Merry Christmas Everyone.....
Peristiwa kelahiran Yesus adalah awal sejarah keselamatan, karya keselamatan itu berpuncak pada sengsara, mati dan kebangkitanNya. Kedatangan Kristus ini sudah berulang kali diberitakan kepada umat manusia dan tertulis dalam Perjanjian Lama, dan pemenuhannya itu menjadi tanda kasih setia Allah kepada kita.
KelahiranNya itu merupakan peristiwa yang unik, karena Dia yang adalah Allah sendiri itu memilih cara yang begitu humble, meminjam rahim seorang perawan dan Dia lahir sebagaimana biasa seorang bayi lahir, hanya bedanya Ia lahir bukan dari benih fana antara benih perempuan dan laki-laki. Namun bayi yang ada dalam kandungan perempuan itu adalah dari Roh Kudus (Matius 1:20).
Didalam Yesus Kristus, kita mendapatkan anugerah persekutuan yang erat dengan Allah. Dia bukanlah Allah yang jauh, melainkan dekat dengan kita. Dalam diri Yesus Kristus, Allah mendatangi kita dan hadir di tengah-tengah umat manusia. Allah yang Maha-Agung dan Maha-Kuasa rela menjadi senasib dengan manusia dalam segala hal, termasuk kerelaannya menjadikan diriNya tebusan dalam peristiwa penyaliban dan berkorban demi misi penyelamatan umat manusia dari dosa.
Peringatan Kelahiran Kristus:
Peringatan kelahiran Kristus sering menjadi sorotan berbagai pihak, diluar Kristiani maupun kalangan Kristiani sendiri, bahkan ada diantara mereka yang ‘sangat membenci’ hari Natal. Mereka mengatakan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Hal tersebut bisa dipahami, karena Alkitab memang tidak menulis tanggal kelahiran Yesus.
Mereka juga mengatakan 25 Desember adalah hari-raya kaum kafir . Terbukti dengan data tertulis yang memuat liturgi perayaan kelahiran Kristus itu dapat dilihat dalam papirus pada abad ke-IV. Pada tahun 274 M di Kerajaan Romawi, tanggal 25 Desember dimulai perayaan kelahiran matahari karena diakhir musim salju tanggal itu matahari mulai kembali penampakan sinarnya dengan kuat, karena itu bagi orang Romawi kuno, hari itu dirayakan sebagai hari Matahari.
Ketika Kekristenan ‘dijadikan agama negara’ di Kerajaan Romawi, kebiasaan perayaan itu ternyata sukar ditinggalkan masyarakat Roma yang sudah menjadi Kristen. Oleh karena itu para pemimpin gereja kemudian mengalihkan perhatian mereka, perayaan yang semula menjadi perayaan Matahari diganti menjadi perayaan peringatan kelahiran Yesus. Ketentuan ini oleh gereja pada masa itu diresmikan di Roma tahun 336, dan mereka menjadikan tanggal 25 Desember sebagai hari peringatan kelahiran Kristus.
Peringatan kelahiran Kristus dengan tanggal peringatan 25 Desember akhirnya juga diperkenalkan oleh Kaisar Konstantin, hal ini sebagai pengganti tanggal 5-6 Januari yang sebelumnya sudah ditetapkan sebagai hari peringatan kelahiran Kristus. Perayaan Natal kemudian di lakukan di Anthiokia pada tahun 375 dan pada tahun 380 dirayakan di Konstantinopel, dan tahun 430 di Alexandria dan kemudian di tempat-tempat lain dimana kekristenan berkembang.
Tampaknya dengan latar belakang itu, tuduhan-tuduhan mengenai 25 Desember adalah hari raya kafir memang berdasar, karena ada catatan sejarah yang secara jelas menulis hal tersebut. Sekarang bagaimanakah kita menyikapi hal itu? Haruskah kita tidak lagi merayakan natal pada tanggal 25 Desember?
Dari penjelasan sejarah diatas, dapat kita ketahui bahwa awal-mula perayaan kelahiran Kristus bukan tanggal 25 Desember melainkan tanggal 5-6 Januari. Tetapi karena kesepakatan para pemimpin gereja pada waktu itu mereka mengubah peringatan tanggal 5-6 Januari menjadi tanggal 25 Desember untuk mengalihkan perhatian umat Kristiani dari kepercayaan lama mereka menuju kelahiran Kristus. Sehingga pada saat yang sama orang-orang kafir yang belum bertobat dan masih tetap merayakan tanggal 25 Desember dialihkan perhatiannya kepada Kristus.
Tetapi di masa kini umat Kristen tidak ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa Matahari, tidak ada penyembahan atau apapun yang berkaitan dengan paganisme matahari dalam perayaan natal orang-orang Kristen. Karena Kristus-lah yang menjadi center-nya. Jadi walaupun tidak ada tertulis dalam Alkitab Yesus lahir pada tanggal 25 Desember, umat Kristen secara umum merayakan hari Natal pada salah satu hari di bulan Desember sampai Januari demi keseragaman.
Dalam memperingati "hari kelahiran Kristus" umat Kristiani akan menyadari makna yang lebih dalam lagi adalah kehadiran Allah dalam bentuk kelahiran Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang mendatangkan damai sejahtera di bumi. Kehidupan Yesus sebagai Tuhan yang menjadi manusia yang menyertai kita (Immanuel) tidak dapat dilepaskan dari saat kelahiran, pembaptisan, pelayanan, penyaliban, kebangkitan, sampai kenaikanNya ke surga. Sekalipun demikian, sebagai suatu peringatan, memang Natal kemudian berkembang sebagai suatu ‘perayaan’ dalam tradisi gereja dan masyarakat pada umumnya.
