Menggali Kembali Harta Karun Natal

Kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut: ...." (Matius 1:18)

Untuk kesekian kalinya, umat Kristiani memperingati dan merayakan Natal -- peristiwa kelahiran Yesus, Pribadi yang Maha Agung. Tuhan dan Juru Selamat dunia. Terjadinya sendiri pada masa ketika Kaisar Agustus mengeluarkan ketetapan agar "di seluruh dunia", maksudnya di seluruh wilayah Imperium Romawi, diselenggarakan sensus kependudukan (Lukas 2:1). Yaitu "sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria" (ayat 2). Itu berarti sekitar tahun 4 sM.

Natal, peristiwa yang satu ini pastilah kaya makna, terutama bagi umat Kristiani. Karena itu, gereja memperingati dan merayakannya setiap tahun, supaya kekayaan maknanya terus-menerus memaknai kehidupan kita.

Sebenarnya, kapan pertama kali umat Kristiani memperingati dan merayakan Natal? Jawabannya, tergantung umat Kristiani yang mana. Umat Kristiani di Mesir, misalnya, konon mulai merayakan Natal pada abad ke-3, tanggalnya 6 Januari, bertepatan dengan suatu hari raya umum. Namun, Gereja Roma Katolik sendiri mulai memperingati Natal pada akhir abad ke-4, tanggalnya 25 Desember. Tanggal itu sengaja dipilih supaya peringatan Natal "meng-anti-kan" perayaan kafir natalis solis invicti--"lahirnya Sang Matahari yang tak tertaklukkan". Selanjutnya, tanggal itu pun diikuti oleh gereja-gereja di tempat-tempat lain sampai dengan sekarang. Jadi, dihitung-hitung, tradisi memperingati dan merayakan Natal sudah cukup tua usianya. Sudah lebih dari enam belas abad!

Yang menjadi pertanyaan, setelah lebih dari enam belas abad diperingati dan dirayakan, masihkah kekayaan makna Natal yang semula dimiliki oleh umat Kristiani pada abad ke-21 ini? Saya menyangsikannya. Dewasa ini, Natal sudah begitu dikomersialkan. Dijadikan bisnis. Sorotan Natal tidak lagi pada Pribadi yang kelahiran-Nya dirayakan, tetapi sudah beralih pada pernak-pernik Natal--pohon Natal, hiasan Natal, lagu Natal, kado Natal, dsb.--dan pelbagai aktivitas yang menjadikan malam Natal tidak lagi "... kudus, sunyi senyap", tapi hedonis dan ingar-bingar!

Bagaimana kita sebagai generasi Kristen yang kesekian--sudah jauh sekali dengan generasi Kristen yang pertama kali merayakan Natal--bisa mengerti, menghayati, dan menghidupi kembali kekayaan makna Natal yang semula? Caranya, bisa dengan mempelajari sejarah gereja, khususnya tentang asal-usul peringatan Natal yang pertama kali di akhir abad ke-4. Namun, saya juga menyangsikan adanya catatan historis yang orisinil, lengkap, dan akurat tentang itu. Kalau begitu, bagaimana? Cara yang lebih utama dan tepat adalah dengan menggali kembali harta karun Natal, yang tersimpan dengan baik di dalam Alkitab. Kitab ilahi ini menuturkan jalan cerita peristiwa yang mahaagung tersebut: "Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: ...."

Tulisan dalam Alkitab berisi untaian paparan inspiratif tentang Natal. Setiap paparan lahir dari perenungan yang dalam dan personal dari setiap penulisnya, dalam ziarah rohaninya menemukan kembali dan menjiwai kekayaan makna Natal yang semula. Kiranya melalui tulisan ini kekayaan makna Natal semakin memaknai kehidupan Saudara. Dan, harapan ini hanya bisa terealisasi jika Saudara bersedia membaca kisah Natal yang tercatat dalam Injil, memerhatikan setiap paparan yang ada di dalamnya, dengan semangat yang dipesankan Rasul Paulus kepada anak rohaninya Timotius: "Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu" (2 Timotius 2:7).

Akhirnya, selamat membaca. Selamat berziarah bersama para `pemapar`. Selamat menggali kembali harta karun Natal. "Get inspired!"

Diambil dari:

Judul buku : Harta Karun Natal: Kumpulan Paparan Inspiratif Alkitabiah tentang Natal
Judul artikel : Menggali Kembali Harta Karun Natal
Penulis : Erick Sudharma
Penerbit : Literatur Perkantas Jawa Barat, Bandung 2005
Halaman : 9 -- 12

Anda juga dapat membaca Artikel ini di situs sabda.org