Kado Ulang Tahun untuk Yesus
Ketika aku bertumbuh menjadi dewasa, hari ulang tahun adalah hari yang terbaik dalam tahun itu. Aku menjadi Ratu Sehari. Aku bisa memilih sarapan dan makan malam favoritku. Aku selalu mendapatkan setumpuk hadiah. Namun, itu tidak penting. Pada momentum ulang tahun, kita diperlakukan sebagai orang terpenting di dunia. Bagaimana dengan Natal? Natal memang menyenangkan, tetapi hari ulang tahun lebih menyenangkan! Itulah hari yang menjadi milikku sendiri.
Dalam perjalanan menuju dewasa, suatu saat aku gagal untuk memahami makna Natal yang sesungguhnya. Mungkin, aku sudah pernah mendapat pelajaran tentang makna Natal, tetapi, untukku, Natal hanyalah Santa, kaos kaki, dan hadiah-hadiah. Bila ada bayi dan palungan di mana-mana, maka dari tradisi kami, pikiranku yang muda akan mencampuradukkan rusa kutub dengan domba dan ternak di kandang. Cerita tentang Natal pertama tidak terlalu penting dalam hidupku.
Tetapi ketika aku berusia 16 tahun, tiba-tiba aku menyadari bahwa Natal adalah hari kelahiran Yesus Kristus. Itu adalah hari ulang tahun-Nya! Aku tak tahu pasti mengapa aku bisa tertarik. Tetapi, aku kagum! Sebelumnya, aku tidak menyadari bahwa hari itu adalah hari kelahiran-Nya. Kita pun merayakannya setiap tahun. Tetapi, setelah aku mengerti bahwa Natal adalah hari Kelahiran Kristus, ada satu hal yang menggangguku: Bila hari itu betul-betul hari ulang tahun Yesus Kristus, mengapa tidak ada seorang pun yang memberikan-Nya hadiah? Mengapa Ia tidak mendapat perlakuan seperti raja sebagaimana perlakuan yang kudapatkan pada hari ulang tahunku? Jadi, tanpa sepengetahuan siapa pun, termasuk orangtuaku, aku berkeputusan untuk mendapatkan sesuatu dan itu akan kuberikan kepada Yesus. Kelihatannya, itu satu-satunya hal yang pantas dilakukan pada hari itu. Aku terpengaruh untuk memastikan bahwa Ia akan mendapat hari ulang tahun yang indah. Itu seindah hari ulang tahun yang dirayakan oleh banyak orang setiap tahun. Pertanyaannya, apa yang sebaiknya kuberikan kepada-Nya?
Aku tinggal di suatu kota yang hanya memiliki beberapa toko. Toko yang paling dekat dan paling besar adalah Woolworth. Dengan membawa uang yang kutabung selama berminggu-minggu, aku pergi menuruni jalan yang kotor dan menuju ke Woolworth. Aku mengamati setiap lorong, rak sikat, saputangan, pena, alat-alat, handuk, lampu Natal, dan permen berbentuk tongkat. Tetapi, tak ada satu pun yang cocok bagiku. Aku pulang dengan perasaan kecewa. Tetapi, aku tetap berkeputusan untuk menemukan hadiah yang sempurna bagi-Nya.
Setelah melewati hari-hari penuh kecemasan yang menyiksa, malam Natal pun tiba dan aku masih belum mendapatkan hadiah untuk Yesus. Ketika aku mencari sesuatu di dalam kamar tidurku, tiba-tiba aku mendapatkan jawabannya. Sebuah gelang kecilku yang terbuat dari perak dan mempunyai sepuluh gantungan perhiasan bulat yang mungil. Pada setiap gantungan terukir satu dari Sepuluh Hukum Taurat. Aku tahu bahwa ada kaitan antara Yesus dengan Sepuluh Hukum Taurat. Aku yakin bahwa Dia akan menyukainya! Dengan hati-hati, aku meletakkannya ke dalam sebuah kotak kecil. Aku membungkusnya dan melekatkan sebuah kartu di atasnya yang tertulis, "Selamat Ulang Tahun Yesus, dari Hope. I Love You." Aku ingat bahwa ini adalah rahasia kecil pribadiku. Aku takut bila ada orang yang menertawakan gagasan ini. Oleh karena itu, aku berkeputusan untuk menyembunyikannya di laci paling atas pada meja riasku. Saat itu, aku belum bisa melihat ke dalam laci itu. Dengan berjinjit, aku menjangkau setinggi mungkin dan mendorong kotak itu sejauh mungkin ke ujung laci. Kotak itu tersembunyi aman di bawah baju-baju kaos milikku. Aku percaya bahwa Yesus akan menemukannya pada Natal keesokan harinya.