Bolehkah Kita Merayakan Christmas/Natal?
Perayaan hari kelahiran Yesus memang tidak tertulis, bahkan tidak ada anjuran dalam Alkitab untuk "merayakan" Natal, tidak ada anjuran untuk memasang pohon terang, dll. Tetapi "Memperingati" kelahiran Yesus Kristus itu "mutlak".
Anda tentu bisa membedakan arti ‘perayaan’ dan ‘peringatan’, perayaan adalah cenderung bersifat ‘pesta’, sedangkan ‘peringatan’ lebih bersifat khidmat :
2 Timotius 2:8,
"Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku."
TR : mnêmoneue iêsoun christon egêgermenon ek nekrôn ek spermatos dabid kata to euaggelion mou
Ayat diatas adalah nasehat dari rasul Paulus kepada Timotius, tentang 3 hal yang penting akan Tuhan Yesus Kristus : KelahiranNya, kematianNya, dan kebangkitanNya.
Peringatan, asal katanya adalah ‘Ingat’. Kata "ingatlah" dalam ayat diatas menggunakan kata 'mnêmoneue' dari kata dasar 'mnaomai', meletakkan sesuatu di dalam pikiran. Akar kata yang sama juga dijumpai dalam ayat ini:
Lukas 22:19,
"Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: 'Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.'"
TR : kai labôn arton eucharistêsas eklasen kai edôken autois legôn touto estin to sôma mou to uper umôn didomenon touto poieite eis tên emên anamnêsin.
"Peringatan akan Aku", 'eis tên emên anamnêsin'. Kata 'anamnêsin' adalah akusatif dari 'anamnêsis' yang berasal dari 'anamimnêsko' yaitu preposisi 'ana' (ke/di tengah-tengah) dan 'mimnêsko'. Nah, 'mimnêsko' ini berasal dari 'mnaomai', meletakkan sesuatu di dalam pikiran.
Apakah kita hanya "mengingat" kematian Kristus? Apakah kita tidak "mengingat" kebangkitan-Nya, dan apakah kita tidak "mengingat" kelahiran-Nya pula?
Justru kebangkitan dan kelahiran Yesus Kristus itulah yang menjadi "inti" pemberitaan Paulus seperti dalam 2 Timotius 2:8 di atas. Paskah tanpa Natal tidak akan lengkap maknanya, karena kita tidak mengerti makna dari Paskah itu bila kita tidak mengerti makna KelahiranNya (natal).
"Merayakan" jelas berbeda dengan "memperingati" atau "mengingat". Merayakan cenderung berhura-hura, berpesta. Tetapi "mengingat" adalah lawan dari kata "melupakan". Tentu kita tidak akan melakukan tindakan seperti lawan kata ini. Yesus yang lahir di kandang yang hina perlu dijadikan contoh kerendah-hatian umat Kristiani yang melayani dan tidak minta dilayani. Dan menjadikan contoh bahwa Allah yang Maha Mulia dan yang Empunya langit dan bumi itu ternyata lebih memilih cara sederhana dalam kedatanganNya di dunia.
Mengenai Natal/Christmas; Sebenarnya tidak hanya dirayakan secara "religius" oleh umat Kristiani. Pada masa kini orang-orang yang bukan Kristen dimana-mana, misalnya di Jepang, di China dan lain-lain mereka pun ‘merayakan’ Christmas sebagai hari raya untuk bersenang-senang. Bahkan Christmas di seluruh dunia banyak digunakan sebagai "marketing tools". Di Malaysia, negara Muslim terakhir saya kesana pada saat menjelang natal; Mall, Dept Store, Restaurant dimana-mana didekor sedemikian rupa untuk menarik minat customer/turis. Hal tersebut mungkin karena mereka juga tahu bahwa perayaan Natal pada 25 Desember hanyalah tradisi, bukan perintah yang tertulis dalam Alkitab.
Saya melihat segi positifnya saja, dengan Christmas banyak orang mengemas acara, ie. gathering, dinner dan macam-macam acara lain, untuk bercengkerama dengan keluarga dan sahabat2 mereka walaupun mereka bukan Kristen. Dan perayaan Christmas bisa juga menjadi sesuatu moment bagi tiap orang untuk merayakannya dengan caranya masing-masing.
Karena Perayaan Christmas sudah menjadi ‘tradisi dunia’, maka kita sebagai umat Kristiani harus sungguh menghargai karya penebusan Kristus yang sudah dijalankanNya dengan sempurna. Karena keyakinan akan Yesus tidak dapat dilepaskan dari kelahiranNya sebagai pemenuhan nubuatan para Nabi, Allah yang menjadi manusia Yesus (Matius 1:18-2:12 dan Lukas 1-2).
Walaupun secara ‘tradisi’ kita memperingatinya pada tanggal 25 Desember. Tetapi, marilah kita ‘memperingati’ kelahiranNya, yang dengan lebih berfokus pada syukur dan khidmat kepada Allah kita yang telah rela merendahkan diriNya sebagai manusia. Dan janganlah kita kehilangan makna ‘natal’ yang sesungguhnya, jadikanlah Natal selalu menjadi kabar baik bagi semua orang di sekitar kita, bahwa Allah telah membuktkan kasihNya dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita.
Semoga damai dan riang-ria di suasana Natal ini menjadi berkat bagi semua umat manusia, terlebih bagi kita umat Allah yang telah ditebus.
Amin.
Blessings in Christ,
Bagus Pramono
December 21, 2005