Renungan

Alihkan Pikiran Anda pada Pujian

"Haleluya, lagu pujian bahagia
Suara gembira yang takkan pudar
Haleluya, bunyi kidung akbar
Yang dinyanyikan suara-suara sorga." - Himne Latin -

Masa perayaan Natal bukan berarti perenungan Natal Anda harus
berakhir. Ini adalah saat untuk mengubah perenungan hening Anda pada
pujian penuh syukur. Buatlah daftar hal-hal yang memberi Anda
sukacita.

Apakah Anda senang mendengar tawa anak-anak? Tulislah itu.

Apakah Anda menikmati rahasia kejutan yang akan segera ditemukan?
Buatlah catatan.

Apakah meja yang ditata dengan piring cantik dan taplak indah
membuat Anda gembira? Tambahkan itu dalam daftar Anda.

Apakah Anda tersenyum kalau mendengar ada yang mengucapkan "Selamat
Natal" dengan nada riang saat sahabat saling bertemu dan berpisah
ketika berbelanja.

Mengapa Fakta Kejadian Natal Dalam Sejarah Sangat Penting?

Pertanyaan diskusi:

Fakta tanggal kelahiran memang tidak dapat diketahui dengan pasti, tapi fakta pentingnya kejadian Natal tidak dapat kita pungkiri. Karena itu, jelaskan mengapa fakta kejadian Natal dalam sejarah sangat penting? Apa kepentingannya bagi iman Kristen?

---------

Oleh: Lanita

Bagi kita Natal adalah peristiwa yg sangat penting, krn merupakan penggenapan akan Janji Allah dlm Yes 42:1-9. Natal merupakan hadiah terbesar bagi seluruh umat manusia, karena sangat besar Kasih-Nya pd kita, Dia ingin dekat dgn manusia, menjadi manusia seutuhnya, tapi tidak berdosa karena dikandung dari Roh Kudus.
----------

Oleh: Philip

Kapan Natal Sebenarnya Dirayakan?

Pertanyaan diskusi:

Sampai saat ini, umat Kristen dan gereja menyetujui kesepakatan bahwa Natal dirayakan tgl. 25 Desember setiap tahun. Tapi pada kenyataannya kita tahu bahwa Tuhan Yesus tidak dilahirkan tepat pada tanggal 25 Desember. Bagaimana sikap kita menanggapi hal ini? Apakah kita masih harus merayakan Natal pada 25 Desember?

---------

Oleh: Djunaidi

Menurut saya Natal adalah setiap hari, karena setiap hari kita harus "lahir" dimana kita harus mengalami pengalaman-pengalaman yang baru bersama Tuhan. Baik dalam roh jiwa dan tubuh, firman-Nya kita diprbaharui setiap hari. Menurut saya tanggal 25 Des, sah-sah saja dirayakan sebagai Natal. Yang penting bukan tanggalnya tapi makna Natalnya sendiri bagi iman kita.
Tidak harus tanggal 25 Desember untuk merayakan Natal, tetapi agar terjadi keseragaman antar orang percaya saja kita merayakan bersama- sama pada tgl. tsb.
---------

Meneladani Karakter Sang Pemimpin

Natal sudah menanti, itu berarti kita akan kembali memperingati lahirnya seorang Pemimpin Besar ke dunia. Pemimpin yang mempunyai alam semesta beserta isinya. Kelahiran-Nya memberikan pengharapan akan adanya perubahan dalam hidup manusia, sekaligus teladan yang Dia tinggalkan untuk kita. Selain pengajaran yang Dia sampaikan, kepemimpinan yang Dia mulai lebih dari dua ribu tahun yang lalu, hingga sampai sekarang masih terus berlanjut, seharusnya menjadi panutan dan patokan. Berikut, beberapa hal penting yang bisa kita renungkan sebagai seorang pemimpin pada saat peristiwa Natal pertama terjadi.

Mempersiapkan Natal

Penulis : Herlianto

"Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di atas palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:6-7).

