Christmas
Penulis: Jonathan Goeij
Kata Christmas mempunyai arti Mass of Christ yang kemudian disingkat menjadi Christ-Mass. Versi yang lebih pendek lagi Xmas pertama kali dipakai di Eropa pada tahun 1500-an, berasal dari abjad Yunani, X adalah huruf pertama dari Xristos (Kristus) juga X merepresentasikan salib, jadilah "X-Mass".Christmas dirayakan orang-orang diberbagai belahan bumi pada tanggal 25 Desember, tetapi sebenarnya Yesus tidaklah lahir pada 25 Desember.
Pada masa awal kekristenan, bangsa Romawi yang masih menganut kepercayaan pagan merayakan Saturnalia untuk menyembah dewa Saturnus (dewa panen) dan Mithras (dewa terang/sinar), suatu bentuk dari penyembahan matahari yang berasal dari Syria seabad sebelumnya. Perayaan Saturnalia ini diadakan tepat setelah winter solstice, hari pertama musim dingin (winter), juga merupakan siang hari terpendek dan malam hari terpanjang sepanjang tahun. Solstice berarti "sun standing still", matahari tetap berdiri, untuk menyatakan bahwa musim dingin tidaklah selamanya, hidup terus berlangsung, suatu undangan untuk tetap dalam semangat yang baik.
Orang-orang Kristen pada masa itu menyamarkan perayaan winter solstice. Pada saat orang-orang Romawi dengan meriah merayakan Saturnalia, maka orang-orang Kristen berkumpul bersama di dalam sebuah rumah bersekutu dan mengadakan kebaktian untuk merayakan kelahiran Yesus.
Pada tahun 274M solstice jatuh pada tanggal 25 Desember. Kaisar Romawi pada waktu itu, Aurelian, memproklamirkan tanggal itu sebagai "Natalis Solis Invicti", perayaan kelahiran matahari yang perkasa. Pada tahun 320M Paus Julius I menyatakan tanggal 25 Desember sebagai tanggal resmi kelahiran Yesus. Pada tahun 325M Kaisar Constantine the Great, kaisar Romawi pertama yang beragama Kristen, yang menginginkan seluruh kekaisaran menjadi Kristen, merubah perayaan solstice menjadi Christmas. Secara resmi dirayakan sebagai kelahiran Yesus Kristus.
Lebih dari 1000 tahun kemudian, perayaan Christmas mengikuti ekspansi kekristenan ke seluruh Eropa dan Mesir. Sepanjang waktu itu perayaan Christmas tercampur dengan pesta pora kepercayaan pagan, tukar menukar kado yang sebelumnya marak pada perayaan Saturnalia juga menjadi tradisi Christmas, berbagai macam ritual menyambut musim dingin menjadi suatu tradisi yang panjang dalam merayakan Christmas.
Sebenarnya banyak penolakan terhadap Christmas, pada tanggalnya yang mengambil tanggal perayaan Saturnalia, ataupun juga pada toleransi terhadap tradisi pagan yang ikut serta dalam perayaan Christmas. Pada masa Reformasi Gereja di abad ke 16 orang-orang Protestan menentang otoritas Gereja Katolik, termasuk Christmas yang sarat dengan tradisi pagan. Pada abad ke 17 kaum Puritan melarang Christmas di Inggris dan beberapa koloni Inggris di Amerika Utara karena mereka merasa Christmas berisi berbagai kegiatan yang tidak berguna seperti judi, pesta pora dan makan minum sepuasnya, bersaing dalam kemewahan.
Pada masa kini orang-orang bahkan banyak yang tidak mengetahui asal mula penentuan tanggal 25 Desember, yang diketahui pada waktu ini adalah merayakan kelahiran Yesus Kristus. Atau bahkan mungkin juga sudah bukan lagi merayakan kelahiran Yesus Kristus tetapi merayakan kedatangan Santa Claus dari mall dan plaza, eh.. maksudnya cerobong asap membagi hadiah J.
Berbagai kebaktian diadakan di gereja gereja pada malam menyambut Christmas, biasanya disertai renungan makna kelahiran Yesus bagi kita. Tetapi itu di dalam gereja, di luar itu, apakah kita masih merenungkan makna Natal atau lebih sibuk berbelanja dalam musim diskon yang luar biasa ini dan berlibur keluar kota dalam libur panjang?
Sumber: http://www.glorianet.org