Mainan Tempo Dulu, Asyik

Tujuan:
Mengajar anak untuk lebih mengerti makna keajaiban dan cara meraihnya. Kuasa Tuhan, keajaiban, dan mukjizat yang berasal dari Tuhan tidak memandang batasan usia.
Ide Cerita:
Pada zaman sekarang banyak sekali mainan tradisional ditinggalkan. Misalnya: gasing, permainan sundah manda, ongklangan, layang-layang, benthik.
Dekorasi:
Segala rupa mainan tradisional ditempatkan di sekeliling ruangan. Anak-anak yang terbiasa dengan mainan elektronik tentu akan sangat keheranan. Untuk memudahkan pengadaan barang, guru Sekolah Minggu dapat membongkar gudang mainan mereka. Bila tidak, mainan dapat diperoleh di pasar tradisional.
Gunakan pohon Natal klasik berhias ornamen dari kayu-kayuan atau buah pohon cemara yang telah mengering.
Persiapan Sebelum Acara:
Mainan yang dirasa ajaib antara lain yoyo, gangsing, dan sebagainya. Siapkan mainan di panggung. Guru-guru akan mempraktikkan cara kerja mainan tersebut, sundah manda (engkleng), sepakbola, kasti, dan masih banyak lagi.
Pemanfaatan Kreasi untuk Acara:

  • Kegiatan Awal:
  • Yoyo mulai diputar-putar. Pembawa acara bertanya pada anak-anak. "Mengapa yoyo dapat berbalik arah? Saat berada di bawah, yoyo bisa berputar. Mengapa?" (Anak-anak pasti berebutan ingin menjawab.)
    Yoyo digantung pada seutas tali dan digerakkan ke atas ke bawah. Pemain harus memiliki kemampuan mengendalikan tali dari atas. Pembawa acara berkata, "Ajaib, ya. Ayo semua mencoba. Yoyo sudah disediakan, jangan terlalu banyak. Tiap kelompok satu atau dua saja, bermain bergantian. Yoyo yang digunakan terbuat dari kayu, jangan dari plastik.

  • Masuk dalam Acara:
  • Pembawa acara berkata, "Senang ya, hari ini kita merayakan pesta Natal di tengah berbagai macam mainan di sekeliling kita. Senang tidak? Wah, pasti senang sekali. Ada yang belum tahu dengan mainan-mainan ini? Mari kita memuji Tuhan dulu dengan lagu "Mari Kita Bersukaria". Benar, Anak-anak. Kita hari ini bersukaria dan bergembira karena kelahiran siapa? Ya, Tuhan Yesus Kristus. Tuhan lahir di kota apa, Anak-anak? (Biarkan Anak-anak menjawab.) Ya, benar kota Betlehem. Kita nyanyikan pujian "Hai Mari Berhimpun." Di antara puji-pujian, sekelompok anak yang telah berlatih beratraksi menggunakan yoyo, engrang, dan gasing bambu. Wah, antusias sekali anak-anak. Imajinasi anak-anak akan terlatih secara aktif memanfaatkan mainan tradisional.
    Guru-guru bermain petak umpet. Seorang guru menjadi penunggu pos. Anak-anak diminta menyembunyikan guru supaya tidak terlihat. Permainan ini bertujuan untuk memperluas keingintahuan anak yang selama ini mendapatkan segala sesuatu dengan instan. Permainan petak umpet yang sangat sederhana pun memiliki arti yang sangat besar, antara lain menggugah rasa ingin tahu anak dalam mencari tempat bersembunyi, tubuh semakin sehat karena banyak berlari serta berjalan.
    Mainan tradisional tampak sederhana, tetapi menyimpan banyak keajaiban. Suatu hal sederhana yang membuat hidup semakin ceria dan berwarna.
    Dengan mengangkat tema ini, anak-anak pasti mengalami Natal yang ceria.

Aktivitas:
Perlombaan permainan tradisional antar kelompok:

  • Lomba memutar yoyo terlama
  • Lomba memutar gangsing terlama
  • Lomba lompat tali
  • Lomba bola kasti

Penutup:
Permainan tradisional mungkin sudah tidak populer, tetapi menyimpan misteri kegunaan yang besar. Kelahiran Yesus yang hanya di kandang domba tidak membuat-Nya rendah diri, tetapi justru semakin bercahaya dan bersinar terang. Anak-anak Tuhan harus aktif mengasihi orang lain dan melakukan firman Tuhan supaya semakin bersinar terang di tengah-tengah masyarakat banyak.

Diambil dari:
Judul artikel: Mainan Tempo Dulu, Asyik
Judul buku: 58 Kreasi Acara Natal yang Kreatif
Penulis: Paulus Tie & Tim Rfata
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta
Halaman: 239--242