Pagi berikutnya, aku bergegas ke sebatang pohon Natal di kamar keluarga bersama-sama saudara perempuan dan laki-lakiku. Pohon itu diselimuti dengan hadiah-hadiah dan beberapa kaos kaki sampai ke ujung rantingnya. Natal tetap saja mempesona. Kami membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk membuka hadiah-hadiah. Di tengah suasana gembira itu, aku tak dapat mengalihkan pikiranku dari kotak yang tersembunyi di dalam kamar tidurku. Aku tidak sabar untuk menunggu pembukaan hadiah yang terakhir. Aku menuju ke kamar tidurku secara diam-diam untuk meyakinkan bahwa Yesus telah menemukan hadiah ulang tahun-Nya.
Sekali lagi, dengan berjinjit, aku mengulurkan tanganku. Aku segera menyusupkan jari-jariku ke bawah tumpukan baju-baju bersih. Dalam keheningan kamar tidurku, aku menyentuh kotak itu. Pada saat jari- jariku menyentuhnya, perasaan hangat dan kekaguman memenuhi tubuhku. Aku merasakan sesuatu yang indah. Tak salah lagi, Yesus tidak hanya menemukan kotak itu, tetapi Dia pun menyukainya. Pada saat yang sama, aku juga mengerti bahwa Dia membiarkan kotak itu di tempat itu dengan suatu tujuan. Dia ingin supaya aku tetap memilikinya. Aku pun bisa mengingat dan memikirkan-Nya setiap hari. Seluruh tubuhku terasa panas ketika pesan damai ini diberikan kepadaku. Tidak ada kekecewaan sedikit pun dalam hatiku meskipun Dia tidak mengambil kotak itu. Tetapi, pesan itu begitu jelas bagiku. Emosi yang kurasakan saat itu masih sulit untuk dijelaskan. Yang kutahu, aku telah membuat Yesus menjadi sangat bahagia.
Cerita ini telah tersimpan dalam-dalam di hatiku selama 40 tahun. Setiap kali kuingat manakala aku menyentuh kotak Natal itu, perasaan yang kuat itu masih ada pada diriku. Acara Natalku sangat sibuk dan penuh. Selalu ada beragam hadiah yang banyak di bawah pohon Natal kami untuk keenam anak kami. Secara sederhana, aku telah mencoba untuk memberikan pengalaman khusus kepada keluargaku. Pengalaman itu mungkin dapat memberikan kemesraan yang sama bagi mereka.
Selama 25 tahun, aku selalu mengumpulkan anak-anakku pada hari Minggu pertama di bulan Desember setiap tahun. Kami mencoba untuk memikirkan hadiah ulang tahun apa yang dapat kami berikan kepada Yesus Kristus. Kami menuliskannya di atas kertas. Kemudian, kami membungkus dan menaruhnya di cabang-cabang pohon Natal. Kami tidak menghadiahkan gelang-gelang atau barang-barang kepada Yesus karena kami tahu semua itu adalah milik-Nya. Sebaliknya, kami memberikan haidah-hadiah dari dalam hati kami. Hadiah itu berupa itikad baik untuk mencoba menjadi lebih sabar terhadap saudara laki-laki atau perempuan. Selain itu, kami menghadiahi Yesus dengan membantu tetangga yang baru saja menjanda. Setiap kali kami saling memberikan hadiah-hadiah itu pada hari Natal, aku memiliki kesan yang jelas bahwa Yesus menerima hadiah-hadiah kami, dan Dia pun tersenyum. Aku tahu bahwa Dia merayakan ulang tahun yang indah karena satu pemahaman yang indah. Siapa pun di dunia ini yang mencintai-Nya, mereka mengingat-Nya dengan caranya masing-masing.
Sumber:
Judul buku | : | The Magic of Christmas Miracles |
Penulis | : | Jamie C. Miller, Laura Lewis, dan Jennifer Basye Sander |
Penerbit | : | PT Bhuana Ilmu Populer, 1998 |
Halaman | : | 58 -- 62 |
Artikel ini juga dapat Anda baca di Publikasi e-Konsel 53.