Orang-orang Majus, Orang-orang Bijak, atau Raja-raja? Ini Rumit/Kompleks

Tradisi Kristen menemukan arti untuk masing-masing sebutan misterius ini.

Mereka adalah tiga laki-laki yang mengenakan jubah beludru yang gemerlapan dengan janggut palsu dalam drama kelahiran Kristus di gereja. Kadang-kadang, mereka menarik unta sungguhan. Dengan membawa hadiah-hadiah, mereka melintas dari jauh, dengan mengikuti bintang di sebelah sana lewat di balik altar dalam sebuah pertunjukan drama Natal indah kita setiap tahun. Saya sedang membicarakan, tentu saja, tentang orang-orang Majus. Atau apakah itu orang-orang bijaksana? Tunggu, raja-raja?

Mungkin jika Lukas, sejarawan, telah menulis tentang mereka dalam cerita Natalnya, kita mungkin akan memiliki rincian yang pasti. Akan tetapi, cerita Matius tidak jelas, terselubung dalam misteri: "Sekarang, setelah Yesus lahir di Betlehem, di Yudea, pada zaman Raja Herodes, lihatlah, orang-orang Majus dari timur datang ke Yerusalem … " Matius 2:1

persembahan majus

Intrik berputar di sekitar orang-orang asing yang berpenampilan mewah ini. Dari mana mereka berasal? Sangat singkat Matius menulis, "Timur." Memang, penjelasannya begitu "khusus" sehingga tradisi gereja di beberapa negara mengaku-aku sebagai negara asal mereka. Dan siapakah mereka? Secara teknis, Matius menyebut mereka orang-orang Majus –- tetapi siapa itu orang-orang Majus? Apakah mereka itu raja? Orang bijaksana? Penyihir? Ahli nujum?

Orang-orang Kristen telah berusaha untuk memastikan identitas mereka selama seribu tahun. Sejak tahun 200M dulu, Tertullian memberikan pendapat bahwa orang-orang Majus, meskipun pekerjaan mereka adalah menafsir mimpi, dianggap sebagai raja-raja. Sebaliknya, John Calvin sangat yakin siapa pun akan memberi julukan kepada mereka "tiga raja": "Di atas semua keraguan, mereka telah terlena dengan penghakiman Allah yang benar, sehingga semua orang bisa menertawakan ketidaktahuan mereka." Kebingungan jadi bertambah dengan adanya seorang penyelidik alam abad pertama, Pliny the Elder, yang menulis beberapa bab tentang orang-orang Majus yang kedengarannya lebih seperti orang-orang yang berada di dalam novel Harry Potter. Dia memberikan rincian keterampilan mereka dalam seni sihir -- ermasuk menuangkan cacing tanah mendidih ke dalam telinga untuk menyembuhkan sakit gigi!

“Karena TUHAN mengasihi orang Israel selama-lamanya, dan mengangkat engkau sebagai raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran” (1 Raja-raja 10:9).


Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Terlepas dari adanya ketidaksepakatan, inilah beberapa faktanya. Kata majus berasal dari kata bahasa Persia; tetapi, Basil menunjukkan bahwa mereka tidak dibatasi untuk kerajaan tertentu tetapi "tersebar ke seluruh negeri." Ahli sejarah Yahudi abad pertama, Philo, menyebutkan Bileam di Bilangan 22-24

sebagai seorang majus. Penempatan kejadian pada waktu yang salah ini menunjukkan bahwa pada abad pertama kata itu mungkin diadopsi untuk beberapa penggunaan. Catatan Herodotus tentang orang Majus dalam Histories-nya (440 M) menggambarkan mereka sebagai tokoh-tokoh politik yang berkomplot menyaingi kekuasaan kerajaan. Berbagai raja pada dunia zaman kuno seringkali bertanya kepada orang-orang ini karena keterampilan mereka dalam menafsirkan pertanda, isyarat, dan bintang.

Kesaksian-kesaksian dari luar ini menguatkan gambaran tentang orang-orang Majus yang kita temui di Perjanjian Lama. Orang-orang Persia dan orang-orang Majus mereka muncul dalam garis waktu dalam Alkitab pada zaman Daniel dan Ester. Satu kalimat khusus mengenai orang-orang Majus Raja Ahasyweros mungkin membuat kita heran, "Lalu, raja bertanya kepada orang-orang bijaksana, yang memahami kebiasaan zaman … orang-orang terdekat raja … ketujuh pembesar dari Persia dan Media, yang bisa bertemu raja dan memiliki kedudukan tinggi di kerajaan" Ester 1:13--4

, AYT . Ketujuh orang ini -- elas adalah orang-orang Majus -- uga diberi sebutan "orang-orang bijaksana" dan "pembesar." Jadi, apakah sebutan-sebutan ini bisa dipakai berganti-gantian? Dan, apa kepentingannya?

Saat kita memikirkan lagi tokoh-tokoh Natal yang sudah kita kenal ini, mungkinkah bahwa Matius sengaja menyamarkan "orang-orang Majus dari Timur" -nya yang lemah lembut?

Sebut Mereka Orang-orang Majus.

Istilah Majus adalah kata Yunani tepatnya yang digunakan dalam kitab Injil Matius. Kisahnya menunjukkan bahwa orang-orang Majus adalah ahli perbintangan dan penafsir pertanda -- ang mengikuti sebuah bintang dan mimpi. Ketika mereka tiba di Yerusalem, kekasaran mereka yang kaku membuat Raja Herodes terkejut:"Di manakah Ia, yang dilahirkan, Raja orang Yahudi itu? Sebab, kami telah melihat bintang-Nya di timur dan kami datang untuk menyembah-Nya."(Matius 2:2

).

Tamu-tamu ini adalah seperti sebuah ledakan dari masa lalu Ibrani. Kitab Daniel mencatat rentetan kejadian tentang dia dan rekan-rekannya menghabiskan waktu selama 70 tahun dibuang di antara orang-orang majus di Timur. Raja Nebukadnezar di Babel biasa mengumpulkan orang-orang yang terbaik dan terpintar dari musuh yang ditaklukkannya untuk dimasukkan ke dalam badan penasihat yang terdiri dari orang-orang bijaksana, orang-orang yang mempelajari bintang-bintang, dan penafsir mimpi. Ketika dia menangkap Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya, dia memasukkan mereka ke dalam kumpulan majus, "Dalam setiap hal mengenai hikmat dan pengertian yang ditanyakan raja kepada mereka, dia mendapati mereka sepuluh kali lebih cerdas daripada semua ahli ilmu gaib dan ahli mantra di seluruh kerajaannya."(Daniel 1:20

).

Pada satu episode dari kitab Daniel, Nebukadnezar bermimpi buruk. Dengan memanggil orang majusnya dan ahli sihirnya, dia mengancam, "Jika kamu tidak memberitahukan mimpi itu dan maknanya, kamu akan dipenggal menjadi beberapa bagian dan rumahmu akan dijadikan timbunan puing." (2:5). Ketika orang-orang majus hanya memberikan alasan-alasan, Daniel membebaskan mereka semua dengan mimpi dan tafsirannya yang diperoleh dari Tuhan. Dalam rasa terima kasih yang dipenuhi dengan kekaguman, "Raja memuliakan Daniel dan memberikan banyak hadiah yang indah kepadanya, dan dijadikannya dia seorang pembesar yang mempunyai kekuasaan atas wilayah Babel dan menjadi kepala penguasa semua orang bijaksana di Babel" (2:48).

Seluruh episode Daniel dan orang-orang Majus seharusnya terasa seperti déjà vu di Alkitab. Raja lain dalam Perjanjian Lama yang dikenal memiliki kegemaran untuk mengisi sidangnya dengan orang-orang bijaksana, ahli tafsir mimpi, dan ahli sihir: Firaun raja Mesir. Kitab Kejadian menceritakan tentang seorang muda bernama Yusuf yang dibawa keluar ke Mesir. Suatu malam, Firaun terbangun dari sebuah mimpi yang mengerikan. Dia mendapati tidak seorang pun dari ahli sihirnya yang bisa menafsirkan mimpinya. Yusuflah, orang buangan Ibrani dalam penjara, yang memberikan tafsiran dari Allah kepada Firaun. Sebagai balasan, Firaun memakaikan kepada Yusuf jubah seperti seorang raja, "dan di hadapan Yusuf, mereka berseru, 'Berlutut!' Demikianlah Firaun mengangkatnya menguasai seluruh tanah Mesir"(Kejadian 41:43) . Lama sebelum Daniel, Yusuf tahu seperti apa rasanya orang-orang Majus berlutut di hadapannya.

Ketika Anda menyebut orang-orang yang melakukan perjalanan jauh dalam Matius dengan orang-orang Majus pada Natal ini, jangan terkejut mendapati mereka sedang bersujud di hadapan seorang Ibrani dan datang di hadapan Dia sebagai raja. Pada kelahiran Yesus, kenalilah keadaan telah berubah. Kali ini, sebuah bintang menuntun orang-orang Majus ke dalam pembuangan, yang tinggal untuk sementara dalam pencarian tongkat kerajaan yang akan bangkit dari orang Israel "(Bilangan 24:17). Kali ini, mereka tidak menemukan seseorang yang duduk tepat di sebelah kanan Firaun atau Nebukadnezar, tetapi seorang anak yang duduk di pangkuan ibunya. Saat mereka sujud dan menyembah, mereka menjadi orang-orang pertama yang mengetahui akhiran dari permulaan. Anak ini akan lebih unggul daripada Daniel dan juga Yusuf sebagai kepala dari orang-orang Majus: "Lalu, Yesus datang dan berkata kepada mereka, 'Segala kuasa telah diberikan kepada-Ku, di surga maupun di bumi.'"(Matius 28:18).

