Merayakan Natal dengan Sinterklas: Boleh Atau Tidak?

Ada berbagai cara atau tradisi dalam merayakan Natal. Beberapa diantaranya adalah: memasang dan menghias pohon natal, tukar- menukar hadiah, saling mengirim kartu ucapan selamat Natal, atau makan malam bersama keluarga dan para kerabat dekat. Salah satu tradisi Natal lainnya adalah kehadiran seorang "SINTERKLAS".

A. Sinterklas dan Kekristenan

Dalam artikelnya yang berjudul "The Origin of Santa Claus and the Christian Response to Him" (Asal-usul Sinterklas dan Tanggapan Orang Kristen Terhadapnya), Pastor Richard P. Bucher menjelaskan bahwa tokoh Sinterklas lebih merupakan hasil polesan cerita legenda dan mitos yang kemudian diperkuat serta dimanfaatkan pula oleh para pelaku bisnis.

Sinterklas yang kita kenal saat ini diduga berasal dari cerita kehidupan seorang pastor dari Myra yang bernama Nicholas (350M). Cerita yang beredar (tidak ditunjang oleh catatan sejarah yang bisa dipercaya) mengatakan bahwa Nicholas dikenal sebagai pastor yang melakukan banyak perbuatan baik dengan menolong orang-orang yang membutuhkan. Setelah kematiannya, dia dinobatkan sebagai "orang suci" oleh gereja Katolik, dengan nama Santo Nicholas.

Nilai-nilai yang ditanamkan oleh Sinterklas sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran iman Kristen -- di dalam ajaran iman Kristen seseorang diselamatkan hanya oleh anugerah Tuhan dan bukan oleh perbuatan baik yang dilakukannya. Sebagai guru Sekolah Minggu kita biasanya memberikan hadiah kepada anak sekedar untuk memberi motivasi anak. Namun kita tidak boleh mengajarkan kepada anak agar berbuat baik supaya mereka mendapat hadiah. Perbuatan baik yang kita lakukan adalah sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah karena Dia telah menyelamatkan dan mengampuni dosa-dosa kita.

Berita Natal adalah berita anugerah, bahwa Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dan menebus dosa manusia. Sebagai guru Sekolah Minggu, kita harus tetap berhati-hati untuk tidak mengaburkan Firman Tuhan dengan tradisi yang berkembang di sekitar kita.

B. Sinterklas dan Anak-Anak

Sinterklas memang bukan bagian dari ajaran kekristenan, namun demikian apakah kita harus melarang anak-anak merayakan Natal bersama Sinterklas?

Buletin PARAKALEO, dalam salah satu edisinya menyajikan tanya jawab mengenai "Apakah Anak-Anak Boleh Mengikuti Perayaan Natal yang Menggunakan Sinterklas?". Berikut adalah cuplikan jawaban yang diberikan:

"Meskipun demikian secara prinsip (kita) tidak berkeberatan mengizinkan anak-anak mengikuti perayaan Natal yang menggunakan Sinterklas, selama anak-anak menyadari bahwa Natal adalah saat dimana kita memperingati hari kelahiran Tuhan Yesus di dunia. Kekaguman dan kepercayaan anak pada Sinterklas biasanya bersifat sementara. Lagipula Sinterklas tidak mempunyai dampak apa-apa terhadap anak (1 Korintus 8:4-6). Sesudah mencapai usia 6 hingga 8 tahun, anak-anak mulai menyadari bahwa Sinterklas hanyalah tokoh fiktif. Adalah suatu kelaziman apabila anak-anak terpaku pada tokoh-tokoh fiktif tertentu, misalnya Ksatria Baja hitam, dan bagi mereka Ksatria itu seolah-olah sungguh-sungguh hidup. Jadi, Sinterklas pun dapat menjadi seorang tokoh yang seolah-olah benar-benar ada dalam benak mereka. Yang penting adalah, kita mengajarkan kepada anak-anak bahwa pada hari Natal, kita memperingati suatu saat yang agung dimana Allah berkenan turun ke dunia dan lahir sebagai bayi Yesus."

Sementara itu Pastor Richard P. Bucher tidak merasa perlu melarang tradisi perayaan Sinterklas, tapi ia cenderung MEMISAHKAN tradisi perayaan Sinterklas dengan perayaan Natal (supaya tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan, dan tidak menyebut perayaan Sinterklas sebagai bagian dari perayaan Natal).

Demikian pula milis Diskusi e-BinaGuru beberapa minggu terakhir juga mendiskusikan mengenai pro dan kontra menghadirkan Sinterklas dalam Acara Natal Sekolah Minggu. Selain itu, beberapa poin penting yang sempat terlontarkan untuk dipergumulkan bersama antara lain:

  1. Bagaimana membuat Berita Natal (kelahiran bayi Yesus) menjadi sentral utama Acara Natal Sekolah Minggu.
  2. Bagaimana guru Sekolah Minggu dapat kreatif mendesain acara yang dapat memadukan unsur tradisi dan berbagai hal yang disukai anak NAMUN tetap tidak melenceng dari Firman Tuhan.
  3. Beberapa topik/tema lain yang juga didiskusikan dalam milis

e-BinaGuru selama 2 bulan terakhir ini antara lain:

  • Ide-ide Seputar Natal
  • Sinterklas VS Pohon Natal
  • Persiapan Natal
  • Cari Info Pakaian Sinterklas
  • Liturgi Natal
  • Masih Seputar Sinterklas
  • Hadiah Natal
  • Penawaran Naskah Drama Natal
  • Souvenir Natal
  • dan lain-lain.

Akhirnya, sebagai guru Sekolah Minggu kita harus menyadari bahwa hal terpenting yang harus kita perhatikan adalah menjadikan Kristus sebagai berita utama dalam merayakan Natal -- Natal adalah Yesus.

Selamat melayani!

Sumber:

  1. Judul artikel: The Origin of Santa Claus and the Christian Response to Him
    Penulis: Pastor Richard P. Bucher
  2. Judul buletin: PARAKALEO
    Edisi: Oktober-Desember 1994
    Penerbit: Departemen Konseling STTRII
  3. Milis Diskusi e-BinaGuru (Nopember 2001)
    Subscribe:

Untuk mengetahui apa saja yang telah didiskusikan dalam milis ini, silakan berkunjung langsung ke Situs arsip e-BinaGuru di:

==> http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaGuru