Cara Merayakan Natal Saat Anda Terluka

Ketika saya masih kecil, setiap malam Natal di rumah saya selalu mengulang skenario yang sama. Setelah kebaktian candlelight di gereja dan menonton acara tahunan National Lampoon's Christmas Vacation, saya dan kakak laki-laki saya akan tetap terjaga selama mata kami yang mengantuk bisa bertahan.

Tujuan konstan kami dalam hidup adalah untuk memergoki orang tua kami yang sedang membongkar hadiah Natal dan mencuri pandangan pertama pada sepeda atau sepatu roda baru. Malam itu terasa seperti malam terpanjang sepanjang tahun, menghitung mundur detik demi detik sampai harapan Natal kami terpenuhi. Saat matahari masuk melalui jendela, kami akan bergegas dan berlari kencang dalam rumah, membangunkan semua orang dengan teriakan kemenangan.

Natal akhirnya tiba.

Gambar: bersyukur

Sebagai orang dewasa, Natal tidak lagi memiliki kualitas magis yang sama seperti saat masa kanak-kanak. Kita masih menantikan dengan penuh antusias, tetapi biasanya untuk hal-hal yang kita tahu tidak akan muncul secara ajaib di bawah pohon Natal. Banyak dari kita memasuki musim Natal dengan membawa mimpi yang belum terwujud atau harapan yang tertunda untuk saat ini. Kita menggenggam rasa kehilangan, kekecewaan atau kerinduan akan sesuatu yang telah diberikan oleh tahun-tahun sebelumnya.

Saya tahu hanya sedikit orang yang tidak bersungguh-sungguh menantikan atau merindukan sesuatu. Kita telah berdoa menantikan datangnya sang fajar untuk waktu yang terasa sangat lama, dan kita lelah melihat jam, menghabiskan waktu, bertanya-tanya kapan harapan kita akan menjadi kenyataan.

Jadi, seperti apakah merayakan Natal bagi hati yang lelah? Bagi orang yang telah diuji dan didorong hingga batasnya tahun ini? Orang yang memiliki mata yang selalu tertuju pada cakrawala, menantikan kedatangan sesuatu yang sangat berharga bagi jiwanya? Bagi mereka yang lelah, yang menanti dan bagi kita semua, sebuah undangan ditawarkan dalam bentuk Adven.

Adven, yang berarti Kedatangan Kristus, mengingatkan hati yang rindu bahwa menanti dengan penuh harap bukanlah hal yang manusiawi, melainkan hal yang kudus. Sejak Hawa menggigit buah beracun itu, setiap orang setelah dia menunggu, melihat dan merindukan hari ketika setiap kesalahan akhirnya akan diperbaiki. Jiwa kita yang tidak sempurna memohon kepada Dia yang telah merancangnya untuk datang dan melakukan beberapa perbaikan.

Adven menceritakan kepada kita sebuah kisah tentang seseorang yang akan datang untuk memperbaiki, memulihkan, dan mengakhiri penantian kita

Tetapi perbaikan tidak datang secara instan. Setiap hari kita menyaksikan hal-hal di dunia ini yang rusak, dan kita mengangkatnya ke hadapan Sang Pencipta dengan telapak tangan terbuka. Dan kita menunggu pemulihan. Dalam empat minggu menjelang Natal, Adven memberikan makna pada penantian kita. Adven memberi kita izin untuk mengakui tempat-tempat yang rapuh dan ketidaklengkapan dalam hidup kita. Adven duduk bersama kita dalam keheningan saat beban kesedihan tenggelam. Adven mengakui realitas dari bab-bab yang belum selesai dalam kisah-kisah kita dan penderitaan yang panjang dari penantian. Hanya menunggu.

Dan kemudian, Adven membisikkan sebuah janji di telinga kita. Dengan lembut mendorong kita untuk mengangkat kepala dan melihat ke atas dari kepalan tangan kita. Ia menyuruh kita untuk bersiap-siap. Perlahan-lahan, harapan mulai berakar di hati kita yang hancur sekalipun.

Adven menceritakan kepada kita sebuah kisah tentang seseorang yang akan datang untuk memperbaiki, memulihkan, dan mengakhiri penantian kita. Ketika Allah memutuskan untuk menjadi manusia dan mengunjungi kita dalam bentuk bayi, Dia memberikan kita sekilas gambaran tentang hubungan yang utuh dan tanpa batas dengan-Nya yang masih akan datang. Jadi, ketika kita belajar untuk menanti dengan penuh antisipasi pada hari-hari menjelang kelahiran Kristus, kita belajar arti dari menantikan kedatangan-Nya kembali, untuk sebuah persatuan yang utuh dan total yang tidak akan pernah dibatalkan.

Jadi pada masa Adven ini, mari kita menanti dengan penuh makna. Seperti umat yang, meskipun memar karena dunia yang penuh krisis, telah mengenal kedekatan Juru Selamat kita. Terlebih lagi, mari kita menanti dengan penuh pengharapan. Pengharapan yang datang dari mengetahui bahwa setiap kebutuhan kita mungkin tidak akan terpenuhi hari ini, tetapi penantian kita tidak sia-sia. Kisah ini belum berakhir, hari belum menjelang menyingsing. Tetapi sinar pertamanya muncul di cakrawala, dan perayaan yang akan datang pada pagi hari akan segera tiba. (t/Yosefin)

Diambil dari:
Nama situs : Relevant Magazine
Alamat artikel : https://relevantmagazine.com/life5/how-to-celebrate-christmas-when-youre-hurting/
Judul asli artikel : How to Celebrate Christmas When You're Hurting
Penulis artikel : Natalie Floyd