Sebut Mereka Orang-orang Bijak

Mungkin kata majus terasa agak asing bagi Anda. Jangan takut! Orang-orang bijak adalah terjemahan yang diterima dengan sangat baik. Cicero menjelaskan majus sebagai "orang-orang yang bijaksana dan terpelajar di antara orang-orang Persia." Bahkan, kata Bahasa Ibrani untuk orang bijak digunakan sangat banyak di dalam Perjanjian Lama untuk menunjuk pada kelompok penasihat ilmu perbintangan ini. Raja-raja bukan Yahudi menghormati orang-orang ini karena kebijaksanaan mereka mengenai urusan kerajaan.

Banyak bapa-bapa gereja mula-mula melihat signifikansi pada orang-orang bijak yang membawa emas, kemenyan, dan mur "dari Timur." Menurut pendapat Justin Martyr, Clement dari Alexandria, dan Tertullian, hadiah-hadiah ini secara khusus adalah merupakan budaya/tradisi Arab. Martin Luther sepakat. Dia menulis mengenai orang-orang bijak, "Awalnya mereka tidak menganggap raja ini sebagai Allah, tetapi dalam sikap yang biasa menganggap Dia (Yesus) sebagai raja sementara, sama seperti Ratu Syeba menganggap Salomo sebagai seorang raja, yang datang kepadanya dengan hadiah-hadiah dari negaranya." Luther membaca Matius 2 dan berpikir: Orang-orang asing dari Arab yang datang membawa hadiah dan mencari hikmat di Yerusalem? Kita pernah mendengar kisah ini sebelumnya.

Kisah itu bergema di orang-orang bijak dalam Matius 2 yang berasal dari 1 Raja-Raja 10: "Saat Ratu Syeba mendengar tentang kemasyhuran Salomo sehubungan dengan nama TUHAN, dia datang untuk mengujinya dengan pertanyaan-pertanyaan sulit. Dia datang ke Yerusalem dengan pengiring yang sangat banyak, dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, emas yang sangat banyak, dan permata-permata yang sangat mahal. Dia datang kepada Salomo dan berbicara dengannya tentang segala hal yang ada di dalam hatinya." Selama kunjungannya, kedalaman hikmat Salomo membuat dia sangat terkejut dan takjub: "hikmat dan kemakmuranmu melebihi kabar yang aku dengar" (1 Raja-Raja 10:17). Sambil memberikan hadiah-hadiahnya yaitu emas, rempah-rempah, dan permata yang mahal di hadapan Salomo, dia memuji Tuhan karena menjadikan Salomo seorang raja.

Mungkin Anda lebih suka menyebut para pendatang yang membawa harta peti-peti emas, kemenyan, dan mur sebagai orang-orang bijak pada Natal ini. Selagi Anda melakukannya, ikutilah mereka dalam jejak kaki Ratu Syeba melintasi belantara dalam pencarian hikmat Allah di Yerusalem. Akan tetapi, sebagaimana Matius mengatakannya, hikmat Allah tidak ditemukan di istana raja di Yerusalem, tetapi di kota kecil Betlehem. Saat Anda menyaksikan mereka memberikan persembahan di hadapan bayi Yesus, sadarilah bahwa "yang lebih besar daripada Salomo ada di sini." (Matius 12:42) Anak kecil inilah Hikmat Allah. Kiranya Anda sehati dengan Ratu Arab: "Karena TUHAN mengasihi orang Israel selama-lamanya, dan mengangkat engkau sebagai raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran" (1 Raja-Raja 10:9) .

Sebut Mereka Raja.

Akan tetapi, bagaimana jika menyebut mereka raja? Bagaimanapun, mereka selalu memakai mahkota dalam drama Natal kita, dan kita semua tahu kidung Natal; We Three Kings (Kami Tiga Raja - Red.) Gereja abad pertengahan dengan mantap memilih penunjukan ini -- erutama karena kecemasan dari banyak orang Reformed. Namun, orang-orang Majus dalam Matius bukanlah merupakan orang-orang bijak pertama yang dianggap sebagai raja: Yusuf dan Daniel -- eduanya semacam majus Ibrani- mereka diangkat status kebangsawanannya. Kita juga menemukan orang-orang Majus yang menerima penghargaan kerajaan di mana pun dalam literatur kuno. Dalam Histories, Herodotus menceritakan dengan urut sebuah episode yang aneh dalam Kerajaan Persia yang mengisahkan dua kakak beradik majus yang memegang kekuasaan kerajaan. Setelah Raja Smerdis meninggal, salah seorang majus, juga bernama Smerdis -- ang banyak sekali menyerupai raja pendahulunya -- uduk di takhta sebagai peniru!