Hari Natal yang di kenang di seluruh dunia dipenghujung tahun sudah makin jauh dari Natal pertama yang syahdu dan sederhana seperti gambaran dalam ayat di atas. Hari Natal pertama diisi dengan kesederhanaan dimana di samping orang-orang majus yang kaya hadir juga para gembala yang sederhana untuk menyambut kelahiran bayi Yesus, kelahiran-Nya yang tidak dirayakan di penginapan atau di istana, tetapi di sebuah palungan di kota Betlehem. Inilah makna Natal sebenarnya dimana damai Allah menyertai semua manusia, damai di hati tanpa dekorasi yang berarti.

Menghargai Natal di dalam Hati Kita

Oleh: James Montgomery Boice

Bagaimana kita seharusnya merayakan Natal? (Renungkan Lukas 2:8-20)

Jika Anda bukan orang Kristen, cara yang terbaik untuk merayakan Natal adalah dengan menjadi orang Kristen, yaitu dengan percaya kepada Tuhan Yesus, meminta Dia agar masuk ke dalam hati Anda dan mengambil keputusan untuk mau mengikut Dia sebagai murid-Nya.

Tetapi mungkin Anda sudah menjadi orang Kristen. Mungkin Anda sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Kalau demikian, bagaimana seharusnya Anda merayakan Natal?

Kisah tentang Maria, para gembala, dan para malaikat akan memberikan beberapa petunjuk.

Kemuliaan dan Damai Sejahtera

Pada malam ketika Tuhan Yesus dilahirkan, para malaikat dan bala tentara surga memuji Allah dan berkata,

"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Lukas 2:14)

Betapa sederhananya kedua kalimat pujian tersebut, namun di dalamnya terkandung dua pemberitaan penting, yakni: KEMULIAAN dan DAMAI SEJAHTERA. Berita pertama berkenaan dengan yang berada di tempat yang mahatinggi dan berita kedua berkenaan dengan yang berada di bumi. Di tempat yang mahatinggi ada KEMULIAAN dan di bumi ada DAMAI SEJAHTERA. KEMULIAAN dan DAMAI SEJAHTERA saling berkaitan erat, tetapi urutannya terlebih dahulu harus ada KEMULIAAN di tempat yang mahatinggi, barulah kemudian ada DAMAI SEJAHTERA di bumi. Jika kita terlebih dahulu mengutamakan KEMULIAAN di surga, barulah kita bisa mendapatkan DAMAI SEJAHTERA Allah di bumi.

Kasih Setia Tuhan

Baca: Ester 9:17-10:3

Salah satu tujuan kitab Ester ditulis adalah untuk menjelaskan latar belakang perayaan Purim yang diadakan oleh umat Yahudi, yang tidak memiliki dasar secara khusus pada Hukum Taurat. Pasal sembilan ini menjelaskan dengan rinci bagaimana tradisi Purim dimulai.

Hari Raya Purim diselenggarakan untuk mengingat karya Tuhan yang sekali lagi membebaskan umat-Nya dari tangan jahat musuh mereka yang hendak membinasakan mereka (ayat 9:1-19, lih. 3:7, 13). Dalam kedaulatan dan kemahakuasaan-Nya, niat jahat para musuh ditimpakan balik pada mereka (ayat 9:24-25).

Menyimpang dari Allah, Berarti Mati!

Baca: Hosea 13:1-14:1

Allah sendiri mengingatkan Israel, bahwa Dialah yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Tidak ada juruselamat lain (ayat 4). Artinya, hanya Allahlah yang memelihara dan yang memberi mereka makan dan minum. Israel dengan mudah melupakan segala kebaikan yang telah Tuhan limpahkan atas mereka. Karena itu, ketika Israel membelakangi Allah, itu tidak hanya berarti bahwa Israel menolak keselamatan dari Allah, tetapi juga Israel telah memutuskan hubungan kasih dengan Sang Sumber kehidupan. Akibatnya, murka Allah menimpa mereka. Bahkan, akibat dari sikap Israel itu, Allah tidak akan membebaskan Israel dari maut.

Pages