Dia. Turut memikul salib bersamaNya dalam hidup kita. Matius 10:38 “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu.” Firman ini mengajarkan kepada kita bahwa memikul saliblah yang harus pertama kita lakukan kemudian mengikut Dia. Memikul salib adalah penyangkalan diri kita sebagai manusia ego menjadi manusia di bawah otoritas Tuhan. Beban kayu salib mungkin tidak ringan. Dan selama hidup kita beban itulah yang akan kita tanggung dalam mengikut Yesus. Tuhan pernah berfirman, bahwa Ia bukan dari dunia ini dan dunia ini tidaklah mengenalNya. Dunia telah menjadi tempat pembuangan si jahat, juga menjadi tempat sementara bagi manusia. Dunia menjadi tempat untuk memisahkan dosa dari kekudusan Tuhan di surga. Itulah sebabnya ketika kita mengikut Tuhan, otomatis kita bukan lagi milik dunia ini. Namun karena kita masih tinggal di dunia ini, hidup kita seolah dipasangi salib yang berat. Tapi beban berat tersebut justru membawa sukacita bagi mereka yang setia mengikut Tuhan. “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu....sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” Beban salib itu tidaklah menjadi berat sebab Tuhan telah turut memanggulnya bagi kita.

Hidup dalam salib dan mengikut Tuhan artinya meneladani apa yang Tuhan lakukan. Tuhan lebih mengasihi orang-orang yang lemah, serba kekurangan, yang sakit dan menderita. Banyak keajaiban Tuhan nyatakan pada mereka. Yang lumpuh bisa berjalan, yang kusta ditahirkan, yang mati dibangkitkan, orang yang kelaparan Tuhan beri makan. Tuhan pun memerintahkan hal yang sama kepada murid-muridNya. Lihatlah pelayanan mereka pada Kisah Para Rasul. Orang janda dan orang miskin dilayani dengan baik. Dari segi firman maupun kebutuhan hidup mereka. Kita yang hidup pada jam sekarang ini mempunyai kewajiban yang sama. Yaitu turut dalam pelayanan di dalam Tuhan. Pelayanan terhadap sesama kita. Mensyukuri kelahiran Tuhan dengan bersama-sama beribadah tentulah hal yang baik. Namun lebih baik lagi jika kita dapat meneladani apa yang Tuhan kerjakan di dalam dunia dilanjutkan oleh kita. Masih banyak orang yang berkekurangan membutuhkan pertolongan. Ada yang terkena bencana alam, musibah-musibah dan sebagainya. Terjun dalam pelayanan bukan berarti harus menjadi pendeta atau semacamnya. Dengan melakukan apa yang kita bisa lakukan akan lebih berarti buat Tuhan. Andaipun kita tidak mempunyai apapun untuk diberikan, tapi kita mempunyai tenaga yang bisa kita berikan. Kita berdoa untuk mereka. Sebab kadangkala kita melupakan doa kita kepada Tuhan. Kita lebih mengandalan doa dalam ibadah yang dipimpin pendeta. Padahal kita punya tenaga untuk berdoa. Jika kita diberikan talenta lebih dari itu, gunakanlah. Dan akan lebih bermanfaat jika kita bersama-sama membantu orang-orang yang berkurangan di sekitar kita. Kita nyatakan bahwa kasih Tuhan Yesus adalah untuk semua orang.

Tuhan Yesus lahir dengan satu tujuan. Yaitu menyelamatkan manusia dari dosa dengan disalibkan di kayu salib. Jadi mari kita gunakan hidup kita dalam pelayanan-pelayanan yang bisa kita lakukan.

Kesimpulan/Penutup: Mari merayakan Natal dengan pelayanan kita dan bukan dengan pesta pora.

Sumber Referensi (daftar buku yang dipakai sebagai referensi) Alkitab

Judul: Natal bagi kita
Teks Alkitab: Matius 10:34-42
Nama Penulis: Sugianto