Kembali ke abad kedua Tertullian menganggap orang-orang Majus sebagai raja. Dia berpendapat kunjungan mereka menggenapi doa Salomo dalam Mazmur 72 -- "Kiranya raja-raja Syeba dan Seba membawa persembahan." Namun, Tertullian mendapati Yesaya 60 adalah bukti yang lebih meyakinkan: "Bangsa-bangsa akan datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit padamu ... semua yang dari Seba akan datang. Mereka akan membawa emas dan kemenyan, dan akan memberitakan kemasyhuran TUHAN." Tidaklah mungkin melewatkan kesamaan yang jelas itu dengan Matius 2.

Kita mungkin tidak pernah tahu apakah orang-orang Majus secara harfiah adalah raja, tetapi gagasan tentang raja yang membawa harta dari Babel merupakan cara yang jelas untuk menggambarkan awal kitab Injil Matius. Pada zaman Yesaya, Raja Hizkia menerima para utusan dari Babel yang ramah di Yerusalem. Dengan bangga, dia menunjukkan kepada mereka "perak, emas, rempah-rempah, dan minyak yang mahal, semua gudang persenjataan, serta semua yang ada di dalam perbendaharaannya" Yesaya 39:2). Yesaya memperingatkan Hizkia bahwa orang-orang Babel ini menjadi dibuat mengingat akan perbendaharaannya: "waktunya akan datang bahwa semua yang ada di dalam rumahmu dan semua yang telah disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan dibawa ke Babel, tidak akan ada yang ditinggalkan, firman TUHAN." (Yesaya 39:6). Cukup pasti, pada tahun 587 SM Raja Babel, Nebukadnezar, melakukan persis demikian, dengan merebut dan merampas Yerusalem. Faktanya, Daniel menceritakan sebuah pesta yang sangat meriah di ibu kota Babel tempat raja Babel biasanya memakai cawan emas dari Bait Suci Tuhan untuk minum (Daniel 5:1-4).

Jadi, jika Anda lebih memilih untuk menyebut orang-orang Majus sebagai raja pada masa Adven ini, kenalilah cara Anda sedang menyatakan kembalinya harta Yerusalem dari pembuangan. Saat raja-raja melakukan perjalanan dari Babel di Timur menuju ke Yerusalem, mereka membawa kembali emas, kemenyan, dan mur yang dicuri bertahun-tahun sebelumnya dari rumah Daud. Inilah yang dinubuatkan Yesaya akan terjadi. Orang-orang asing yang sama yang merampas Yerusalem, suatu hari kelak akan "membangun tembok-tembokmu, raja-raja mereka akan melayanimu." (Yesaya 60). Matius menunjukkan kepada kita bahwa apa yang dialami oleh Nehemia dan Ezra di bawah kuasa Raja Persia, Koresh, hanyalah merupakan rasa pendahuluan dari kekayaan Allah yang akan kembali kepada Mesias-Nya di Yerusalem. Pada masa Natal, para raja membawa harta-harta yang berharga itu kembali ke Yerusalem. Itu menandakan awal dari pemulihan kekal atas kekayaan Daud, pembangunan kembali kota Daud, dan sukacita umat Daud.

Sebut mereka orang-orang Majus. Sebut mereka orang-orang bijak. Anda bahkan bisa menyebut mereka raja jika Anda menyukainya! Ketika berbicara tentang kisah Natal di Matius, semakin banyak akan semakin menyenangkan. Masing-masing sebutan memantulkan cahaya dari segi yang berbeda dari kisah itu. Apa pun sebutan yang Anda pilih untuk mereka di masa hari raya ini, orang-orang ini adalah yang pertama ada dalam kanonisasi Perjanjian Baru yang sujud dan menyembah Tuhan Yesus. Pada hari Natal ini kita juga sebaiknya mengikuti teladan mereka.(t/Jing-Jing)

Diambil dari:
Nama situs : Christianity Today
Alamat URL : https://www.christianitytoday.com/history/2016/december/magi-wise-men-or-kings-its-complicated.html
Judul asli artikel : Magi, Wise Men, or Kings? It's Complicated.
Penulis : Chad Ashby
Tanggal akses : 16 Desember 2016

Download Audio: Orang-orang Majus, Orang-orang Bijak, atau Raja-raja? Ini Rumit/Kompleks